Portugis
merupakan Negara-negara eropa pertama yang berusaha mencari jalan laut ke dunia
timur. Bartholomeus Diaz berhasil mencapai tanjung harapan pada tahun 1486 dan
Vasco D Gama menginjakan kaki di Calicut
1498. Tiga belas tahun kemudian Alfonso d,Albuquerque dapat mengusai pelabuhan
malaka. Penaklukan malaka merupakan langkah strategis Portugis dalam upaya di
asian tenggara. Setelah menaklukan malaka Portugis melanjutkan petualangnya ke
Maluku di bawah pimpinan Antonio Abreau. Pada tahun 1512 armada Portugis tiba
di Maluku untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Dalam
mencapai tujuanya, Portugis memanfaatkan persaingan yang ada di Maluku. Pada
saat itu Ternate tengah bersaing dengan tidore yang bersekutu dengan spanyol.
Portugis segera menggunakan kesempatan tersebut dengan cara membantu Ternate.
Sudah barang tentu kehadiran Portugis di Ternate mendapat simpati dari rakyat.
Terlebih lagi rakyat Ternate mengira bahwa Portugis merupakan bangsa pedagang
yang akan berperan menaikan harga rempah-rempah. Oleh karena itu, Portugis di
izinkan mendirikan benteng di Ternate. Pada tempat lain di Maluku, portugipun
membantuHitu yang sedang bersaing dengan Seram. Tindakan inilah yang menjadi
langkah awal Portugis dalam rangka menacapkan pengaruh dan kekuasaan colonial
di Maluku.
kekuasaan
Portugis di indonesia adalah sebelum sepanyol. Melalui penjelajahan samudra,
bangsa Portugis berhasil mencapai India(Kalikut) pada tahun 1498.Bangsa
Portugis berhasil mendirikan kantordagangnya di Goa (1509).
Pada
tahun 1511 Portugis berhasil menguasaiMalaka. Selanjutnya, Portugis mengadakan
hubungan dagang dengan Maluku yang merupakan daerah sumber utama rempah-rempah
di Indonesia.Pada tahun 1512 Alfonso de Albuquerque mengirimkan beberapa
buahkapal ke Maluku. Pada awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan
salingberebut menanamkan pengaruh kepada Portugis. Hal ini dimaksudkan agar
Portugis dapat membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Malukumenghadapi
musuh-musuhnya.
Pada
saat itu, Kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus.Sultan
Ternate itu meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng diTernate. Pendirian
benteng tersebut bertujuan agar Ternate terhindar darikemungkinan serangan dari
daerah lain. Pada tahun 1522, Portugismengabulkan permintaan Sultan Ternate
dengan mendirikan Benteng Saint John . Pendirian benteng tersebut harus dibayar
mahal oleh Ternate karenaPortugis menuntut imbalan berupa hak monopoli
perdagangan rempah-rempahdi Ternate. Sultan Ternate terpaksa harus
menandatangani perjanjian monopoliperdagangan dengan Portugis.
Pada
tahun 1513, bangsa Portugis mendarat di kepulauan Ambon yang merupakan
penghasil cengkeh, tempat ini sekaligus juga merupakan pintu masuk wilayah
tersebut . Kemudian dibangunlah sebuah benteng Portugis berikut dengan adanya
beberapa peraturan keamanan, yang dibantu oleh sekelompok pemeluk baru agama
Kristen yang berfungsi pula sebagai penyangga, dimana mereka bermukim dan
berpusat disekitar benteng tersebut, yang kemudian menjadi kota Ambon (ibukota
propinsi Maluku yang sekarang).
Perjanjian
monopoli perdagangan rempah-rempah tersebut ternyatamenimbulkan kesengsaraan.
Rakyat tidak dapat menjual rempah-rempah secarabebas. Portugis telah menetapkan
harga rempah-rempah yang dimiliki rakyatdengan harga yang murah. Di samping
itu, rakyat Ternate harus menjualrempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan
rakyat Ternate, tetapimemberikan keuntungan yang sangat besar bagi Portugis.
Oleh karena itu, terjadipermusuhan antara rakyat Ternate dan Portugis.Selain
mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku,Portugis juga aktif
menyebarkan agama Katolik. Salah seorang tokoh Portugis yang giat menyebarkan
agama Katolik adalah Fransiscus Xaverius.
Tanpa
diduga pada tahun 1521 Spanyol
muncul dari arah Filipina dengan kapal
Trinidad dan Victoria yang dipimpin oleh
Kapten Sebastian del Cano. Selanjutnya, Spanyol menjalin hubungan dengan
Tidore, saingan berat Ternate. Portugis merasa tidak senang ada saingan dari
Spanyol di Tidore. Persaingan antara Portugis dan Spanyol kembali terjadi,
namun pada tahun 1529 berhasil diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa. Isi
Perjanjian Saragosa yaitu Spanyol kembali ke Filipina sedangkan Portugis tetap
di Maluku
Saat
Portugis bersitegang dengan Spanyol, hubungan Ternate dan Tidore semakin
memanas. Ternate meminta jaminan dukungan terhadap Portugis untuk menghadapi Tidore. Portugis dengan senang
hati menyanggupi, dengan syarat mendapatkan
hak monopoli perdagangan
rempah-rempah di Ternate. Akibatnya rakyat
Ternate sangat dirugikan, mereka
tidak lagi leluasa menjual
rempah-rempah. Harga cengkih dan pala ditetapkan oleh Portugis dengan sangat
rendah.
Di
Maluku, selain monopoli perdagangan Portugis juga bertindak sewenang-wenang dan kejam terhadap rakyat.
Bahkan cenderung untuk menguasai
wilayah. Keadaan ini mengakibatkan
hubungan yang semula terjalin dengan baik berubah menjadi hubungan permusuhan.
Puncak pertentangan terjadi setelah Portugis dengan licik membunuh Sultan
Hairun, Raja Ternate.
Kebijakan
Pemerintah Kolonial Portugis
Kekuasaan
Portugis di Maluku berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1512 sampai 1641.
Kebijakan-kebijakan yang dipraktikkan selama itu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia.
Berbagai
kebijakan pemerintah kolonial Portugis.
a.
Berusaha menanamkan kekuasaan di Maluku.
b.
Menyebarkan agama Katolik di
daerah-daerah yang dikuasai.
c.
Mengembangkan bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
d.
Sistem monopoli perdagangan cengkih dan
pala di Ternate.
Dengan
kebijakan ini, petani Ternate tidak lagi
memiliki kebebasan untuk menjual atau
menentukan harga hasil panennya. Mereka harus menjual hasil panennya hanya
kepada Portugis dengan harga yang ditentukan oleh Portugis. Akibatnya, petani
sangat dirugikan, dan Portugis
memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Pengaruh
dari kebijakan ini ternyata tertanam
pada rakyat Indonesia khususnya rakyat Maluku. Ada yang bersifat negatif dan
ada yang positif. Berikut ini berbagai pengaruh yang ditimbulkan dari
kebijakan-kebijakan Portugis.
a. Terganggu dan kacaunya jaringan
perdagangan.
b. Banyaknya
orang-orang beragama Katolik di
daerah pendudukan Portugis.
c. Rakyat menjadi miskin dan menderita.
d. Tumbuh benih rasa benci terhadap kekejaman
Portugis.
e. Munculnya rasa persatuan dan kesatuan
rakyat Maluku untuk menentang Portugis.
f. Bahasa Portugis turut memperkaya perbendaharaan kata/ kosakata dan
nama keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretes, Mendosa, Gonzalves, da Silva,
dan lain-lain.
g. Seni musik keroncong yang terkenal di
Indonesia sebagai peninggalan Portugis adalah keroncong Morisco.
h. Banyak peninggalan arsitektur yang bercorak Portugis dan senjata api/meriam
di daerah pendudukan termasuk keberadaan benteng Nossa Senhora da Anunciada yang
dibangun oleh Portugis pada tahun 1575, kemudian pada saat kekuasaan jatuh
ke tangan Kolonial Belanda (VOC) nama benteng tersebut diganti menjadi Fort Nieuw
Victoria pada tahun 1614.
Kekuasaan
Spanyol yang sempat menjalin hubungan dengan Tidore tidak memiliki pengaruh yang berarti. Mengingat Spanyol
segera meninggalkan Tidore karena terbentur Perjanjian Saragosa.
Perjanjian
Saragosa (juga ditulis Perjanjian Saragossa atau Perjanjian Zaragoza),
ditandatangani 22 April 1529, adalah perjanjian antara Spanyol dan Portugis
yang menentukan bahwa belahan bumi bagian timur dibagi di antara kedua kerajaan
tersebut dengan batas garis bujur yang melalui 297,5 marine leagues atau 17°
sebelah timur Kepulauan Maluku. Perjanjian ini adalah kelanjutan dari
Perjanjian Tordesillas yang membagi belahan bumi barat di antara Spanyol dan Portugis
dan diprakarsai oleh Paus, yang melihat persaingan perebutan koloni yang
dilakukan oleh Portugis dan Spanyol. Oleh karena itu, dibuatlah perjanjian ini.
Dalam perjanjian ini dicapai hasil yang lebih rinci dari dua belah pihak,
Spanyol dan Portugis. Adapun kesepakatan yang dicapai adalah:
1.
Bumi dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh
bangsa Spanyol dan Portugis.
2.
Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari
Meksiko ke arah barat sampai kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis
membentang dari Brazil ke arah timur sampai kepulauan Maluku. Daerah di sebelah
barat garis saragosa adalah penguasaan Portugis, daerah di sebelah selatan
timur saragosa adalah penguasaan Spanyol.
Pengaruh Yang Ditinggalkan.
1. Peninggalan Portugis telah berkumpul di
kepulawan Maluku, dalam riwayat Portugis ke kepulawan Maluku terutama Ternate,
Ambon-Lease dan bagian dari Tidore dan Seram, dimana pada suatu waktu telah
terdapa benteng-benteng dan Bandar dagang yang menjadi pemusatan bagi Portugis.
Peninggal di Pulau Ambon merupakan suatu kasus tersendiri, yang jelas dalam
hubungan timbal-balik antara orang Portugis dan orang pribumi, Politik
raja-raja Portugis sebagaimana yang telah diperbaharui oleh Henry Pelaut, ialah
pembentukan feitoria (kota perdagangan), menghadiahkan tanah (doacao) companhia
dan monopoli di Maluku yang memerlukan tenaga kerja dari pihak Portugis yang
bekerja sama dengan orang pribumi untuk mengokohkan politik meraka di tanah
Maluku. Raja Muda Alfonso, semasa pemerintahanya (1509-1515) menganjurkan
secara tegasa, agar mereka yang turut dalam perdagangan rempah-rempah sebaiknya
kawin dengan pribumi, dengan kemikina kepentinagan Portugis dapat dijami oleh
orang-orang yang hatinya tetep dan tidak cepat-cepat kembali ke tanah airnya,
melaikan memanam akar di negeri baru, dan kemudia nanam akar bagi kepentingan
Portugis. Menurut pihak Portugis kebijakan ini merupakan jalan terbaik untuk
tetep mengekalkan kuasanya di Maluku. Fam/Marga di Maluku yang berasal dari adat
bangsa Portugis seperti ;
a.
Da Costa,
b.
De Fretes,
c.
Que,
d.
Carliano,
e.
De Souza,
f.
De Carvalho,
g.
Pareira,
h.
Courbois,
i.
Frandescolli dan lain-lain.
Ditemukan
pula fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol seperti ;
a.
Oliviera,
b.
Diaz,
c.
De Jesus,
d.
Silvera,
e.
Rodriguez,
f.
Montefalcon,
g.
Mendoza,
h.
De Lopez dan lain-lain.
Cara
penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan
cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca:
Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen
(baca: Akiwen).
2. Peningalan Portugis yang bersifat sejarah atau
peningalan-peningalan yang menjadi tapak tilas kejayaan Portugis di Maluku,
juga terfokus kepada bahasa yang hinga kini masih digunakan pada masyarakat
Maluku ( bahasa yang digunakan bukan secara umum, beberapa entri kata yang
masih tersisah dan masih digunakan sebagai bahasa pinjaman). Beberapa contoh
Kata serapan Melayu Ambon dari bahasa Portugis (Eropa) antara lain:
·
Bandera(bendera) : Bandeira (Portugis)
·
Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugis)
·
Pai (ayah) : Pai (Portugis)
·
Mai (ibu) : Mai (Portugis)
·
Galojo (rakus) : Guloso (Portugis)
·
Kadera (kursi) : Cadeira (Portugis)
·
Kapten : Capitao (Portugis), Kapitein (Belanda)
·
Marinyo (penyuluh) : Meirinho
(Portugis)
·
Patatas (kentang) : Batatas
(Portugis))
·
Kasbi (singkong) : Cassava
(Portugis)
·
Testa (dahi) : Testa (Portugis)
·
Par (untuk) : Para (Portugis)
·
Marsegu (kelelawar) : Morcego
(Portugis)
·
Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugis)
·
Kintal (pekarangan) : Quintal
(Portugis)
·
Konyadu (ipar) : Cunhado (Portugis)
·
Capeu (topi) : Capeo (Portugis)
·
Sapatu (Sepatu) : Capatu (Portugis)
·
Kadera (Kursi) : Cadeira (Portugis.)
·
Teteruga/Tuturuga (Penyu) : Tartaruga (Portugis)
·
Tempo (Waktu) : Tempo (Portugis)
·
Martelu (Palu/Martil) : Martelo
(Portugis)
·
Pombo (Merpati) : Pombo (Portugis)
·
Feneti (Peniti) : Alfinete (Portugis)
·
Capato (Sepatu) : Sapato (Portugis)
·
Pastiu (Bosan) : Fastio (Portugis)
·
Sono (Tidur) : Sono (Portugis)
·
Pardidu (Suka Jalan) : Pardido
(Portugis)
·
Testa (Dahi/Jidat) : Testa
(Portugis)
·
Seka (Gosok/Usap) : Seka
(Portugis)
·
Kacuping (Anak Kecil) : Kacumpit
(Portugis)
·
Ponoso (Pesek) : Ponoso (Portugis)
·
Bubengka (Kue) : Bibengka (Portugis)
·
Goropa (Jenis Ikan) : Garoupa
(Portugis)
·
Kartas (Kertas) : Cartaz (Portugis)
·
Pasiar (Pesiar) : Pasear (Portugis)
·
Tampa (Tempat) : Tampa (Portugis)
·
Tela (Batu Bata) : Telha (Portugis)
·
Laguna (Danau) : Laguna (Portugis)
·
Calana (Celana) : Chalana (Portugis)
·
Oras (Waktu) : Oras (Portugis)
·
Bastiong (Bagian Benteng) : Bastian (Portugis)
·
Salero ; Ternate (Garam) : Salero (Portugis)
·
Maraju (Merajuk) : Marraio (Portugis)
·
Fogado ; Ternate (Gerah) : Fogado (Portugis)
·
Dan sebagainya (lihat tulisan di Blog ini tentang
Kamus Bahasa Hari-Hari Ambon)
Bahasa
Melayu sebagai lingua franca daerah semenanjung Melaka (Malaysia), Sumatera dan
pulau-pulau lainya, yaitu bahasa Melayu sudah tentu dipelajari untuk
berhubungan dalam hal perdagangan mahupun sebagai bahasa sehari-hari untuk
berkomunikasi dengan orang-orang pribumi di Nusantara. Pada saat orang-orang
Portugis sampai di Maluku, tepatnya di Pulau Ambon lingua faranca inipun
ditemui di Pulau Ambon yang masyarakatnya mengunakan bahasa Melayu sebagai
bahasa komunikasi. Sementara bahasa daerah (bahasa tanah) yang digunakan di
Maluku terlampau berbeda untuk dapat digunakan sebagai bahasa perantara dan
dapat dikara bahwa pemasukan ide baru, baik dalam hal agama, perdagangan tidak
terkecuali juga bahasa.
Pigafetta
dalam buku catatanya telah membuat satu daftar kata Melayu-Italia, walaupun
ejan dari kata-kata Indoensia telah menggambarkan pengaruh suatu dialek local,
namun dapat disimpulkan taraf hubungan antara pendatang dan politik dalam
hubungan ini terutama terdapat dalam perdagangan dan politi local agama dan
kehidupan sehari-hari.sementara komunikasi antara raja-raja di Maluku dengan
raja Portugis mengunakan bahasa Melayu kemudian oleh pihak Portugis
diterjemahkan kedalam bahasa Portugis, tetapi surat menyurat antar raja pribumi
dengan raja protugis diganti dengan bahasa Portugis mungkin karena Portugis
telah menjadi penguasa tunggal pada saat itu. Dapat diduga hal ini karena orang
Portugis berusaha untuk mengajar bahasa mereka dan karena sistim fonetik bahasa
Portugis tidak terlalu sulit untuk dipelajari oleh orang-orang pribumi Maluku
Bahasa
Portugis, sekitar tahun 1540 dan selanjutnya telah umum digunakan di kota
Malaka, Goa, dan juga Maluku yang menjadi bahasa pengantar bagi bolongan
atasan, sipil,militer, pedangan. Para sultan di Maluku dan raja-raja di Pulau
Ambon (Hitu) yang melawat ke Malaka dalam berhubungan dengan benteng Portugis
mengunakan bahasa Portugis, dalam dokumen-dokumen Portugis sultan hairun
(Sultan Ternate) disebut sebagai seorang ahli bahasa dan sastra Portugis.
Pengaruh bahasa Portugis terhadap masyrakat Maluku waktu itu sehinga membuat
banyak pemebendaharan kata dalam bahasa Portugis kedalam bahasa Melayu Ambon,
Conto diatas
3. Pengaruh kembudayaan yang masih tersa bagi orang
Maluku saat ini selain adanya benteng-benteng peningalan bangsa Portugis di
Maluku, pengaruh pertugis lainnya adalah dengan adanya nama-nama keluarga atau
lebih lajim sebutan orang Ambon fam yang berasal dari Portugis yang dapat kita
temui di tengah-tengah masyarakat Maluku seperti Costa, de Fretes, Pareira, da
Silva, dan sebagainya. Pengaruh Portugis ini disebabkan karena kebijakan
politik yang bangsa Portugis untuk mengekalkan kedudukannya di Maluku, dimana
para pedagang dari Portugis harus beristrikan orang pribumi, demikian pula
denagn gelar kebangsawan yang digunakan oleh pemuka-pemuka pribumi seperti
gelar Dom telah diberikan sejak tahun 1512 oleh Fransisco Serrao kepada Jamilu
salah seorang dari empat perda hitu, pemberian gelar ini adalah prerogative Raja
Portugis dan hak pemakaian langsung dari keturunan seorang raja.
4. Satu golongan yang mempunyai kedudukan yang kuat
sebagai perdangang dari Bangsa Portugis adalah orang kaya, walaupun Portugis
berusaha untuk mendapatkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, namun
saudagar-saudagar dari daerah lain masi tetap datang berdagang dimana kebun
rempah-rempah sudah melusa keberbagai daerah dan tidak terbatas hak milik tanah
oleh raja saja. Kedudukan angota-angota negeri yang mempunyai tanah dan dapat
memperdagangkan hasil kebunnya dengan untuk yang banyak, kelompok-kelompok
orang kaya ini kemungkinan bermunculan pada waktu berdatangan saudagar-saudagar
dari Jambi,Malaka dan Jawa yang tiba diperairan Maluku, Golongan ini pertama
kalinya terdapat di Banda dan tidak termasuk dalam hirarki susunan adat. Namun,
lambat laun mereka mulai memegang peranan sebagai pemuka Masyarakat walaupun
tetap membayar upeti kepada Raja.
5. Penginjilan yang dilakukan padri-padri yang
langsung hidup di tengah-tengah masyarakat telah meyebarkan agama Kristen
Katolik kepada masyarakat Maluku walaupun agama Kristen Katolik dalam kekuasan
Belanda secara sistematis diganti dengan penginjilan agama Kristen protestan,
walapun demikian ritual-ritual agama Katolik masi bersisa dalam tata cara Protestan.
Pada waktu Franciscus Xaverius berada di Malaka, menjelang keberangkatanya ke
Maluku dalam tahun 1546 ia telah merasa untuk keperluan terjemahan
ajaran-ajaran Katolik ke dalam bahasa Melayu untuk mempermudah penyebaran
agamanya. Semetara peningalan Portugis lain yang masi terjaga dalam masyarkat
Maluku seperti paikan (pakain adat), musik dan kesenian lainya perubahan dalam
pakain ternyata dari kata-kata sapatu, cinela, kalsong.. tarian yang masih
terisa seperi tarain polones, wals, quadrille, dan polka, kemungkina
tarian-tarian ini masuk Indonesia pada abad ke-19 tetap tarian ini disebut Portugis.
Tarian-tarian ini dibawa oleh pelaut-pelaut Portugis yang masuk ke Maluku.
Sumber : Dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar