Kamis, 02 Desember 2021

Loe Sek Hie, Komandan Pao An Tui


Loe Sek Hie lahir di Batavia pada tahun 1898 yang merupakan anak dari Baba Bangsawan Loe Tiang Hoei seorang Kapitan der Chinezen di pasar baru dari salah satu gundiknya yang berdarah Austria dan Jawa.

Selama masa mudanya ia mendapatkan pendidikan eropa dan disekolahkan di Europeesche Lagere School (ESL) dan Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia kemudian melanjutkan pendidikan perniagaan dan hukum.

Pada tahun 1927 Loe bergabung menjadi anggota Volksraad salah satu badan legislatif pertama di Hindia Belanda sampai masuknya Jepang ke Hindia Belanda dalam Perang Dunia II. Selama menjadi anggota Legislatif, Loe bersama H.H.Kan mewakili Chung Hua Tsung Hui (perkumpulan Tionghoa perantauan/peranakan) dimana mereka sedang berusaha mengupayakan penghapusan Diskriminasi berdasarkan Ras di Hindia Belanda dan berusaha mengembangkan sarana pendidikan dan kesehatan bagi komunitas Tionghoa di Hindia Belanda. Dalam hal ini Loe menjadi kepala pengurus dan salah-satu pendiri Jang Seng Ie (sekarang Rumah Sakit Husada).

Perang Dunia II terjadi dan Jepang mulai masuk ke wilayah Hindia Belanda dimana Loe ditangkap di Cimahi bersama dengan tokoh tokoh pemerintah kolonial lainnya termasuk rekan politiknya yaitu H. H.Kan dan Khouw Kim An, Majoor der Chinezen. Tidak lama kemudian Jepang terkalahkan dan Loe dibebaskan pada tahun 1945.

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945, telah mengalamin banyak revolusi Nasional guna mempertahankan kemerdekaan akan tetapi dibalik semua proses ini terjadi banyak huru-hara yang berupa penjarahan dan pembunuhan yang dilakukan oleh milisi Indonesia yang tidak bertanggungjawab dimana sasarannya adalah orang Tionghoa.

Akibat insiden ini membuat Loe bersama Tokoh tokoh masyarakat Tionghoa lainnya melakukan konferensi Chung Hua Tsung Hui untuk membahas mengenai keselamatan nyawa orang Tionghoa yang saat ini masih terancam dan selalu menjadi korban. Konferensi ini juga didukung oleh Tanah leluhurnya yakni ROC dan akhirnya mereka telah mengambil keputusan untuk mendirikan sebuah unit militer Pao An Tui pada tahun 1947 yang diisi oleh pemuda Tionghoa yang beritikad untuk tetap netral dan bertindak sebagai barisan keamanan untuk melindungin Etnis Tionghoa. Loe ditunjuk menjadi pimpinan Pao An Tui mengingat Loe juga seorang Pro-Nasionalis yang punya banyak hubungan baik dengan pejabat Kuomintang.

Pao An Tui didukung oleh Perdana Menteri RI yaitu Sutan Sjahrir dan juga Soekarno akan tetapi walau didukung secara resmi mereka tidak bersedia untuk mempersenjatain mereka karena khawatir akan disalahgunakan. Maka dari itu Pao An Tui yang bermodalkan persenjataan yang begitu terbatas dimana Chiang Khai Shek telah mengirimkan persenjataan yang terbilang sangat dikit karena mereka juga masih melanjutkan konflik dengan Komunis.

Namun tidak lama kemudian Belanda mempersenjatai dan memberi pelatihan kepada Unit Pao An Tui, karena adanya bantuan dari Belanda ini banyak yang menuding bahwa Pao An Tui adalah kaki tangan Belanda, padahal sejatinya Pao An Tui hanya dipersenjatakan dan tidak bergerak dibawah Belanda melainkan bergerak sendiri secara Indenpenden dan tetap menyatakan netral walau ada sedikit bentrokan dengan para pejuang/TNI.

Setelah sukses melindungin etnisnya, Loe kemudian turut ikut dalam usaha soal masa depan Indonesia dan Loe mendukung Republik Indonesia Serikat (RIS) didirikan karena beranggapan bahwa RIS akan dapat lebih memfokuskan memberikan otonomi otonomi Non-Jawa di Tanah air, sebab menurutnya Federalisme adalah bentuk pemerintahan yang paling cocok untuk Indonesia yang bersifat beragam suku-bangsa yang tidak diharuskan berfokus pada satu patokan saja.

Akan tetapi karena Federalisme dipandang sebagai bentuk gaya barat dan usaha Belanda untuk menjajah dengan halus maka dari RIS dibubarkan dan tetap menjadi kesatuan RI.

Karena latar belakang Loe yang sangat dekat dengan pemerintah Kolonial membuat andil politiknya sangat berkurang pada era Kemerdekaan dan menuduhnya sebagai pengkhianat bangsa membuat ia harus tinggal di Belanda sampai akhir hayatnya.

Loe sek Hie meninggal di Den Haag di Belanda pada tanggal 24 Desember 1965.



Referensi:

- Setyautama, Sam & Mihardja, Suma. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. 

- Tong, Chee Kiong (2010). Identity and ethnic relations in Southeast Asia racializing Chineseness. Dordrecht: Springer. 

- Sulardi (2015). Pao An Tui 1947-1949: Tentara Cina Jakarta.

- Wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemisahan antara Belgia dengan Belanda

Kerajaan Belanda Serikat (1815) B elanda dan Belgia dulunya adalah 1 negara. Saat itu, Perancis berbatasan dengan Belanda di sebelah selatan...