![]() |
Peta Maluku yang dibuat VOC (Belanda) tahun 1750 |
Maluku atau yang dikenal secara
internasional sebagai Moluccas dan Molukken adalah provinsi tertua yang ada di
Indonesia dimana lintasan sejarah Maluku sudah dimulai sejak zaman
kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah, seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Fir'aun.
Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan
tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia dan Mesir menyebutkan
adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil
alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah
tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan
Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh
dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku
& Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup
besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru. Lihat selengkapnya tentang Maluku http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku
Sejarah Nama MALUKU.
1. Pendapat pertama, menyatakan kata Maluku berasal
dari Bahasa Arab yaitu kata Al-Mulk, Al-Mulk berarti sebagai tanah atau pulau
atau negeri para raja. Hal ini memang benar karena Maluku sampai sekarangpun
terdiri atas negeri-negeri kecil yang lumayan banyak dengan rajanya
sendiri-sendiri.
2. Pendapat kedua, menyatakan kata Maluku berasal
dari bahasa Ternate yaitu kata Moloku atau Moloko, dua kata itu Moloku atau
Moloko sama-sama berarti sebagai tanah air. Hal ini tercermin dari perkataan
bangsa Ternate di masa lampau yang menyebutkan bumi Maluku belahan utara
sebagai Moloku Kie Raha yang berarti tanah air dengan empat gunung. Keempat
gunung yang dimaksud adalah 4 kerajaan atau kesultanan besar dari Maluku Utara
yaitu Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Bacan dan Jailolo.
3. Pendapat ketiga, menyatakan dalam buku Sejarah
Maluku hal. 19 disebutkan bahwa kata Maluku berasal dari kata “Maloko” yang
merupakan sebutan gelar bagi Kalano (kepala daerah) . Kata “Maloko” ini menurut
marga Resley berasal dari bahasa Ibrani. Sebutan bagi raja dalam bahasa Ibrani
adalah “Melek” atau “Melekh”. Bentuk yang lebih kuno adalah “Maliki” (EKAMK II
hal. 292), sehingga dalam Tambo Dinasti Tang di China (618-906) “Maluku”
tercatat sebagai “Miliku”, yaitu suatu daerah yang dipakai sebagai patokan
penentuan arah ke kerajaan “Holing” (Kalingga) yang ada di sebelah Barat. Kata
Maluku mirip dengan Maloko yaitu “Molokh” yaitu Ilah yang disembah bani Amon.
Bentuk Ibrani nama ini ialah “Molek”. Dalam kitab suci Perjanjian Lama, Molek umumnya
memiliki kata sandang (Imamat 18:21; 20:2-5, 2 Raja-raja 23:10, Yeremia 32:35).
Kata “Molokh” pada ayat-ayat tsb menyiratkan bahwa kata itu mungkin merupakan
kata umum bagi orang yang memerintah (EKAMK II hal. 93). Dengan demikian, maka
gelar Maloko yang dikenakan bagi seorang Kalano adalah berasal dari budaya dan
bahasa Ibrani. Dan kata Molekh (Moloch) dalam bahasa Ibrani artinya raja.
Maloko kemudian disebut Maluku (Molokhus). Dan memang kepulauan Maluku artinya
Kepulauan Raja-Raja. Menurut Resley, kata “Alifuru” yang merupakan sebutan bagi
orang yang pertama kali mendiami Maluku bukan berasal dari bahasa Arab (Alif)
yang berarti awalan. Sebab jauh hari sebelum pengaruh Arab (Islam) masuk ke
Maluku pada pertengahan abad ke XIV, sudah ada bangsa yang mendiami kepulauan
Maluku yang penyebarannya dimulai dari Nusa Ina dan Halmahera yang mana disebut
oleh antropolog AH. Keane, FJP. Sachese dan OD. Tauren dengan sebutan suku
bangsa “Alfuros”. Kata Alfuros ini sangatlah tidak mungkin diambil dari kata
Alifuru, sekalipun kata ini menunjuk pada pengertian manusia mula-mula. Sebab
bila kata Alifuru ini dikaitkan dengan kata Maloko, Baeleu, dan Seniri, serta
budaya kepala suku, yaitu Alluf, maka sangatlah tidak cocok. Kata tersebut
berasal dari Alif muncul setelah masuknya bangsa Arab ke Maluku. Tetapi sebelum
itu, kata Alfuros ini menunjuk kepada nama suku bangsa yang telah ditemukan
oleh para ahli, yaitu “ALUNE” yang ada baik di Nusa Ina (Seram) dan Halmahera
yang memiliki budaya atau system pemerintahan “ALLUF” yaitu: kepemimpinan
berada di tangan “kepala kaum/kepala suku”. Budaya ini mula-mula diterapkan
oleh bangsa “Edom”: yaitu keturunan Esau, saudara Yakub (Israel) anak Ishak, di
Maluku disebut mata rumah (kepala kaum), kepala Soa dan kepala suku. Alluf
dalam pengertian bahasa Ibrani artinya adalah:
a. Panglima, pemimpin (Kamus Singkat
Ibrani-Indonesia hal. 11)
b. Kepala-kepala kaum di Edom di kemudian hari
disebut “Raja” (Kejadian 36:19, 31)
Pada
bagian akhir dari bukunya, Resley mengatakan bahwa mayoritas orang Maluku
adalah merupakan keturunan dari suku Gad, yaitu suku Israel yang telah disangka
hilang dan tak dapat ditemukan lagi di dunia.
Lihat : http://media.kompasiana.com/buku/2011/10/31/ternyata-moyang-orang-maluku-adalah-bangsa-yahudi-406217.html
Lihat : http://media.kompasiana.com/buku/2011/10/31/ternyata-moyang-orang-maluku-adalah-bangsa-yahudi-406217.html
Suku Bangsa.
![]() |
Lelaki Alifuru (Suku Asli) yang mendiami pulau Seram |
Penduduk Maluku merupakan campuran dari
berbagai bangsa yang merantau dari negeri asalnya. Mereka ini menyinggahi
wilayah-wilayah dikepulauan Maluku untuk menetap dan atau untuk melanjutkan
perjalanannya.
Diperkirakan
yang mula-mula sekali memasuki kepulauan Maluku adalah suku-suku bangsa Austria
Melanesia. Mereka adalah orang-orang Negrito dan Weda dan dianggap sebagai
penduduk tertua yang mendiami daerah-daerah pedalaman. Kemudian masuk pula suku
bangsa Proto Melayu yang diikuti oleh Deutero Melayu dan suku bangsa Mongoloid.
Suku-suku bangsa ini menyinggahi kepulauan Maluku terutama pulau-pulau besar
seperti Halmahera dan pulau Seram, pulau Buru, Bacan dan pulau Obi serta
pulau-pulau lainnya.
Pulau
Seram yang terkenal oleh penduduk Maluku Tengah dengan sebutan “NUSA-INA” atau
“PULAU IBU” merupakan
pusat penyebaran penduduk ke pulau-pulau sekitarnya antara lain pulau Ambon, pulau
Haruku dan pulau Saparua.
Penduduk
pulau Seram dikenal sebagai suku “ALIFURU” yang diartikan oleh penduduk setempat
sebagai “MANUSIA AWAL”.
Menurut
antropologi A.H. Keano pulau Seram dari
dahulu telah didiami oleh suatu suku bangsa yaitu bangsa “ALIFUROS”. Bangsa ini
berasal dari campuran antara KAUKASUS MONGOL dan bangsa PAPUA. Di pulau Seram
bangsa ini dikenal dengan suku-suku “ALUNE”
dan “WEMALE”.
Suku
ALUNE dan WEMALE mendiami daerah pedalaman Seram Barat. Suku ALUNE berpusat di
sekitar negeri Riring dan suku WEMALE di sekitar Hunitetu.
Menurut
antropoloog F.J.P. Sache dan dr O.D. Tauern mereka berpendapat bahwa suku Alune
berasal dari utara yaitu kemungkinan berasal dari Sulawesi utara atau
Halmahera, sebab di pulau Halamaheran juga terdapat suku ALIFUROS. Dan mereka
mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu berambut kejur dan berkulit agak kuning.
Mereka juga memiliki kebiasaan yang sama antara lain cara-cara menguburkan
mayat dengan meletakan kepala ke arah barat.
Suku
Wemale meurut mereka berasal dari arah Timur dan kemungkinunan besar dari
Malanesia. Di kalangan penduduk setempat suku Alune dan Wemale dianggap
merupakan turunan langsung dari manusia “NUNUSAKU”.
![]() |
Suatu keluarga Suku Alifuru |
Kemudian perkembangan demi perkembangan
dan didesak oleh berbagai faktor, maka suku-suku Alifuru ini mulai meninggalkan
tempat kediamannya yang semula yaitu pulau Seram dan pulau Halmahera kemudian
menyebar ke pulau-pulau kecil lainnya antara lain pula Ambon, Haruku dan
Saparua sedang di Maluku Utara ke pulau Ternate, Tidore Bacan dan Obi.
Sampai
saat ini apabila ditanyakan pada hampir semua keluarga atau mata rumah yang
berasal dari Maluku Tengah maka orang akan menjelaskan bawah nenek moyang
mereka berasal dari “NUNUSAKU” atau dengan kata lain dari keturunan suku Alunu
& Wemale.
Demikian
juga dengan keluarga atau mata rumah dari kepulauan Ternate dan Tidore mereka
menjelaskan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Halmahera.
Suku
bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih
berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di
kepulauan Samudra Pasifik.
Pada tahun 1832 Jules Dumont
d'Urville menggunakan Istilah Melanesia pertama
kali yang dalam bahasa Yunani artinya "pulau
hitam" untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang
berbeda dari Polinesia dan Mikronesia, yaitu sebuah wilayah yang
memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia. Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab
dia menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia dan sekarang
ini hanya digunakan untuk penamaan geografis saja. Negara-negara yang termasuk
ke dalam Melanesia yaitu Fiji, Papua Nugini, Kepulauan
Solomon, Vanuatu, Timor Leste, Hawaii dan Kaledonia
Baru (yang merupakan dependensi Perancis)
menggunakan istilah ini untuk menggambarkan diri mereka sendiri karena
mencerminkan sejarah kolonial dan situasi regional umum yang serupa.
Banyak
bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa
bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta
perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang
terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut
ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis
dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku
kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan
kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak
zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan
suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) serta
Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah
dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru,
yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup
dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
Karena
adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka
Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah
yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor Leste, sekarang
menjadi negara sendiri). Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di
Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De
Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden
dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De
Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula
fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez,
Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta fam-fam Arab yang langsung
dari Hadramaut (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus,
Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih
mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa
(baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij
(baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen). Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Ambon
(Fam Maluku).
Bahasa.
Bahasa
yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah
satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau
trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak
telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah
yang pernah mendatangi, menyambangi bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah
Maluku di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab
dan Belanda.
Bahasa
Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk
di wilayah provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh
masyarakat Indonesia Timur lainny seperti orang Ternate, Manado, Kupang dll.
karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan
bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa
Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formil
seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di
tempat-tempat seperti museum, bandara dan pelabuhan.
Maluku
merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, provinsi Maluku dan
Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku.
Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga
mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini.
Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu :
1.
|
Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian dan
Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat)
|
2.
|
Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala dan
Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat
|
3.
|
Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan
yaitu, antara teluk Elpaputi dan teluk Teluti
|
4.
|
Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu
sekitar Manusela dan gunung Kabauhari
|
5.
|
Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti
Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur
|
6.
|
Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh
penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian
Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara
|
Tiga
bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan
bahasa diatas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi
lingua franca sejak lama yaitu Bahasa Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab,
Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda dan Inggris) menginjakan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa
asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi
bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa
Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid).
Lihat perbandingan rumpun Melanesia berikut ini :
Rumpun Melanesia di Indonesia :
Beberapa suku di Maluku yang diyakini merupakan pancaran dari suku Alifuru (Seram) :
Demikian sekelumit sejarah orang Maluku, kemungkinan masih banyak misteri atau kekurangan dalam tulisan ini oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan atau koreksi dari pembaca guna melengkapi sejarah bangsa kita sendiri.
Sumber : dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar