Senin, 10 Maret 2014

MOLUCCAS

Peta Maluku yang dibuat VOC (Belanda) tahun 1750
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas dan Molukken adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia dimana lintasan sejarah Maluku sudah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah, seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Fir'aun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia dan Mesir menyebutkan adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru. Lihat selengkapnya tentang Maluku http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku

Sejarah Nama MALUKU.
1.   Pendapat pertama, menyatakan kata Maluku berasal dari Bahasa Arab yaitu kata Al-Mulk, Al-Mulk berarti sebagai tanah atau pulau atau negeri para raja. Hal ini memang benar karena Maluku sampai sekarangpun terdiri atas negeri-negeri kecil yang lumayan banyak dengan rajanya sendiri-sendiri.
2.  Pendapat kedua, menyatakan kata Maluku berasal dari bahasa Ternate yaitu kata Moloku atau Moloko, dua kata itu Moloku atau Moloko sama-sama berarti sebagai tanah air. Hal ini tercermin dari perkataan bangsa Ternate di masa lampau yang menyebutkan bumi Maluku belahan utara sebagai Moloku Kie Raha yang berarti tanah air dengan empat gunung. Keempat gunung yang dimaksud adalah 4 kerajaan atau kesultanan besar dari Maluku Utara yaitu Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Bacan dan Jailolo.
3.  Pendapat ketiga, menyatakan dalam buku Sejarah Maluku hal. 19 disebutkan bahwa kata Maluku berasal dari kata “Maloko” yang merupakan sebutan gelar bagi Kalano (kepala daerah) . Kata “Maloko” ini menurut marga Resley berasal dari bahasa Ibrani. Sebutan bagi raja dalam bahasa Ibrani adalah “Melek” atau “Melekh”. Bentuk yang lebih kuno adalah “Maliki” (EKAMK II hal. 292), sehingga dalam Tambo Dinasti Tang di China (618-906) “Maluku” tercatat sebagai “Miliku”, yaitu suatu daerah yang dipakai sebagai patokan penentuan arah ke kerajaan “Holing” (Kalingga) yang ada di sebelah Barat. Kata Maluku mirip dengan Maloko yaitu “Molokh” yaitu Ilah yang disembah bani Amon. Bentuk Ibrani nama ini ialah “Molek”. Dalam kitab suci Perjanjian Lama, Molek umumnya memiliki kata sandang (Imamat 18:21; 20:2-5, 2 Raja-raja 23:10, Yeremia 32:35). Kata “Molokh” pada ayat-ayat tsb menyiratkan bahwa kata itu mungkin merupakan kata umum bagi orang yang memerintah (EKAMK II hal. 93). Dengan demikian, maka gelar Maloko yang dikenakan bagi seorang Kalano adalah berasal dari budaya dan bahasa Ibrani. Dan kata Molekh (Moloch) dalam bahasa Ibrani artinya raja. Maloko kemudian disebut Maluku (Molokhus). Dan memang kepulauan Maluku artinya Kepulauan Raja-Raja. Menurut Resley, kata “Alifuru” yang merupakan sebutan bagi orang yang pertama kali mendiami Maluku bukan berasal dari bahasa Arab (Alif) yang berarti awalan. Sebab jauh hari sebelum pengaruh Arab (Islam) masuk ke Maluku pada pertengahan abad ke XIV, sudah ada bangsa yang mendiami kepulauan Maluku yang penyebarannya dimulai dari Nusa Ina dan Halmahera yang mana disebut oleh antropolog AH. Keane, FJP. Sachese dan OD. Tauren dengan sebutan suku bangsa “Alfuros”. Kata Alfuros ini sangatlah tidak mungkin diambil dari kata Alifuru, sekalipun kata ini menunjuk pada pengertian manusia mula-mula. Sebab bila kata Alifuru ini dikaitkan dengan kata Maloko, Baeleu, dan Seniri, serta budaya kepala suku, yaitu Alluf, maka sangatlah tidak cocok. Kata tersebut berasal dari Alif muncul setelah masuknya bangsa Arab ke Maluku. Tetapi sebelum itu, kata Alfuros ini menunjuk kepada nama suku bangsa yang telah ditemukan oleh para ahli, yaitu “ALUNE” yang ada baik di Nusa Ina (Seram) dan Halmahera yang memiliki budaya atau system pemerintahan “ALLUF” yaitu: kepemimpinan berada di tangan “kepala kaum/kepala suku”. Budaya ini mula-mula diterapkan oleh bangsa “Edom”: yaitu keturunan Esau, saudara Yakub (Israel) anak Ishak, di Maluku disebut mata rumah (kepala kaum), kepala Soa dan kepala suku. Alluf dalam pengertian bahasa Ibrani artinya adalah:
a.   Panglima, pemimpin (Kamus Singkat Ibrani-Indonesia hal. 11)
b.  Kepala-kepala kaum di Edom di kemudian hari disebut “Raja” (Kejadian 36:19, 31)
Pada bagian akhir dari bukunya, Resley mengatakan bahwa mayoritas orang Maluku adalah merupakan keturunan dari suku Gad, yaitu suku Israel yang telah disangka hilang dan tak dapat ditemukan lagi di dunia. 
Lihat : http://media.kompasiana.com/buku/2011/10/31/ternyata-moyang-orang-maluku-adalah-bangsa-yahudi-406217.html

Suku Bangsa.
Lelaki Alifuru (Suku Asli)
yang mendiami pulau Seram
Penduduk Maluku merupakan campuran dari berbagai bangsa yang merantau dari negeri asalnya. Mereka ini menyinggahi wilayah-wilayah dikepulauan Maluku untuk menetap dan atau untuk melanjutkan perjalanannya.
Diperkirakan yang mula-mula sekali memasuki kepulauan Maluku adalah suku-suku bangsa Austria Melanesia. Mereka adalah orang-orang Negrito dan Weda dan dianggap sebagai penduduk tertua yang mendiami daerah-daerah pedalaman. Kemudian masuk pula suku bangsa Proto Melayu yang diikuti oleh Deutero Melayu dan suku bangsa Mongoloid. Suku-suku bangsa ini menyinggahi kepulauan Maluku terutama pulau-pulau besar seperti Halmahera dan pulau Seram, pulau Buru, Bacan dan pulau Obi serta pulau-pulau lainnya.
Pulau Seram yang terkenal oleh penduduk Maluku Tengah dengan sebutan “NUSA-INA”  atau  “PULAU IBU”  merupakan pusat penyebaran penduduk ke pulau-pulau sekitarnya antara lain pulau Ambon, pulau Haruku dan pulau Saparua.
Penduduk pulau Seram dikenal sebagai suku “ALIFURU” yang diartikan oleh penduduk setempat sebagai “MANUSIA AWAL”.
Menurut antropologi  A.H. Keano pulau Seram dari dahulu telah didiami oleh suatu suku bangsa yaitu bangsa “ALIFUROS”. Bangsa ini berasal dari campuran antara KAUKASUS MONGOL dan bangsa PAPUA. Di pulau Seram bangsa ini dikenal dengan suku-suku “ALUNE”  dan  “WEMALE”.
Suku ALUNE dan WEMALE mendiami daerah pedalaman Seram Barat. Suku ALUNE berpusat di sekitar negeri Riring dan suku WEMALE di sekitar Hunitetu.
Menurut antropoloog F.J.P. Sache dan dr O.D. Tauern mereka berpendapat bahwa suku Alune berasal dari utara yaitu kemungkinan berasal dari Sulawesi utara atau Halmahera, sebab di pulau Halamaheran juga terdapat suku ALIFUROS. Dan mereka mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu berambut kejur dan berkulit agak kuning. Mereka juga memiliki kebiasaan yang sama antara lain cara-cara menguburkan mayat dengan meletakan kepala ke arah barat.
Suku Wemale meurut mereka berasal dari arah Timur dan kemungkinunan besar dari Malanesia. Di kalangan penduduk setempat suku Alune dan Wemale dianggap merupakan turunan langsung dari manusia “NUNUSAKU”.

Suatu keluarga Suku Alifuru
Kemudian perkembangan demi perkembangan dan didesak oleh berbagai faktor, maka suku-suku Alifuru ini mulai meninggalkan tempat kediamannya yang semula yaitu pulau Seram dan pulau Halmahera kemudian menyebar ke pulau-pulau kecil lainnya antara lain pula Ambon, Haruku dan Saparua sedang di Maluku Utara ke pulau Ternate, Tidore Bacan dan Obi.
Sampai saat ini apabila ditanyakan pada hampir semua keluarga atau mata rumah yang berasal dari Maluku Tengah maka orang akan menjelaskan bawah nenek moyang mereka berasal dari “NUNUSAKU” atau dengan kata lain dari keturunan suku Alunu & Wemale.
Demikian juga dengan keluarga atau mata rumah dari kepulauan Ternate dan Tidore mereka menjelaskan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Halmahera.
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Pada tahun 1832 Jules Dumont d'Urville menggunakan Istilah Melanesia pertama kali yang dalam bahasa Yunani artinya "pulau hitam" untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang berbeda dari Polinesia dan Mikronesia, yaitu sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia. Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab dia menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia dan sekarang ini hanya digunakan untuk penamaan geografis saja. Negara-negara yang termasuk ke dalam Melanesia yaitu Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Timor Leste, Hawaii dan Kaledonia Baru (yang merupakan dependensi Perancis) menggunakan istilah ini untuk menggambarkan diri mereka sendiri karena mencerminkan sejarah kolonial dan situasi regional umum yang serupa.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri). Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta fam-fam Arab yang langsung dari Hadramaut (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen). Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Ambon (Fam Maluku).

Bahasa.
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab dan Belanda.
Bahasa Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk di wilayah provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia Timur lainny seperti orang Ternate, Manado, Kupang dll. karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formil seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara dan pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu :


1.        

Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat)
2.        

Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala dan Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat
3.        

Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu, antara teluk Elpaputi dan teluk Teluti
4.        

Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar Manusela dan gunung Kabauhari
5.        

Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur
6.        


Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara

Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa diatas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak lama yaitu Bahasa Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda dan Inggris) menginjakan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid).

Lihat perbandingan rumpun Melanesia berikut ini :


Rumpun Melanesia di Indonesia :


Beberapa suku di Maluku yang diyakini merupakan pancaran dari suku Alifuru (Seram) :


Demikian sekelumit sejarah orang Maluku, kemungkinan masih banyak misteri atau kekurangan dalam tulisan ini oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan atau koreksi dari pembaca guna melengkapi sejarah bangsa kita sendiri.


Sumber : dari berbagai sumber.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemisahan antara Belgia dengan Belanda

Kerajaan Belanda Serikat (1815) B elanda dan Belgia dulunya adalah 1 negara. Saat itu, Perancis berbatasan dengan Belanda di sebelah selatan...