Mascot Piala Dunia Sepanjang Masa |
FIFA World Cup, atau sering disebut Piala Dunia FIFA, adalah kompetisi sepak bola internasional yang diikuti oleh tim nasional
putra senior anggota Fédération Internationale de Football Association (FIFA),
badan pengatur sepak bola dunia. Kejuaraan ini telah diselenggarakan setiap
empat tahun sekali sejak turnamen 1930, kecuali pada tahun 1942 dan 1946, yang
tidak diselenggarakan karena Perang Dunia II. Juara Piala Dunia saat ini adalah
Spanyol, yang menjuarai turnamen 2010 di Afrika Selatan.
Format turnamen saat ini diikuti oleh 32 tim yang
bersaing memperebutkan gelar juara di gelanggang olahraga di negara tuan rumah
dalam waktu sekitar satu bulan; babak ini sering disebut dengan Final Piala
Dunia. Tahap kualifikasi, yang saat ini diselenggarakan dalam waktu tiga tahun
menjelang Piala Dunia, digelar untuk menentukan tim mana yang akan lolos ke turnamen,
bersama dengan negara tuan rumah.
19 turnamen Piala Dunia telah dimenangkan oleh delapan
tim nasional berbeda. Brasil telah menjuarai Piala Dunia sebanyak lima kali,
dan merupakan satu-satunya tim yang secara rutin mengikuti setiap turnamen.
Juara Piala Dunia lainnya adalah Italia, dengan empat gelar juara; Jerman Barat
dengan tiga gelar juara; Argentina dan Uruguay dengan dua gelar juara; serta
Inggris, Perancis, dan Spanyol dengan satu gelar juara masing-masingnya.
Piala Dunia adalah salah satu kompetisi olahraga yang
paling banyak disaksikan di dunia, bahkan melampaui Olimpiade; diperkirakan
715,1 juta orang di seluruh dunia menyaksikan pertandingan final Piala Dunia
FIFA 2006 yang digelar di Jerman. Tiga Piala Dunia berikutnya akan
diselenggarakan di Brasil pada 2014, di Rusia pada 2018, dan di Qatar pada
2022.
Jules Rimet, penggagas Piala Dunia FIFA pertama |
Sejarah
Pertandingan sepak bola internasional pertama di dunia
dimainkan di Glasgow pada tahun 1872 antara Skotlandia dengan Inggris, yang
berakhir imbang dengan skor 0–0. Turnamen sepak bola internasional pertama
adalah British Home Championship, yang digelar pertama kali pada tahun 1884.
Setelah tumbuh dan populer di belahan dunia lainnya pada pergantian abad ke-20,
sepak bola mulai dipertandingkan sebagai olahraga demonstrasi tanpa medali
dalam Olimpiade Musim Panas 1900 dan 1904 (meskipun demikian, IOC secara
bertahap memperbarui status olahraga ini menjadi pertandingan resmi), dan juga
pada Olimpiade Interkala 1906.
Setelah FIFA didirikan pada tahun 1904, badan ini
berupaya untuk menyelenggarakan turnamen sepak bola internasional antarnegara
yang berada di luar program Olimpiade; turnamen ini digelar di Swiss pada tahun
1906. Kompetisi ini masih sangat awal bagi perkembangan sepak bola
internasional, dan sejarah resmi FIFA menjelaskan bahwa kompetisi ini adalah
sebuah kegagalan.
Dalam Olimpiade Musim Panas 1908 di London, sepak bola
dijadikan sebagai kompetisi resmi. Direncanakan oleh The Football Association
(FA), badan pengatur sepak bola Inggris, kompetisi ini hanya diperuntukkan bagi
pemain amatir dan pada saat itu lebih dianggap sebagai pertunjukan ketimbang
pertandingan. Britania Raya (diwakili oleh tim nasional sepak bola amatir
Inggris) memenangkan medali emas. Mereka kembali mengulangi prestasi tersebut
dalam Olimpiade Musim Panas 1912 di Stockholm.
Setelah dipertandingkan di Olimpiade dengan hanya
diikuti oleh tim-tim amatir, Sir Thomas Lipton menggagas penyelenggaraan
turnamen Sir Thomas Lipton Trophy di Torino pada tahun 1909. Turnamen Lipton
merupakan kejuaraan antartim individu (bukannya tim nasional) dari berbagai negara
berbeda, dengan satu tim mewakili satu negara. Kompetisi ini kadang disebut
dengan Piala Dunia Pertama, yang diikuti oleh klub-klub profesional paling
bergengsi dari Italia, Jerman, dan Swiss, namun FA Inggris menolak dikaitkan
dengan kompetisi ini dan tidak bersedia mengirimkan tim profesional untuk
berlaga dalam turnamen Lipton. Sementara itu, Lipton mengundang West Auckland,
tim sepak bola amatir dari County Durham, untuk berlaga mewakili Inggris. West
Auckland memenangkan turnamen ini, dan berhasil mempertahankan gelar juara
mereka setelah ikut kembali pada tahun 1911.
Pada tahun 1914, FIFA setuju untuk mengakui turnamen
Olimpiade sebagai "kejuaraan sepak bola dunia bagi tim amatir", dan
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pertandingan tersebut. Hal ini membuka
jalan bagi penyelenggaraan kompetisi sepak bola antarbenua pertama di dunia,
yakni dalam Olimpiade Musim Panas 1920, yang diikuti oleh Mesir dan tiga belas
tim Eropa, dan dimenangkan oleh Belgia. Uruguay memenangkan dua turnamen Olimpiade
berikutnya pada tahun 1924 dan 1928. Dua ajang terakhir juga menjadi kejuaraan
dunia terbuka pertama, dan oleh sebab itu 1924 adalah awal dimulainya era
profesional FIFA.
Tropy Jules Rimet yang diperebutkan dalam turnamen Piala Dunia sebelum hilang |
Didorong oleh kesuksesan turnamen sepak bola
Olimpiade, FIFA, yang dipimpin oleh Presiden Jules Rimet, mulai mencari
kesempatan untuk menyelenggarakan turnamen sepak bola internasional yang
terpisah dari Olimpiade. Pada 28 Mei 1928, Kongres FIFA di Amsterdam memutuskan
akan menggelar kejuaraan dunia sendiri. Karena Uruguay adalah pemegang dua kali
gelar kejuaraan sepak bola dunia pada saat itu, dan juga dalam rangka
memperingati seratus tahun kemerdekaan mereka pada tahun 1930, FIFA menetapkan
Uruguay sebagai negara tuan rumah turnamen Piala Dunia pertama.
Asosiasi sepak bola nasional dari negara-negara
terpilih diundang untuk mengirimkan tim, namun pemilihan Uruguay sebagai tuan
rumah kompetisi menyebabkan tim Eropa harus melakukan perjalanan panjang dan
berbiaya mahal menyeberangi Samudera Atlantik untuk mencapai Uruguay. Oleh
sebab itu, tidak satupun negara Eropa yang berjanji untuk mengirimkan tim,
bahkan dua bulan menjelang kompetisi dimulai. Rimet akhirnya membujuk tim
Belgia, Perancis, Rumania, dan Yugoslavia untuk berangkat ke Uruguay. Pada
akhirnya, kompetisi ini diikuti oleh tiga belas negara; tujuh dari Amerika
Selatan, empat dari Eropa, dan dua dari Amerika Utara.
Dua pertandingan Piala Dunia pertama berlangsung dalam
waktu yang bersamaan pada tanggal 13 Juli 1930, pertandingan ini dimenangkan
oleh Perancis dan Amerika Serikat, yang masing-masingnya mengalahkan Meksiko
4–1 dan Belgia 3–0. Gol pertama dalam sejarah Piala Dunia dicetak oleh Lucien
Laurent dari Perancis. Pada babak final, Uruguay mengalahkan Argentina dengan
skor 4–2 di depan kerumunan 93.000 penonton di Montevideo, dan dengan demikian
menjadi negara pertama yang menjuarai Piala Dunia.
Setelah penyelenggaraan Piala Dunia, Olimpiade Musim
Panas 1932 yang digelar di Los Angeles tidak berencana untuk menyertakan sepak
bola sebagai bagian dari pertandingan Olimpiade karena rendahnya popularitas
cabang olahraga tersebut di Amerika Serikat, yang disebabkan oleh semakin
meningkatnya popularitas sepak bola Amerika (sepak bola disebut soccer di
Amerika). FIFA dan Komite Olimpiade Internasional juga tidak sepaham mengenai
status pemain amatir, dan alhasil, sepak bola disingkirkan dari program Olimpiade.
Sepak bola kembali dipertandingkan dalam Olimpiade Musim Panas 1936, meskipun
saat itu dibayang-bayangi oleh ajang Piala Dunia yang lebih bergengsi.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan
turnamen Piala Dunia awal adalah kesulitan untuk melakukan perjalanan
antarbenua, serta peperangan. Beberapa tim Amerika Selatan tidak bersedia
berangkat ke Eropa untuk mengikuti turnamen 1934 dan 1938, dan satu-satunya tim
Amerika Selatan yang berkompetisi pada kedua ajang tersebut hanyalah Brasil.
Piala Dunia 1942 dan 1946, yang rencananya akan digelar di Jerman Nazi dan
Brasil, dibatalkan karena pecahnya Perang Dunia II.
Tropy Piala Dunia pengganti Tropy Jules Rimet yang diperebutkan sampai sekarang |
Piala Dunia setelah Perang Dunia II
Piala Dunia 1950, yang diadakan di Brasil, adalah Piala Dunia pertama yang diikuti oleh negara-negara Britania (Skotlandia dan Inggris). Britania Raya keluar dari FIFA pada tahun 1920, sebagian disebabkan oleh keengganan untuk bertanding dengan negara-negara yang pernah berperang dengan mereka, dan sebagian lagi sebagai bentuk protes atas pengaruh asing dalam cabang sepak bola yang mereka ciptakan. Britania akhirnya kembali bergabung pada tahun 1946 setelah diundang secara khusus oleh FIFA. Turnamen 1950 juga kembali diikuti oleh Uruguay yang memboikot dua Piala Dunia sebelumnya. Uruguay sekali lagi menjuarai turnamen setelah mengalahkan tuan rumah Brasil dalam pertandingan yang dijuluki "Maracanazo" (bahasa Portugis: Maracanaço).
Piala Dunia 1950, yang diadakan di Brasil, adalah Piala Dunia pertama yang diikuti oleh negara-negara Britania (Skotlandia dan Inggris). Britania Raya keluar dari FIFA pada tahun 1920, sebagian disebabkan oleh keengganan untuk bertanding dengan negara-negara yang pernah berperang dengan mereka, dan sebagian lagi sebagai bentuk protes atas pengaruh asing dalam cabang sepak bola yang mereka ciptakan. Britania akhirnya kembali bergabung pada tahun 1946 setelah diundang secara khusus oleh FIFA. Turnamen 1950 juga kembali diikuti oleh Uruguay yang memboikot dua Piala Dunia sebelumnya. Uruguay sekali lagi menjuarai turnamen setelah mengalahkan tuan rumah Brasil dalam pertandingan yang dijuluki "Maracanazo" (bahasa Portugis: Maracanaço).
Dari tahun 1934 hingga 1978, 16 tim berkompetisi dalam
setiap turnamen, kecuali pada 1938, saat Austria disatukan dengan Jerman Nazi
setelah kualifikasi, yang menyebabkan Piala Dunia saat itu hanya diikuti oleh
15 tim, dan pada tahun 1950, saat India, Skotlandia, dan Turki mengundurkan
diri dari kompetisi, sehingga turnamen hanya diikuti oleh 13 tim. Sebagian
besar negara yang berpartisipasi berasal dari Eropa dan Amerika Selatan, dan
sebagian kecil dari Amerika Utara, Afrika, Asia, dan Oseania. Tim-tim ini
biasanya dikalahkan dengan mudah oleh tim Eropa dan Amerika Selatan. Hingga
1982, tim dari luar Eropa dan Amerika Selatan yang berhasil melewati babak
penyisihan adalah: Amerika Serikat, semifinal pada 1930; Kuba, perempat final
pada 1938; Korea Utara, perempat final pada 1966; dan Meksiko, perempat final
pada 1970.
Uruguay 1930.
SEPAK bola terus mendapatkan popularitasnya di dunia
pada dekade 1920-an. Ini membuat otoritas sepak bola dunia, FIFA, mulai
bermimpi bagaimana menggelar turnamen internasional sepak bola yang punya
pengaruh besar.
FIFA yang diketuai Jules Rimet, sempat memasukkan
sepak bola di Olimpiade 1924 dan dimenangkan oleh Uruguay. Namun, gemanya masih
belum besar. Selain itu muncul konflik siapa yang akan mengatur turnamen itu,
FIFA atau Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Kompetisi sepak bola internasional pada 1924 itu
sebenarnya sukses. Maka, FIFA mencoba membuat turnamen sendiri pada 1928 dengan
tuan rumah Hungaria. Namun, tak banyak peminat dan hanya empat tim yang tampil
sehingga bisa dikatakan gagal.
Jules Rimet kemudian mengutus Sekretaris Jenderal
Federasi Sepak Bola Perancis (FFF), Henri Delauney. Dia pun mulai merancang
turnamen besar. Dan, pada 1930 impian itu akhirnya terwujud. Piala Dunia
pertama kali itu digelar di Uruguay.
Kenapa Uruguay? Alasannya, karena negara itu juara
bertahan cabang sepak bola Olimpiade. Selain itu, pada tahun tersebut
bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Uruguay dan negeri itu akan merayakan
besar-besaran.
Untuk menggelarnya, Uruguay melakukan persiapan cukup
serius. Mereka membangun stadion raksasa di ibukota Montevideo. Stadion
Centenario itu kapasitas 95.000 penonton.
Pekerjaan besar ini sempat tertunda karena hujan
lebat. Sampai 5 hari sebelum pembukaan pada 13 Juli 1930, pembangunan stadion
masih belum rampung benar. Namun, stadion itu akhirnya tetap bisa digunakan
untuk gelaran sepak bola terbesar dunia itu.
Sayangnya, banyak negara yang menolak tampil di Piala
Dunia pertama tersebut. Alasannya, mereka tak mau membuang waktu di kapal
menuju Uruguay. Maklum, saat itu transportasi kapal laut lebih dominan dan
pesawat terbang belum banyak.
Tim-tim kuat seperti Italia, Belanda, Inggris, dan
Spanyol memilih absen, Akibatnya, hanya ada empat tim dari Eropa yang datang,
yakni Perancis, Yugoslavia, Rumania, dan Belgia. Bahkan, kehadiran Rumania pun
harus dijemput langsung oleh Raja Carol agar berpartisipasi.
Namun, tim-tim kuat Benua Amerika banyak yang datang,
seperti Meksiko, Argentina, Amerika Serikat, Cile, Bolivia, Brasil, dan
Paragua. Termasuk tuan rumah Uruguay, Piala Dunia 1930 diiukti 13 tim. Partai
Perancis lawan Meksiko Meksiko menjadi pembuka dengan kemenangan Perancis 4-1.
Sebagai informasi, tak ada perempat final di turnamen
ini. Juara grup langsung lolos ke semifinal. Meski begitu, Argentina dan
Uruguay yang sangat dominan dan tampil menawan. Di semifinal, Argentina
menghajar Amerika Serikat 6-1. Uruguay menang dengan skor 6-1 lawan Yugoslavia.
Tanggal 30 Juli 1930 menjadi saat paling bersejarah
dalam sepak bola. Final Piala Dunia pertama mempertemukan tuan rumah dengan
Argentina di final. Disaksikan 93.000 penonton, pertandingan berlangsung seru
dan mengesankan.
Di babak pertama, Uruguay sempat unggul lebih dulu,
tapi kemudian Argentina segera mengejar dan unggul 2-1. Sepertinya, Argentina
bakal tampil sebagai juara. Namun, di babak kedua tuan rumah tampil garang dan
mencetak 3 gol, hingga menang 4-2. Uruguay pun akhirnya tampil sebagai juara
Piala Dunia pertama.
Meski Piala Dunia 1930 hanya diikuti 13 tim dan tidak
memakai babak kualifikasi, namun ini menjadi tonggak sejarah besar. Awal dari
pentas akbar sepak bola dunia yang sangat memengaruhi manusia.
Italia 1934.
Dalam diri Benito Mussolini, Italia memiliki pemimpin
yang ingin menggunakan segala cara dan alat untuk menyebarluaskan informasi dan
pesan dari negaranya. Jadi, ketika FIFA menyatakan bahwa Piala Dunia 1934 digelar
di Italia, hal itu dipandang sebagai sarana propaganda bagi Il Duce dan,
sebagai konsekuensinya, Italia harus memenangi ajang itu.
Untungnya, Italia memiliki pelatih visioner dalam diri
Vittoria Pozzo. Dikenal sebagai pelatih pertama berpemahaman taktik mumpuni, Il
Vecchio Maestro menjawab "tantangan" Mussolini. Ia membawa Italia
mencetak rekor sebagai tim Eropa pertama yang menjuarai Piala Dunia, seperti
Uruguay, di kandang sendiri.
Kebanggan Uruguay sebagai tuan rumah dan Piala Dunia
pertama tak bisa digantikan. Namun, Italia juga layak berbangga diri menjuarai
Piala Dunia edisi kedua, mengingat Piala Dunia 1934 diikuti lebih banyak
peserta dan digelar di lebih banyak kota.
Piala DUnia 1930 Uruguay diikuti 13 peserta dan semua
pertandingan berlangsung di Montevideo. Piala Dunia pertama dinilai sukses
sehingga semakin banyak negara yang ingin tampil di Piala Dunia 1934 Italia.
FIFA pun memperkenalkan babak kualifikasi untuk menyaring 32 tim menjadi 16
tim.
Uniknya, Uruguay sama sekali tak masuk daftar peserta
Piala Dunia 1934. Mereka menolak mengikuti ajang itu sebagai "balas
dendam" karena Italia tak tampil di Piala Dunia 1930. Uruguay pun mencetak
sejarah sebagai satu-satunya juara bertahan yang tak tampil untuk
mempertahankan gelar juaranya.
Piala Dunia 1934 diawali dengan babak penyisihan yang
terdiri dari delapan pertandingan. Setiap pertandingan digelar di kota berbeda.
Kota yang menjadi kota penyelenggara adalah Bologna, TUrin, Florence, Genoa,
Naples, Milan, Roma, dan Trieste.
Italia memulai perjalanan mereka menuju juara dengan
mengalahkan Amerika Serikat 7-1 di Roma, pada 27 Mei 1934. Mereka kemudian
bertemu Spanyol di babak perempat final.
Italia berhasil menyingkirkan Spanyol pada
pertandingan ulang perempat final dengan skor 1-0, di Florence, 1 Juni 1934.
Pertandingan ulang digelar setelah Italia dan Spanyol bermain 1-1 hingga akhir
babak tambahan, pada laga perempat final di Florence, 31 Mei 1934. Inilah kali
pertama peraturan tanding ulang diperkenalkan.
Di babak semifinal, Italia bertemu Austria. Mereka
menang 1-0 atas Austria berkat gol Enrique Guaita pada menit ke-19 dan dengan
begitu meraih tiket masuk final.
Ceko menjadi lawan Italia di babak final. Italia
mengunci gelar juara setelah menang 2-1 melalui babak tambahan. Sementara gol
Ceko dicetak Antonin Puc pada menit ke-71, gol Italia dicetak Raimundo Orsi
(81) dan Angelo Schiavito (95).
Rekor Piala Dunia 1934
Sepatu Emas: Oldrich Nejedly (Ceko, 5 gol).
Total gol tercipta: 70 gol. Italia menjadi tim
terbanyak mencetak gol dengan 12 gol.
Format: Sistem gugur dan tanding ulang untuk
pertandingan yang berakhir imbang Jumlah pertandingan 17.
Trivia:
Luis Monti yang tampil untuk Argentina pada Piala
Dunia 1930 membela Italia pada Piala Dunia 1934.
Pemain Italia Luigi Allemandi diskors seumur hidup
karena menerima suap, tetapi sanksi itu dicabut sehingga Allemandi bisa membela
Italia di putaran final Piala Dunia 1934.
Pertandingan ulang babak perempat final antara Italia
dan Spanyol digelar kurang dari 24 jam setelag laga pertama.
Prancis 1938.
SEPAK bola Indonesia tak perlu berkecil hati. Negeri ini ternyata pernah tampil di Piala Dunia pada 1938 di Perancis.
Namun, saat itu Indonesia yang masih dalam jajahan Belanda, memakai nama Hindia Belanda. Di babak kualifikasi, Indonesia bertemu Jepang. Namun, "Negeri Matahari" mengundurkan diri, sehingga Indonesia langsung ke putaran final.
Saat itu, sepak bola Indonesia cukup bagus untuk ukuran Asia. Mereka datang ke Perancis mengandalkan pemain seperti Mo Heng, Hu Kom, Samuels, Nawir, Meng, Anwar, Hong Dijen, Soedarmadji, Sommers, Pattiwael, Taihuttu.
Pengalaman internasional pertama terjadi pada 5 Juni di Stadion Velodrome Municipal, Reims. Indonesia langsung bertemu tim kuat Hungaria di putaran pertama. Kualifas dan pengalaman menjadi pembeda. Indonesia dibantai Hungaria 0-6. Meski hanya lewat, namun Indonesia membuat sejarah, minimal pernah tampil di Piala Dunia.
Ini Piala Dunia yang masih diliputi nuansa politik menjelang Perang Dunia II. Pennguasa Jerman, Adolf Hitler, sebenarnya ingin negerinya menjadi tuan rumah. Dia akan menggunakan ajang ini sebagai propaganda, menyaingi Benito Mussolini yang memanfaatkan Piala Dunia 1934 di Italia.
Argentina juga mengajukan diri sebagai tuan rumah. Namun, setelah rapat panjang, Argentina ditolak karena kekhawatiran terhadap persiapan mereka. Lagi pula, FIFA trauma akan banyuak tim Eropa absen seperti saat di Uruguay.
FIFA berusa menghindari wilayah politis. Akhirnya, diputuskan Perancis sebagai tuan rumah, karena dianggap netral. Selain itu, Perancis pantas mendapat kehormatan, karena jasa Jules Rimet dan Henri Delaunay, tokoh Perancis yang membidani Piala Dunia.
Sebanyak 37 tim mengikuti kualifikasi, tapi sebagian mengundurkan diri. Putaran final yang diikuti 18 tim, kembali menggunakan sistem gugur seperti Piala Dunia 1934. Italia sebagai juara bertahan, masih superior dan akhirnya kembali juara.
Namun, saat itu Indonesia yang masih dalam jajahan Belanda, memakai nama Hindia Belanda. Di babak kualifikasi, Indonesia bertemu Jepang. Namun, "Negeri Matahari" mengundurkan diri, sehingga Indonesia langsung ke putaran final.
Saat itu, sepak bola Indonesia cukup bagus untuk ukuran Asia. Mereka datang ke Perancis mengandalkan pemain seperti Mo Heng, Hu Kom, Samuels, Nawir, Meng, Anwar, Hong Dijen, Soedarmadji, Sommers, Pattiwael, Taihuttu.
Pengalaman internasional pertama terjadi pada 5 Juni di Stadion Velodrome Municipal, Reims. Indonesia langsung bertemu tim kuat Hungaria di putaran pertama. Kualifas dan pengalaman menjadi pembeda. Indonesia dibantai Hungaria 0-6. Meski hanya lewat, namun Indonesia membuat sejarah, minimal pernah tampil di Piala Dunia.
Ini Piala Dunia yang masih diliputi nuansa politik menjelang Perang Dunia II. Pennguasa Jerman, Adolf Hitler, sebenarnya ingin negerinya menjadi tuan rumah. Dia akan menggunakan ajang ini sebagai propaganda, menyaingi Benito Mussolini yang memanfaatkan Piala Dunia 1934 di Italia.
Argentina juga mengajukan diri sebagai tuan rumah. Namun, setelah rapat panjang, Argentina ditolak karena kekhawatiran terhadap persiapan mereka. Lagi pula, FIFA trauma akan banyuak tim Eropa absen seperti saat di Uruguay.
FIFA berusa menghindari wilayah politis. Akhirnya, diputuskan Perancis sebagai tuan rumah, karena dianggap netral. Selain itu, Perancis pantas mendapat kehormatan, karena jasa Jules Rimet dan Henri Delaunay, tokoh Perancis yang membidani Piala Dunia.
Sebanyak 37 tim mengikuti kualifikasi, tapi sebagian mengundurkan diri. Putaran final yang diikuti 18 tim, kembali menggunakan sistem gugur seperti Piala Dunia 1934. Italia sebagai juara bertahan, masih superior dan akhirnya kembali juara.
Brasil 1950.
PERANG
Dunia II menghancurkan banyak segi kehidupan, termasuk sepak bola. Pesta sepak
bola sejagad, Piala Dunia, yang dirintis sejak 1930 pun jadi terhenti. Terakhir
digelar pada 1938, setelah itu perang berkecamuk di mana-mana.
Selepas
Perang Dunia II, FIFA ingin membangkitkan kembali Piala Dunia. Rencana semula
dalam Kongres FIFA Luksemburg pada Juli 1946, Piala Dunia akan digelar digelar
lagi pada 1949. Tak ada yang berani menjadi tuan rumah, karena perang telah
menghabiskan banyak biaya dan tenaga.
Brasil
kemudian mengajukan diri, karena negerinya tak terlibat perang. Negeri ini pun
menjadi satu-satunya calon tuan rumah dan akhirnya dikukuhkan pada kongres FIFA
tersebut. Namun, waktunya bukan 1949, melainkan 1950.
Semua
orang setuju Piala Dunia digelar di Amerika Latin, karena Eropa hancur lebur
oleh perang. Selain itu, dua Piala Dunia sebelumnya selalu digelar di Eropa.
Piala
Dunia 1950 itu amat penting artinya. Selain membangkitkan kembali Piala Dunia
setelah perang, juga akan diperkenalkan trofi baru, yakni Jules Rimet. Trofi
itu juga untuk merayakan 25 tahun kepemimpinan Jules Rimet di FIFA.
Selain
itu, untuk pertama kalinya, Inggris yang dikenal punya sepak bola bagus, ikut
serta. Sebanyak 13 tim tampil di putaran final. Dari Eropa, tim yang tampil
adalah Swis, Yugoslavia, Inggris, Spanyol, Swedia, dan Italia. Selebihnya tim
dari Benua Amerika. Tak ada wakil dari Asia atau Afrika.
Piala
Dunia ini juga diawali babak kualifikasi yang diikuti 34 tim, tapi akhirnya
tersaring 13 tim. Di putaran final, 13 tim dibagi ke dalam empat grup. Juara
grup akan tampil di Pool Final yang saat itu terdiri dari uruguay, Brasil,
Swedia, dan Spanyol.
Di
pool final itu, mereka saling bertemu. Dua tim teratas akan bertemu di final.
Barsil menduduki urutan pertama dan Uruguay kedua, sehingga mereka tampil di
final. Namun, Uruguay akhirnya menang 2-1 dan juara untuk kedua kalinya.
Piala
Dunia 1950 ini menjadi tonggak penting, karena setelah itu gelaran yang sama
bisa diselenggarakan secara rutin secara empat tahunan hingga kini.
Swiss 1954.
SWISS
mendapat kehormatan sebagai tempat penyelenggaraan Piala Dunia kelima, dan
ajang ini juga menjadi puncak ulang tahun ke-50 markas FIFA yang berada di
Zurich. Negera ini telah mendapat jaminan turnamen sepak bola antar-negara
tersebut usai kongres perang dunia pertama 1946, dan mereka telah menghabiskan
waktu selama delapan tahun untuk membangun stadion baru sebagai tempat
pertandingan.
Sebenarnya,
stadion-stadionnya kecil dengan daya tampung yang kecil pula. Tetapi Swiss
mampu meraup keuntungan finansial yang besar, karena mereka pandai memanfaatkan
bisnis turnamen ini yang pastinya sangat menarik minat seluruh pemirsa pecinta
sepak bola di seluruh dunia. Dan, di Swiss inilah untuk pertama kalinya
pertandingan ditayangkan televisi meskipun masih dalam lingkup terbatas.
Pada
Piala Dunia Swiss ini, presiden FIFA Rodolphe Seeldrayers kembali membuat
perubahan pada format turnamen. Pria asal Belgia tersebut mengusulkan agar 16
tim yang tampil dibagi dalam empat grup yang masing-masingnya dihuni dua tim
unggulan yang tidak perlu harus saling bertarung di fase grup ini. Dan, di
babak ini juga diperkenalkan sistem perpanjangan waktu jika skor pertandingan
tetap imbang.
Di
Piala Dunia ini, yang untuk pertama kalinya terselenggara di Eropa setelah
Perang Dunia II, Hungaria menjadi kekuatan baru yang sangat diperhitungkan.
Pasalnya, tim Eropa Timur ini bermain paling agresif dan menjadi pencetak gol
tersubur, yang belum terjadi di Piala Dunia-Piala Dunia sebelumnya.
Lihat
saja perjalanannya menuju babak final. Mereka tampil sangat beringas untuk
menggasak Jerman Barat 8-3, selanjutnya membantai Korea Selatan 9-0. Tak heran
jika Hungaria menjadi favorit juara. Di sini pula lahir beberapa bintang top
seperti Puskas, Kocsis (menjadi top skor), Hidegkuti dan Czibor.
Tim
lain yang juga menjadi favorit adalah Uruguay karena mereka masih tidak
terkalahkan selama babak penyisihan grup. Ini merupakan prestasi terbaik
sepanjang sejarah Piala Dunia. Negara Amerika Selatan ini lolos ke perempat
final setelah mengalahkan Cekoslovakia dan Skotlandia.
Di
babak delapan besar, terjadi sebuah rekor baru untuk Piala Dunia ketika Austria
bertemu Swiss. Pasalnya tercipta 12 gol, di mana Austria menjadi pemenang
dengan skor 7-5. Sampai sekarang, skor tertinggi di fase knock-out ini belum
terpecahkan.
Sedangkan
di partai lain, Uruguay melanjutkan kiprahnya dengan menggulung Inggris 4-2,
begitu juga dengan Hungaria yang menggilas Brasil 4-2, dalam duel terbrutal
yang pernah terjadi di ajang sepak bola paling bergengsi ini. Pertarungan
Hungaria vs Brasil ini disebut juga dengan "The Battle of Berne",
karena tiga pemain dikartumerah dan pertarungan berlanjut sampai peluit akhir
berbunyi. Sementara itu, Jerman Barat sudah pulih lagi usai disikat Hungaria di
babak pertama, dengan mengalahkan Yugoslavia 2-0.
Dari
hasil-hasil tersebut, muncullah tim yang lolos ke semifinal di mana dua tim
favorit, Uruguay dan Hungaria, harus bertemu untuk memperebutkan tiket ke
final. Di partai lain, Jerman Barat bertemu tetangganya, Austria.
Uruguay
yang untuk pertama kalinya berpartisipasi pada Piala Dunia yang diselenggarakan
di Eropa, memberikan perlawanan gigih. Dan, pertarungan kedua tim ini berlanjut
hingga babak perpanjangan waktu dan Hungaria keluar sebagai pemenang dengan
skor 4-2. Hasil ini juga mengakhiri rekor Uruguay yang tak terkalahkan
sepanjang turnamen ini.
Sementara
itu, Jerman Barat terus menunjukkan grafik penampilan yang meningkat. Di babak
empat besar ini mereka menggelontor gawang Austria sebanyak enam kali,
sedangkan gawangnya hanya kebobolan satu kali. Alhasil, Jerman Barat pun
melangkah ke final dengan modal kemenangan 6-1 untuk menciptakan final yang
sangat bergengsi.
Rupanya,
eforia di babak empat besar ini berlanjut hingga ke final. Tampil dengan
semangat berlipat ganda untuk membalas sakit hatinya akibat dipermalukan pada
babak penyisihan grup, Jerman Barat menang dengan skor 3-2.
Tetapi
perjalanan "Der Panzer" untuk mengukir prestasi ini diwarnai
pertandingan yang dramatis. Bagaimana tidak, mereka sempat tertinggal 0-2 dan
bayang-bayang kehancuran akibat kekalahan 3-8 mulai terbayang lagi.
Namun,
Jerman Barat kembali memperlihatkan mental juaranya. Tim yang terkenal dengan
permainan 'terlambat panas' sehingga mendapat julukan "tim Panser"
ini mampu membalikkan keadaan dengan mencetak tiga gol balasan, sekaligus
memastikan diri untuk pertama kalinya menggondol trofi paling bergengsi ini.
Sebuah pembalasan yang manis dan sempurna karena berujung pada gelar juara
dunia. Sedangkan di partai perebutan medali perunggu, Austria keluar sebagai
pemenang dengan skor 3-1.
Swedia 1958.
PIALA
Dunia 1958 masih tetap berlangsung di Eropa, dan Swedia mendapat kehormatan
untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah. Di sini pula, turnamen empat tahunan
ini diliput oleh televisi dan disiarkan secara internasional.
Format
kompetisi pun berganti lagi. 16 tim dibagi dalam empat grup seperti pada tahun
1954, tetapi sekarang semua tim yang tergabung dalam satu grup harus saling
berhadapan, tetapi tim yang berada di peringkat dua dan ketiga harus melewati
babak play-off. Pada fase grup ini tak ada perpanjangan waktu. Dua tim teratas
akan melaju ke perempat final, dan setelah itu formatnya menggunakan sistem
knock-out.
Pada
tahun ini, tak ada lagi sistem unggulan seperti pada 1954, tetapi setiap grup
dihuni satu tim dari Eropa Barat, satu dari Eropa Timur, satu dari Inggris dan
satu dari Amerika Latin. Dengan format ini, Inggris harus menerima kenyataan
pahit karena satu grup dengan Brasil, Rusia dan peraih medali perunggu 1954,
Austria.
Sementara
itu, kekuatan Hungaria sudah sangat keropos menyusul kepergian pemain-pemain
topnya seperti Puskas, Kacsis dan Czibor, yang meninggalkan negara ini pada
tahun 1956 akibat invasi Uni Soviet ke negera mereka. Tak heran jika Hungaria
yang di Piala Dunia sebelumnya sangat perkasa dan menakutkan, kini tak berdaya
sehingga langsung tersingkir di fase grup.
Sebaliknya,
Uni Soviet yang untuk pertama kalinya ikut Piala Dunia, langsung menebar
ancaman. Negara "Beruang Merah" ini menjadi favorit.
Di
ajang ini, muncul sosok baru bernama Pele, yang menghentak dunia. Pemain Brasil
ini sangat menarik perhatian karena aksi-aksinya yang menawan. Sempat absen di
pertandingan pertama, Pele mulai membuat kejutan ketika membawa Brasil menahan
imbang Inggris dengan skor 0-0. Hasil imbang tanpa gol ini merupakan yang
pertama kalinya di Piala Dunia. Dari sini, Brasil sangat difavoritkan menjadi
juara, apalagi mereka melakukan inovasi dengan mengusung skema 4-2-4.
Striker
Perancis Juste Fontaine juga membuat sensasi karena menjadi top skor Piala
Dunia ini setelah mengoleksi 13 gol. Dia sukses membawa "Les Bleus"
dengan mudah melewati babak penyisihan grup dan mereka merupakan tim paling
produktif dengan torehan 11 gol.
Sukses
juga diraih tuan rumah, Swedia, yang didampingi Wales untuk melewati penyisihan
grup. Sedangkan Inggris dan Skotlandia tak bisa melanjutkan kiprahnya, karena
tak mampu melewati fase grup.
Di
perempat final, tak ada kejutan. Seperti yang diperkirakan, Jerman Barat
menyingkirkan Yugoslavia dengan skor tipis 1-0, tuan rumah mengeliminasi Uni
Soviet berkat kemenangan 2-0, kemudian Fontaine membawa Perancis membantai
Irlandia Utara 4-0. Di partai lain, Pele menjadi pahlawan Brasil karena gol
pertamanya di Piala Dunia membawa "Selecao" menembus semifinal
meskipun hanya menang 1-0 atas Wales.
Memasuki
babak-babak selanjutnya, pesta gol terjadi. Bayangkan, mulai semifinal hingga
final, tercipta 27 gol! Pada babak empat besar Swedia menggulung Jerman Barat
yang merupakan juara bertahan, dengan skor 3-1. Sedangkan pada partai lain,
Pele memukau publik lewat hat-trick untuk menghentikan laju Fontaine dan
kawan-kawan. Brasil menang 5-2 atas Perancis. Alhasil, Brasil bertemu Swedia di
final.
Namun
sebelum dunia menyaksikan pertai seru antara Brasil dan Swedia, para pecinta
sepak bola dunia lebih dulu disuguhkan pertai sembilan gol antara Perancis dan
Jerman Barat, untuk memperebutkan medali perunggu. Di sini Fontaine melengkapi
prestasinya sebagai top skor (13 gol) berkat empat gol yang dihasilkannya untuk
membawa Perancis menang 6-3. Fontaine juga menorehkan sejarah sebagai pencetak
gol terbanyak dalam satu Piala Dunia.
Pada partai
puncak, Pele lagi-lagi menunjukkan tajinya sebagai pemain bintang. "Si
Mutiara Hitam" ini membawa Brasil menjadi juara setelah menekuk tuan rumah
5-2. Hasil tersebut membuat Brasil sebagai satu-satunya negara dari benua
Amerika yang menjadi juara di Eropa dan sampai sekarang belum ada negara yang
mampu menyamai prestasi tersebut--dalam sejarah, ketika Piala Dunia
dilangsungkan di Eropa, maka negara dari benua Eropa yang menjadi juara, begitu
juga sebaliknya, ketika diadakan di benua Amerika maka negara dari benua ini
yang menjadi juara. Kecuali pada Piala Dunia 2002, di mana Brasil menjadi juara
untuk kelima kalinya ketika Piala Dunia diselenggarakan di Korea-Jepang.
Chili 1962.
PADA
kongres FIFA tahun 1956 di Lisbon, Portugal, ada tiga negara yang secara resmi
mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1962. Argentina, Chili,
dan Jerman Barat, menyatakan kesediaan mereka untuk menyelenggarakan turnamen
sepak bola antar-negara tersebut.
Jerman
Barat menjadi negara pertama yang "tersingkir", karena hampir semua
peserta kongres tidak sepakat jika Piala Dunia untuk ketiga kalinya secara
berturut-turut diselenggarakan di benua Eropa. Karena itu, Argentina menjadi
negara terfavorit untuk menjadi tuan rumah, karena selain budaya sepak bolanya,
dan memiliki sejumlah stadion besar, antusiasme penduduknya juga sangat tinggi.
Mereka semakin menjadi kandidat terkuat ketika Chili diguncang gempa dasyat
pada Mei 1960, yang menurut laporan menewaskan sekitar 5.000 orang.
Namun
tak disangka, Chili ditunjuk sebagai negara penyelenggara Piala Dunia 1962.
Lobi dan alasan menyentuh dari Presiden FA Chili, Carlos Dittborn, menarik
simpati FIFA. "Kami tidak memiliki apa-apa, sehingga kami harus menjadi
tuan rumah Piala Dunia," demikian pernyataan Dittborn, yang membuat FIFA
trenyuh dan akhirnya menjatuhkan pilihan Chili sebagai tuan rumah.
Dalam
kurun waktu dua tahun setelah bencana gempa bumi itu, Chili bergerak cepat
untuk membangun stadion-stadion baru, termasuk National Stadium di Santiago,
yang selesai tepat waktu saat turnamen dimulai. Untuk ukuran sebuah negara
miskin, Chili yang menjadi tuan rumah tidak terlalu mengecewakan FIFA, meskipun
panitia masih harus belajar lebih banyak lagi tentang sepak bola.
Tak
seperti pada perhelatan-perhelatan sebelumnya, di sini untuk pertama kalinya
terjadi sebuah kejutan di babak kualifikasi. Swedia yang di Piala Dunia
terakhir menjadi runner-up, harus tersingkir lebih awal karena tidak mampu
melewati penyisihan grup. Sementara itu, Brasil yang mengusung semua
kekuatannya ketika menjadi juara 1958, tampaknya masih tetap menjadi favorit.
Hanya ada satu tambahan pemain, yaitu Amarildo, yang dipanggil untuk
menggantikan Pele yang cedera pada pertandingan kedua.
Pada 2
Juni, terjadi peristiwa terburuk dan merupakan hari paling kelam dalam sejarah
Piala Dunia, ketika Chili bertemu Italia di babak penyisihan Grup B. Disaksikan
sekitar 70.000 penonton di Santiago, terjadi perkelahian di lapangan hijau yang
mengakibatkan dua orang pemain Italia diusir keluar lapangan karena mendapat
kartu merah. Menurut wasit asal Inggris, Aston, pertandingan tersebut tidak
terkontrol karena para pemain berkelahi dan saling menendang, sehingga polish
harus turun tangan untuk meredakan situasi. Duel ini berakhir dengan skor 2-0
untuk kemenangan tuan rumah.
Setelah
menyelesaikan babak penyisihan di tiap grup, muncullah delapan tim yang lolos
ke perempat final. Di babak ini, Yugoslavia untuk ketiga kalinya secara
berturut-turut kembali bertemu dengan Jerman Barat. Setelah selalu kalah dalam
dua pertemuan sebelumnya, kali ini Yugoslavia bisa membalas lewat gol Radakovic
tiga menit sebelum pertandingan usai, sehingga mereka lolos dengan kemenangan
1-0.
Sementara
itu, Brasil terus menunjukkan konsistensinya. "Tim Samba" melangkah
pasti ke semifinal setelah membekuk Inggris 3-1, dengan Garrincha sebagai
bintang, karena jadi inspirator.
Cekoslovakia
juga mengikuti jejak Yugoslavia dan Brasil, setelah menang 1-0 atas Hungaria.
Kejutan juga dibikin Chili, yang di luar dugaan mengandaskan Uni Soviet dengan
kemenangan 2-1.
Namun
di semifinal, Chili harus bertemu dengan Brasil yang sedang dalam performa
terbaik. Bisa ditebak, Brasil tak tertahankan dan memastikan diri lolos ke
final setelah menang 4-2. Garrincha dan Vava membagi rata gol timnya ke gawang
tuan rumah. Di partai lain, Yugoslavia gagal membendung Cekoslovakia yang
berhasil meraih kemenangan 3-1, sehingga akan bertemu Brasil di partai puncak.
Meskipun
gagal ke final, Chili masih bisa menghibur publiknya karena pada perebutan
medali perunggu, mereka keluar sebagai pemenang setelah menaklukkan Yugoslavia
1-0. Hasil ini terbilang fantastis, karena mereka sendiri tak menyangka akan
melangkah sampai semifinal.
Pada
partai final, Cekoslovakia membuat kejutan karena lebih dulu memimpin. Tetapi,
Brasil yang boleh diperkuat Garrincha walaupun mendapat kartu merah di
semifinal, mampu keluar dari tekanan.
Tiga
gol balasan bisa dilesakkan "tim Samba" untuk membalikkan keadaan
sehingga menang 3-1, sekaligus mempertahankan trofi yang kali ini mereka raih
tanpa harus dipekuat sang bintang di turnamen sebelumnya, Pele.
Inggris 1966.
DARI
Amerika, Piala Dunia kembali diselenggarakan di Eropa. Inggris yang sudah
menunggu selama 16 tahun sejak berpartisipasi di turnamen ini, mendapat
kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Dan, mereka sangat optimistis bisa
mengakhiri penantian untuk merengkuh trofi paling bergengsi ini setelah
menembus perempat final di Cile 1962.
Dengan
sejumlah pemain top dan sedang berada di usia matang, pelatih Alf Ramsey merasa
timnya punya potensi untuk menyingkirkan lawan mana pun. Banks, Moore,
Charltons, Greaves, Hurst dan Hunt, merupakan deretan nama yang menjadi andalan
"The Three Lions".
Namun
menjelang bergulirnya turnamen ini, panitia sempat pusing tujuh keliling karena
trofi yang diberi nama Jules Rimet ini dicuri, saat dilakukan pameran pada
bulan Maret di Central Hall, Westminster. Situasi semakin runyam lantaran
panitia merasa tak sanggup untuk membuat trofi baru yang mirip dengan aslinya,
yang memang unik dan sulit ditiru.
Beruntung,
di tengah kegalauan itu muncul kabar menggembirakan. Adalah seekor anjing
bernama Pickles, yang memecahkan persoalan rumit tersebut, satu minggu setelah
kasus pencurian itu. Binatang yang memiliki penciuman paling tajam ini
mengendus keberadaan trofi tersebut di sekitar semak belukar di Norwood, London
Selatan. Ternyata benar, setelah diperiksa ternyata trofi tersebut dibungkus
dengan kertas koran. Alhasil, persiapan turnamen ini bisa berlangsung lancar
lagi.
Inggris
yang mendapat dukungan dari suporter fanatiknya mengawali kejuaraan ini dengan
hasil yang kurang memuaskan karena hanya bermain imbang tanpa gol melawan
Uruguay. Ini membuat mereka banyak mendapat kritikan. Meskipun demikian,
pasukan Ramsey yang tergabung di Grup A bersama Uruguay, Perancis dan Meksiko
tersebut bisa keluar dari tekanan, dan mereka akhirnya menjadi juara grup, dan
lolos ke perempat final, didampingi Uruguay.
Di
Grup B yang dihuni tim-tim keras, Jerman Barat dan Argentina menjadi yang
terbaik, setelah menyisihkan Spanyol dan Swiss. Di sini lahirlah bintang muda
Jerman, Franz Beckenbauer, yang bermain cemerlang di fase penyisihan grup ini.
Dia mencetak dua gol ketika Jerman mencukur Swiss 5-0.
Argentina
yang diperkuat pemain-pemain top seperti Rattin, Artime dan Onega, mengikuti
jejak Jerman Barat karena menjadi runner-up. Hasil ini terbilang kurang
memuaskan, karena mereka difavoritkan akan menjadi juara grup. Tetapi ketika
melawan Jerman, Argentina hanya bermain imbang 0-0. Kejutan lain di grup ini
adalah tersingkirnya Spanyol, sang juara Eropa. Padahal, "El Matador"
datang dengan membawa seluruh kekuatannya seperti Gento, Suarez dan Del Sol.
Dari
Grup C, Brasil sempat mengawali pertandingannya dengan hasil meyakinkan.
Tendangan bebas spektakuler Pele dan Garrincha membawa "Selecao"
menang 2-0 atas Bulgaria. Tetapi juara 1958 dan 1962 ini mendapat masalah besar
saat menghadapi Hungaria, karena Pele tidak bisa tampil lantaran cedera.
Sebaliknya, dua bintang Hungaria Florian Albert dan Ferenc Bene, mencuri
perhatian dengan aksi-aksi menawan, yang membawa negara mereka menang 3-1 atas
sang juara bertahan.
Di
grup ini, Portugal yang merupakan tim debutan, menjadi jawara. Eusebio, yang
berdampingan dengan Torres, Augusto, Simoes dan Coluna, membawa tim "Samba
Eropa" ini maju ke perempat final. Bahkan pada pertandingan terakhir
penyisihan grup, mereka meruntuhkan keperkasaan Brasil lewat kemenangan 3-1,
untuk memastikan diri menjadi juara grup. Sebaliknya bagi Brasil, kekalahan ini
membuat mereka tersisih, dan berakhirlah kiprah para pemain top seperti
Garrincha, Bellini dan Orlando.
Kejutan
besar juga terjadi di Grup D. Sama seperti Portugal, Uni Soviet yang sangat
solid karena diperkuat Yashin, Shesterniev dan Porkuyan, juga menyapu bersih
tiga pertandingan penyisihan sehingga mereka menjadi juara grup. Korea Utara
pun tak ketinggalan. Tim debutan Asia yang dikalahkan Uni Soviet 0-3 ini juga
lolos ke perempat final sebagai runner-up grup, setelah menahan imbang Chili dan
menaklukkan Italia 1-0. Inilah kejutan yang paling mencengangkan dalam sejarah
Piala Dunia.
Selanjutnya,
Korea Utara yang merupakan tim dengan materi termuda di Piala Dunia ini, sempat
merajut impian untuk masuk semifinal. Melawan Portugal di perempat final,
mereka sudah memimpin 3-0 sampai dengan turun minum. Sayang, di paruh kedua
Korea Utara tak mampu mempertahankannya, ketika Eusebio mencetak empat gol
untuk melengkapi kesuksesan Portugal yang akhirnya lolos dengan kemenangan
5-3--ini juga masih menjadi sebuah sejarah di Piala Dunia, di mana sebuah tim
tertinggal tiga gol, tetapi mampu mengejar dan menang.
Partai
lainnya di babak delapan besar, Jerman Barat menggunduli Uruguay 4-0.
Pertandingan dengan skor mencolok ini diwarnai dengan dua kartu merah yang
diberikan kepada pemain Uruguay, sehingga Jerman Barat tak terlalu kesulitan
untuk meraih tiket ke semifinal. Langkah yang sama dijuga dicapai Uni Soviet.
Mengandalkan pertahanan yang kokoh, tim "Beruang Merah" ini mampu
mempertahankan keunggulan 2-1 atas Hungaria dan mereka untuk pertama kalinya
mencatat sejarah lolos ke semifinal.
Sementara
itu di London, duel seru dan menegangkan terjadi antara Inggris vs Argentina.
Bermain dengan penuh semangat karena mendapat dukungan dari suporter
fanatiknya, tuan rumah bisa menjebol gawang Argentina. Geoff Hurst yang menjadi
bintang pertandingan ini, karena dialah yang mencetak gol tunggal ketika
pertandingan tersisa 12 menit, untuk membawa Inggris ke semifinal dan bertemu
Portugal.
Di
babak empat besar ini, muncullah sosok Bobby Charlton karena permainannya
sangat memukau. Ini mungkin menjadi aksi terbaik Charlton bersama timnas
Inggris, karena bintang klub Manchester United tersebut yang meloloskan Inggris
ke final lewat dua golnya, sehingga mereka mengalahkan Portugal 2-1.
Satu-satunya gol Portugal dihasilkan oleh pemain legendarisnya, Eusebio, lewat
titik penalti.
Di
semifinal lainnya, Jerman Barat menaklukkan Uni Soviet 2-1. Di sini Beckenbauer
mencetak gol spektakuler, karena tembakannya dari jarak jauh tak mampu dihalau
Yashin, salah satu kiper terbaik sepanjang masa. Yashin juga kembali harus dua
kali memungut bola dari dalam jaringnya pada pertandingan perebutan tempat
ketiga, ketika Eusebio memborong dua gol Portugal yang meraih kemenangan 2-1,
sekaligus membawanya menjadi top skor--lebih banyak tiga gol dari striker
Jerman Helmut Haller.
Pada
partai final, Ramsey membuktikan bahwa prediksinya benar, yaitu bahwa Inggris
menjadi juara Piala Dunia 1964 ini. Bermain di Wembley yang merupakan stadion
kebanggaan negara tersebut, Inggris tampil penuh gairah.
Namun
publik tuan rumah sempat terhenyak ketika Haller menjebol gawang Gordon Banks
pada menit ke-12. Beruntung, hanya berselang enam menit Hurst berhasil
menyamakan kedudukan, ketika dia dengan sempurna mengonversi umpan Bobby Moore
menjadi gol. Skor 1-1 bertahan sampai jeda.
Di
babak kedua, tepatnya menit ke-78, Martin Peters membuat stadion seolah runtuh
oleh gemuruh penonton yang bersorak kegirangan. Striker Inggris ini mengoyak
jala Hans Tilkowski yang membuat Inggris unggul 2-1 dan bertahan sampai menit
ke-89.
Dalam
waktu yang tersisa, publik Inggris tampaknya sudah merasa timnya akan menjadi
juara dunia dan mereka siap-siap menggelar pesta. Tetapi, Wolfgang Weber
merusak semuanya karena di masa injury time dia bisa menyamakan skor menjadi
2-2, dan memaksa perpanjangan waktu.
Pada
extra time ini, Hurst kembali membuat 96.924 penonton berjingkrak kegirangan
karena dia membawa Inggris unggul 3-2, saat pertandingan memasuki menit ke-101.
Gol ini juga yang sampai sekarang terus menjadi kontroversi, karena para pemain
Jerman Barat menilai bola yang memantul dari mistar, belum melewati garis
gawang, meskipun wasit Gottfried Dienst dari Swiss mengesahkannya.
Di
tengah keraguan kubu lawan tentang gol tersebut, Hurst membuat gol ketiganya
dalam pertandingan itu--satu-satunya hat-trick di partai final yang sampai
sekarang belum disamakan. Pada menit ke-120, Hurst kembali memaksimalkan umpan
Moore dan memastikan Inggris menang 4-2, dan membuat "The Three Lions"
mengakhiri penantian untuk menyabet gelar juara paling bergengsi di dunia
tersebut.
Meksiko 1970.
PIALA
Dunia Meksiko 1970 pantas boleh disebut sebagai pionir sepak bola modern.
Selain munculnya rekor-rekor baru, aturan main baru dan inovasi teknologi,
momen ini menandai penampilan terakhir Pele di Piala Dunia.
Piala
Dunia kali ini tak pernah disangka mampu sukses, seperti Piala Dunia 1966
Inggris. Pasalnya, ini adalah untuk pertama kalinya Piala Dunia digelar di
Amerika Utara. Ini juga pertama kalinya Piala Dunia dihelat di luar Amerika
Selatan dan Eropa.
Namun,
kekhawatiran itu tak pernah menjadi kenyataan. Penemuan televisi berwarna yang
mendahului Piala Dunia 1970 Meksiko, membuat banyak orang sangat menantikan
sepak bola. Mereka ingin menyaksikan, untuk pertama kalinya, bagaimana rasanya
menyaksikan Piala Dunia dari layar penuh warna.
Sepak
bola kemudian mendompleng kemajuan teknologi ini dan memanfaatkan Piala Dunia
Meksiko 1970, untuk memperkenalkan aturan baru soal kartu kuning dan kartu
merah. Untungnya, pengenalan kartu kuning dan merah tak membuat pemain latah
sehingga melakukan pelanggaran yang membuat mereka terusir dari lapangan.
FIFA
merasa, sikap pemain yang menjunjung sportivitas itu pantas mendapat
penghargaan. Jadilah, Piala Dunia Meksiko 1970 kembali mencatatkan sejarah
sebagai ajang pertama di mana FIFA memperkenalkan anugerah fairplay, yang
diraih Peru.
Catatan
momen penting Piala Dunia Meksiko 1970, akhirnya harus diakhiri dengan menyebut
Brasil dan Pele. Brasil yang sukses menuntaskan perjalanan mereka di Meksiko
sebagai juara. Itu adalah gelar juara Piala Dunia yang diraih Brasil, setelah
Piala Dunia Swedia 1958 dan Piala Dunia Cile 1962. Atas Prestasinya itu, Brasil
berhak menyimpan trofi Jules Rimet secara permanen. Trofi ini kemudian hilang
dicuri pada 1983.
Bagi
Pele, keberhasilan membawa Brasil menjuarai Piala Dunia Meksiko 1970,
menjadikan dirinya manusia pertama yang menjuarai Piala Dunia sebanyak tiga
kali. Ini juga menjadi penampilan terakhir Pele di Piala Dunia, karena ia
memutuskan gantung sepatu dari tim nasional Brasil pada tahun 1971.
Jerman Barat 1974.
BRASIL
sudah puas menguasai Piala Dunia 1970 Meksiko. Saat itu, mereka menjadi juara,
untuk yang ketiga kalinya dan karenanya berhak menyimpan trofi Jules Rimet
secara permanen. Tercatatnya Pele sebagai manusia tersukses di Piala Dunia
karena mengantar Brasil menjuarai tiga Piala Dunia itu, semakin mengukuhkan
dominasi "Tim Samba".
Tak
ada yang menyangka, pesta besar di Meksiko itu menandai berakhirnya hegemoni
Brasil di Eropa. Hanya empat tahun setelahnya, tepatnya di Piala Dunia 1974
Jerman Barat, keanggunan gaya samba dilibas permainan sepak bola menyerang dan
efektif Eropa, yang diwakili Belanda dan Jerman Barat.
Brasil
semakin kehilangan pengaruhnya, seiring pensiunnya simbol sepak bola indah
mereka, Pele, dari timnas. Di Piala Dunia 1974 Jerman Barat, nama Pele
ditenggelamkan sejumlah jago-jago baru, misalnya Johan Cruyff, Franz
Beckenbauer, dan Gerd Muller.
Cruyff
dan Muller inilah yang membuat persaingan Belanda dan Jerman Barat berlangsung
ketat sampai babak puncak. Setelah bersusah payah, Jerman Barat berhasil
menjuarai ajang ini mengandaskan Belanda dengan skor 2-1. Jerman pun sukses
meraih ambisinya menyandingkan gelar Piala Dunia dan Piala Eropa, yang mereka
raih pada 1972.
Mengingat
pada turnamen kali ini, FIFA memperkenalkan Trofi Piala Dunia FIFA, sebagai
pengganti Jules Rimet, tidak berlebihan bila Jerman Barat disebut sebagai
pionir kebangkitan sepak bola Eropa.
Sementara
itu, Brasil sendiri gagal menjaga kehormatan dan reputasi mereka setelah
menyerah 0-1 kepada Polandia pada perebutan juara ketiga.
Argentina 1978.
UNTUK
pertama kalinya, setelah 16 tahun, Piala Dunia 1978 kembali digelar di Amerika
Selatan, tepatnya di Argentina. Mengingat situasi politik Argentina saat itu,
keputusan FIFA bukannya tak mengundang kontroversi dan ancaman boikot.
Ketika
FIFA memutuskan menggelar Piala Dunia 1978 di Argentina, situasi pemerintahan
jauh dari keadaan aman dan tenteram. Penguasa militer saat itu menjalankan roda
pemerintahan dengan tangan besi. Aksi protes melawan pemerintah selalu
direspons dengan penangkapan, penyiksanaa, dan pertumpahan darah.
Sejumlah
negara, termasuk yang lolos kualifikasi, mempertimbangkan melakukan boikot
dengan tidak menghadiri perhelatan tersebut. Namun, perhelatan tetap
dilaksanakan, tanpa kehadiran dua pemain penting, yaitu Johann Cruyff dan Franz
Beckenbauer. Cruyyf tidak tampil setelah mengalami percobaan penculikan.
Selama
perhelatan, peserta memang tak mengalami gangguan keamanan. Namun, sejumlah
kalangan menilai, peraturan turnamen tidak adil karena cenderung mendukung
Argentina. Belum lagi munculnya dugaan pengaturan skor.
Salah
satu peraturan yang dinilai menguntungkan adalah, Argentina selalu bermain
malam hari, sehingga mereka sudah lebih dulu mengetahui hasil lain di grup
mereka.
Soal
pengaturan skor, itu terjadi di fase grup putaran kedua. Saat itu, Argentina
harus melawan Peru. Untuk menjadi juara Grup B dan melaju ke final, Argentina
harus menang dengan selisih empat gol.
Secara
luar biasa, Argentina menang 6-0. Komentator menyebut kemenangan itu terlalu
mudah. Belakangan, sejumlah kalangan menilai, kiper Peru, Ramon Quiroga,
terlibat konspirasi dengan Argentina. Kesimpulan ini berdasar kenyataan bahwa
Quiroga merupakan pemain kelahiran Argentina. Namun, tuduhan ini tak pernah
terbukti.
Kontroversi
Argentina masih berlanjut ke babak final, di mana mereka berhasil menjadi juara
setelah mengalahkan Belanda 3-1. Setelah pertandingan, Belanda menolak
menghadiri konferensi pers karena menilai Argentina sengaja mengulur-ulur waktu
kick-off.
Kontroversi
mencapai puncaknya setelah di akhir turnamen, FIFA menganugerahkan penghargaan
fair play kepada Argentina.
Terlepas
dari berbagai kontroversi, Piala Dunia 1978 Argentina menularkan kegembiraan
kepada rakyat yang sudah tersiksa rasa takut dalam dua tahun terakhir. Kiranya,
ini menjadi sumbangan terbesar Mario Kempes dkk kepada negaranya.
Bagi
sepak bola, hal itu semakin meneguhkan bahwa sepak bola bisa meretas
batas-batas yang tak bisa ditembus sistem politik, ekonomi, atau sosial.
Spanyol 1982.
ITALIA
sempat unggul 2-0 atas Brasil dalam hal koleksi gelar Piala Dunia. Namun,
Brasil mampu mengejar dan unggul 3-2. Akhirnya, baru pada Piala Dunia 1982
Spanyol, Italia mampu berdiri sejajar dengan Brasil.
Sulit
diduga Italia mampu melangkah sejauh itu. Pasalnya, di putaran kedua, mereka
berada satu grup dengan Argentina dan Brasil. Namun, secara meyakinkan, mereka
mengalahkan kedua wakil Amerika Selatan itu dan melaju ke semifinal.
Di
babak empat besar, Italia kembali menemui ujian berat, yaitu menghadapi
Polandia. Beruntung mereka memiliki Paolo Rossi. Di babak semifinal, Paolo
Rossi mencetak dua gol yang menentukan kemenangan Italia 2-0 atas Polandia dan
mengantar Italia ke final pertama mereka setelah 12 tahun.
Di
final, mereka mengandaskan Jerman Barat 3-1. hasil itu membuat Italia dan
Brasil sama-sama mengantongi tiga gelar juara Piala Dunia. Bedanya, karena
Brasil lebih dulu mencapai gelar ketiga, mereka berhak mendapatkan Piala Jules
Rimet.
Meksiko 1986.
TAHUN
1986 merupakan tahun gemilang bagi persepakbolaan Meksiko, tuan rumah Piala
Dunia waktu itu. Namun, bintang turnamen itu justru berasal dari Argentina,
yakni sang kapten Diego Maradona. Pada tahun itu, Maradona meraih puncak
kariernya di pentas internasional disertai kontroversi gol "Tangan
Tuhan".
Tuan
rumah Piala Dunia ke-13 sebetulnya diserahkan kepada Kolumbia. Karena masalah
keuangan di negara tersebut, FIFA kemudian memindahkannya ke Meksiko. Dalam hal
infrastruktur, Meksiko yang pernah menjadi tuan rumah 16 tahun sebelumnya
dianggap lebih siap dibanding calon lain yakni Kanada dan Amerika Serikat.
Delapan bulan sebelum penyelenggaraan PD 1986, negara di Amerika Utara itu
sempat diguncang gempa bumi yang menewaskan 20.000 orang. Untunglah gempa ini
tak merusak 12 stadion tempat penyelenggaraan turnamen.
Tiga
negara menjalani debut mereka di putaran final, yakni Kanada, Denmark, dan
Irak. Kanada dan Irak tersingkir di fase grup, demikian pula dengan kontingen
Korea Selatan, yang sempat mengundang decak kagum lewat tendangan-tendangan
jarak jauh para pemainnya. Denmark dengan duo pemain depan Michael Laudrup dan
Preben Elkjaer-Presen membuat kejutan dengan menguasai Grup E, salah satunya dengan
menekuk runner-up Jerman Barat di fase grup.
Pada
turnamen kali ini, FIFA kembali memberikan peraturan baru di mana empat tim
terbaik yang menduduki peringkat ketiga di masing-masing grup boleh ikut ke
fase knock out bersama 12 tim yang menjadi juara dan runner-up grup. Berkat
aturan ini, Belgia, Polandia, Bulgaria, dan Uruguay berhak lolos ke 16 besar.
Belgia bahkan berhasil melangkah ke semifinal dengan menekuk Uni Soviet di
perdelapan final dan menang adu penalti lawan Spanyol di perempat final.
Kejutan
juga dibuat oleh Maroko. Mereka menjadi negara pertama dari Afrika yang
berhasil lolos ke fase knock out setelah menjadi pimpinan Grup F. Di babak 16
besar, langkah mereka langsung terhenti oleh Jerman Barat. Jerman pula yang
menyingkirkan tuan rumah Meksiko dalam laga alot di perempat final. Di babak
ini pula, terjadi persaingan alot oleh setiap kontestan. Dari empat laga yang
berlangsung, hanya partai Argentina versus Inggris yang berakhir dalam waktu 90
menit. Partai lainnya harus diakhiri dengan adu penalti.
Argentina
yang hanya sekali kalah pada laga kualifikasi kemudian menaklukkan Belgia di
semifinal dengan skor akhir 2-0. Kedua gol dicetak oleh Maradona dan membuat
jumlah golnya di turnamen tersebut menjadi lima gol. Jumlah gol Maradona itu
rupanya masih kalah dari top scorer asal Inggris, Gary Lineker. Lineker
kemudian mendapat penghargaan Sepatu Emas, tetapi Maradona menjadi Pemain
Terbaik berkat lima gol dan lima assist-nya dalam tujuh laga waktu itu. Salah
satu gol tersebut ia buat dengan menggunakan tangan kiri ke gawang Inggris yang
dijaga oleh Peter Shilton pada perempat final.
Gol
pembuka Maradona di pertandingan itu kemudian dikenang sebagai "la mano de
Dios" atau gol "Tangan Tuhan". Gol keduanya, tiga menit setelah
gol pertama, tercipta melalui aksi solo run dari lapangan tengah, berbelok-belok
mencari celah, sambil melewati lima pemain Inggris. Pada 2002, FIFA melakukan
jajak pendapat dan menempatkan gol tersebut sebagai gol terbaik sepanjang abad.
Di
final, Maradona tidak mencetak gol. "Albicelestes" memimpin 2-0 lebih
dulu, tapi Jerman berhasil menyamakan skor. Enam menit menjelang bubar,
Maradona memberikan assist cantik kepada Jorge Burruchaga dan terciptalah gol
yang membawa armada Carlos Bilardo tersebut menjadi pemenang.
Maradona
pun menjadi satu-satunya pemain yang begitu dominan dalam sejarah Piala Dunia.
Secara
keseluruhan, tercatat 80 pemain mencetak gol di turnamen ini. Dari 132 gol,
Argentina mencatat jumlah gol paling banyak yakni 15 gol, adapun Kanada menjadi
satu-satunya tim yang sama sekali tak menjebol gawang lawan. Uni Soviet yang
didominasi oleh pemain-pemain Dynamo Kiev mencatat skor terbesar pada
penyisihan grup yakni saat mengalahkan Hungaria dengan 6-0.
Meksiko
mengandalkan top scorer La Liga Spanyol, Hugo Sanchez, tapi dia justru
menghabiskan banyak waktu untuk memprotes wasit dan melakukan pelanggaran yang
tak perlu. Meski kalah di perempat final, "El Tri" memperlihatkan
penampilan menawan dan itu merupakan penampilan terbaik mereka di Piala Dunia.
Jerman
Barat, Inggris, dan Brasil masih seperti sebelumnya mengandalkan pemain-pemain
bintang yang sudah menapak usia senja. Karl-Heinz Rummenigge, Michel Platini,
dan Zico diberi kesempatan dalam laga terakhir mereka di Piala Dunia, tapi
hanya Platini yang tampil cukup bagus. Rummenigge dan Zico berkutat dengan
cedera lutut dan jarang bermain 90 menit penuh.
Platini
dkk akhirnya bertemu Zico cs pada perempat final di Guadalajara. Platini
berhasil menyamakan skor 1-1 dan pertandingan pun akhirnya harus dilanjutkan
lewat adu penalti. Zico berhasil menunaikan tugas sebagai algojo, sementara
Platini gagal mencetak gol dari titik putih. "Les Blues" akhirnya
menang dan Platini pun bertemu Rummenigge cs di sermifinal.
Pemain
termuda di turnamen ini adalah pemain tuan rumah F.J. Cruz, sedangkan pemain
tertua adalah Pat Jennings, kiper Irlandia Utara. Itulah Piala Dunia terakhir
bagi Jennings, tepat pada usia 41 tahun. Ia menjadi satu-satunya kiper yang
pernah bermain dalam enam periode Piala Dunia.
Italia 1990.
UNTUK
kedua kalinya, Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 1990. Negeri Pizza itu
menjadi negara kedua--setelah Meksiko--yang mendapat dua kali kesempatan
menggelar turnamen akbar itu. Sayang, kali ini banyak catatan negatif di ajang
tersebut.
Pada
kesempatan pertama tahun 1934, "Gli Azzuri" sukses menjadi juara
dunia di kandangnya sendiri. Setelah 56 tahun berlalu, Italia justru dilanda
kecemasan ketika harus mempersiapkan diri menjadi tuan rumah pada 1990. Mereka
hanya punya waktu enam tahun untuk memperbarui 12 stadion yang ditunjuk FIFA
sebagai tempat pertandingan. Renovasi stadion molor, meski akhirnya selesai
sebelum pembukaan turnamen di Milan.
Putaran
final kali ini bisa disebut reuni negara-negara kuat di sepak bola, tapi justru
paling miskin atraksi gol. Semua pemenang Piala Dunia sebelumnya tampil di sini
dan untuk kedua kalinya empat mantan juara dunia melaju ke semifinal, yakni
Jerman Barat, Argentina, Italia, dan Inggris. Jerman Barat waktu itu sudah lima
kali mencapai final, dua di antaranya mereka akhiri dengan menjadi juara dunia.
Adapun Italia sudah tiga kali menjadi kampiun dalam empat penampilan di partai
final sebelumnya. Argentina dua kali juara yakni pada 1978 dan 1986, sedangkan
Inggris menang di kandang pada 1966.
Brasil
yang sudah tiga kali juara dunia tampil tanpa cela di fase grup. Di babak 16
besar, mereka langsung keok di tangan Argentina, juara bertahan yang hanya
mencetak tiga gol dan dua kali kebobolan di penyisihan grup.
"Albicelestes" akhirnya menjadi runner-up dan secara total hanya
mencetak lima gol. Diego Maradona, yang menjadi bintang empat tahun sebelumnya,
tak mencetak satu pun gol.
Paceklik
gol juga dialami Inggris dan Belanda. Keduanya berada di Grup F bersama
Irlandia Utara dan Mesir. Inggris, Irlandia Utara, dan Belanda hanya mencetak
dua gol dalam tiga laga kualifikasi grup. Inggris menjadi pemimpin klasemen
gara-gara kebobolan satu gol, sementara Irlandia Utara dan Belanda kemasukan
dua gol.
Di
fase gugur, "The Three Lions" kembali pelit membobol gawang. Mereka
selalu melewati babak tambahan waktu, termasuk ketika takluk dari Jerman Barat
lewat adu penalti di semifinal. Paul Gascoigne dan Gary Lineker menjadi bintang
Inggris di pentas tersebut.
Italia
sendiri hanya mendapat hadiah hiburan dengan menempatkan Salvatore Schillaci
sebagai pencetak gol terbanyak (6 gol) dan Pemain Terbaik di turnamen tersebut.
Schillaci sebetulnya merupakan pengganti Gianluca Vialli, yang lebih
difavoritkan menjadi pahlawan "Gli Azzuri". Prestasi Schillaci pun
langsung hilang di turnamen berikutnya.
Prestasi
dadakan juga muncul dari pemain Kamerun Roger Milla dan kiper Argentina Sergio
Goycoechea. Milla yang sudah berumur 38 tahun justru menjadi favorit suporter
netral. Meski berstatus sebagai pemain cadangan, ia berhasil mengantar Kamerun
ke babak 16 besar berkat empat golnya. Setiap kali mencetak gol, Milla merayakannya
dengan tarian unik di pojok lapangan. Tarian ini kemudian menjadi populer di
pelosok dunia.
Adapun
Goycoechea tampil sebagai pahlawan instan karena ia baru tampil setelah kiper
utama Nery Pumpido mengalami patah tulang pada fase grup lawan Uni Soviet. Berkat
Goycoechea, armada Carlos Bilardo dapat bertahan dalam adu penalti lawan
Yugoslavia dan Italia sehingga Argentina pun lolos ke final. Penampilan kiper
26 tahun itu setidaknya dapat menutupi kekurangan tim "Tango", yang
mencatat tiga kartu merah dan 22 kartu kuning selama turnamen berlangsung.
Pemain
Jerman Barat justru tidak mendapat penghargaan tingkat individu. Lothar
Mathaeus memang tampil baik selama turnamen. Spielfuehrer alias kapten yang
membela Inter Milan itu selalu menjelajah setiap jengkal lapangan untuk
menggali kreasi serangan. Kekuatan lainnya dibentuk oleh Rudi Voeller dan
Juergen Klinsmann serta bek kiri Andreas Brehme.
Penampilan
mengecewakan justru datang dari favorit juara, Belanda. Marco van Basten tidak
sekali pun mencetak gol, sementara Ruud Gullit masih belum on form selepas
pulih dari cedera. Penampilan terbaik Belanda pada Euro 1988 akhirnya menguap
setelah ditekuk Jerman. Frank Rijkaard bahkan meludahi Voeller karena merasa
diperlakukan secara rasis. Keduanya menerima kartu merah.
Total
ada 16 kartu merah di turnamen ini, jumlah terbanyak di antara Piala Dunia
sebelumnya. Argentina bahkan harus bermain dengan sembilan pemain di partai
final setelah Pedro Monzon dan Dezotti diusir wasit.
Amerika Serikat 1994.
EMPAT
tahun sejak permainan defensif di Piala Dunia Italia 1990, Amerika Serikat
mendapat kesempatan pertama menjadi tuan rumah turnamen tersebut. Muncul
perasaan skeptis atas penunjukkan negara yang asing terhadap sepak bola itu.
Tidak
mudah bagi AS untuk mendongkrak popularitas sepak bola di negara mereka. Nama
football yang sudah sedemikian akrab di telinga penggemar sepak bola dunia
bermakna lain di Negeri Paman Sam. Di sana, orang harus membiasakan menyebut
sepak bola dengan istilah soccer.
Turnamen
ini juga tak diikuti sejumlah negara besar sepak bola. Sebutlah Perancis,
Portugal, dan Uruguay. Banyak pihak kemudian menyangka Piala Dunia 1994 di AS
tidak akan menyedot banyak penonton.
Dugaan
itu salah besar. AS justru menjadi salah satu penyelenggara paling sukses dalam
penyelenggaraan Piala Dunia. Setiap pertandingan berlangsung, hampir 70.000
penonton memadati stadion.
FIFA
juga menjadikan turnamen ini untuk mengubah format dan peraturan Piala Dunia.
Otoritas sepak bola dunia itu mulai melarang kiper menangkap backpass dari kaki
rekan satu timnya. Permainan pun menjadi lebih agresif dibanding empat tahun
sebelumnya.
Untuk
memotivasi gaya main menyerang, setiap tim yang memenangi laga diberi poin
tiga. Sebelumnya, tim pemenang hanya diberi nilai dua. Produktivitas gol pun
naik pesat meski tak mengurangi jumlah ganjaran kartu untuk para pemain.
Pemberian
kartu pun mengalami perubahan. Untuk pertama kalinya, metode akumulasi kartu
kuning selama penyisihan grup mulai diberlakukan. Setelah lolos ke fase knock
out, pemain dengan tabungan kartu kuning diberi ampunan dengan cara
"diputihkan" kembali. Di fase berikutnya, akumulasi kartu dihitung
mulai dari nol.
Wasit
yang memimpin pertandingan juga diperbolehkan memakai seragam dengan kelir
selain hitam, ada yang pakai kuning, putih, atau jingga. Untuk pemain, seragam
mereka pun tidak cuma bertuliskan nomor punggung, tapi juga memuat nama mereka.
Pendek
kata, banyak perubahan di Piala Dunia kali ini dan hal itu menjadikan
pertandingan berjalan lebih menarik. Pemain Rusia Oleg Salenko menjadi pemain
pertama yang berhasil mencetak lima gol dalam satu pertandingan, yakni ketika
melawan Kamerun. Dua tim tersebut akhirnya gagal melangkah ke fase gugur.
Nama
Jerman Barat sebagai juara bertahan sudah melebur menjadi Jerman menyusul
bersatunya dua negara sisi barat dan timur pada akhir 1990. Sayang, penampilan
perdana Jerman ini berakhir antiklimaks. Bermain di partai pembukaan, pemain
Jerman justru tampak lesu dan kurang gairah. Meski demikian, mereka dapat
menaklukkan Bolivia berkat gol tunggal Juergen Klinsmann.
Tim
bentukan pelatih Berti Vogts itu masih mengandalkan pemain veteran Rudi Voeller
sebagai gelandang pembantu Klinsmann. Kapten Lothar Mathaeus berubah peran
menjadi libero dan menghilangkan gol-gol kejutan seperti yang ia lakukan di
Italia 1990. Meski menjadi juara grup, "Der Panzer" akhirnya keok di
tangan Bulgaria di perempat final.
Runner-up
1990, Argentina, kembali tampil mengecewakan. Diego Maradona masih menjadi
tumpuan dan memberikan hasil baik di dua laga awal. Namun, kasus penggunaan
narkoba memaksanya pulang lebih dini. Gabriel Batistuta dkk pun kehilangan
playmaker dan hanya finis di tempat ketiga Grup D, yang dikuasai oleh Nigeria.
Kedua tim akhirnya kalah di babak 16 besar.
Kejutan
diperlihatkan oleh Swedia. Pelatih Tommy Svensson mengandalkan Martin Dahlin,
Tomas Brolin, dan Kennet Andersson untuk menunjukkan efisiensi permainan
menyerang. Perjalanan mereka berakhir di tangan Brasil, musuh satu grup dan
bertemu lagi di semifinal.
Bulgaria
juga tampil menawan dan lolos ke semifinal usai mengalahkan Argentina dan
Jerman di fase gugur. Di laga pertama, Bulgaria memang kalah 0-3 dari Nigeria.
Namun, penampilan menarik dari Hristo Stoichkov membuat timnya terus merangkak
naik. Pada akhir turnamen, Stoichkov mendapat Sepatu Emas sebagai pencetak gol
terbanyak bersama dengan Salenko.
Langkah
Bulgaria menemui buntu saat bertemu dengan Italia. Adalah Roberto Baggio,
striker Italia yang mengubur impian mereka. Dua gol Baggio pada semifinal itu
menambah koleksi golnya menjadi lima, yang paling banyak di antara
kompatriotnya.
Baggio
sebelumnya tampil gemilang di Italia 1990. Pada ajang kali ini, "Si Kucir
Kuda" itu digadang-gadang bakal menjadi pemain terbaik. Apa boleh buat,
kondisi fisiknya kurang fit. Namun, pelatih Arrigo Sacchi tetap menurunkannya
melawan Brasil dalam final pertama yang berakhir lewat adu penalti.
Baggio
akan selalu mengenang final 1994 itu sebagai kenangan paling buruk dalam
kariernya. Ia gagal mengeksekusi penalti terakhir sehingga timnya kalah 2-3
setelah kedua tim bermain seri tanpa gol selama 120 menit.
Brasil
menjadi tim paling solid di semua lini. Mereka hanya kebobolan tiga gol dalam
tujuh laga. Gelandang mereka sangat berperan membantu pertahanan yang sudah
begitu kuat. Di depan, Romario dan Bebeto bisa dilepas berduaan dan menuai
hasil manis. Keduanya sama-sama berambisi mengakhiri 24 tahun paceklik juara dan
berhasil mewujudkannya di Los Angeles. Romario pun diganjar anugerah Pemain
Terbaik.
Prancis 1998.
PERANCIS
memang terkenal sebagai negara yang mampu melahirkan pemain dan tim yang
terbaik. Selain itu, Perancis bisa dibilang yang membidani lahirnya Piala
Dunia. Adalah Jules Rimet yang bertahun-tahun menjadi presiden FIFA merupakan
orang berusaha keras untuk memperkenalkan Piala Dunia. Walau Perancis pelopor,
taji "Tim Ayam Jantan" tidak cukup tajam pada kompetisi ini. Pada
1938, "Les Blues" dipercaya untuk menggelar ajang ini untuk ketiga
kalinya, memiliki kesempatan emas untuk menggondol piala. Namun, Perancis gagal
unjuk gigi di rumahnya karena Italia yang menjadi jawara untuk kedua kalinya
setelah mengalahkan Hungaria 4-2.
Piala
Dunia terus bergulir. Meski begitu, "Les Blues" belum jua menjadi
jawara di ajang ini. Mereka baru menorehkan catatan yang cukup baik pada Piala
Dunia 1958 di Swedia. Saat itu, mereka berhasil menjadi juara ketiga setelah
mengalahkan Jerman Barat 6-3. Mereka gagal menembus final setelah diempaskan
Brasil, 2-5, di babak semifinal. Pada Piala Dunia ini, mereka melahirkan dua
penyerang yang sangat andal yaitu, Raymond Kopa dengan julukan "Si
Perancang" dan Just Fontaine yang berjuluk "Si Eksekutor". Tiga
belas gol yang dicetak Fontaine untuk satu Piala Dunia masuh merupakan rekor
hingga saat ini. Selanjutnya, Perancis kembali mencatat sejarah pada Piala
Dunia 1986 di Meksiko. Saat itu, mereka kembali meraih perunggu setelah
mengalahkan Belgia 4-2.
Pada
1998, Perancis kembali mendapat kehormatan untuk kembali menggelar Piala Dunia
ke-16. Kejuaraan kali ini bisa dikatakan Piala Dunia yang cukup ideal. FIFA
membuat kebijakan dengan melakukan penambahan delapan tim dari sebelumnya hanya
mengikut sertakan 24 negara. Kebijakan ini membuka peluang yang lebih besar
kepada negara di benua Afrika dan Asia. Masing grup juga mencerminkan pembagian
yang sangat adil. Tiap-tiap grup dihuni oleh dua tim Eropa, satu tim Amerika,
dan satu dari Asia atau Afrika. Kebijakan lainnya adalah dua dari 34 tim berhak
lolos secara otomatis. Perancis mendapat jatah lolos karena menjadi tuan rumah
dan Brasil sebagai juara bertahan.
Menjadi
tuan rumah, harapan besar pun langsung membumbung tinggi dari seluruh
masyarakat Perancis agar tim nasional kesayangannya bisa menggondol Piala Dunia
di rumahnya sendiri. Federasi Sepak Bola Perancis (FFF) langsung
menginstruksikan pelatih Aime Jacquet untuk mempersiapkan anak asuhnya dengan
sangat matang.
Perancis
tergabung bersama Denmark, Afrika Selatan, dan Arab Saudi menghuni Grup C.
Dengan dukungan penuh suporter fanatiknya, pasukan yang dikomandani Jacquet
berhasil lolos ke babak 16 besar dengan angka sempurna. Bagaimana tidak,
Zinedine Zidane dkk berhasil menghancurkan Afrika Selatan 3-0, Saudi Arabia
4-0, dan Denmark 2-1. Denmark pun mendapat jatah tiket setelah berada di
peingkat kedua dengan mengumpulkan poin empat.
Brasil
dan Norwegia lolos ke babak 16 besar mewakili grup A. Pada laga perdana, Brasil
yang berjuluk "Tim Samba" berhasil mengandaskan Skotlandia 2-1.
Brasil meraih tiga angka setelah gol bunuh diri yang dilakukan Boyd pada menit
ke-73. Di laga kedua, Ronaldo dkk bangkit dengan menggilas Maroko 3-0. Namun,
rekor belum pernah kalah tersebut harus dipatahkan Norwegia dengan menudukkan
"Tim Samba" 2-1. Meskipun demikian, Brasil berhak lolos bersama
Norwegia yang berada di peringkat kedua dengan mengumpulkan enam poin.
Grup B
menjadi grup yang sangat ketat. Italia bermain imbang 2-2 melawan Chili pada
laga perdana. Di stadion De Toulouse, Kamerun imbang 1-1 melawan Austria. Meskipun
demikian, Italia yang menjadi juara tiga kali menujukkan superioritasnya dengan
mengalahkan Kamerun 3-0 dan Austria 2-1. Chili berhasil mendapat jatah tiket
lolos karena rekor tidak terkalahkan di grup ini.
Dua
tim Eropa, Spanyol dan Bulgaria bernasib apes berada di Grup D. Meski menang
besar 6-1 atas Bulgaria, "Tim Matador", julukan Spanyol, harus
tersingkir karena dikalahkan Nigeria 2-3, dan hanya bermain imbang 0-0 melawan
Paraguay. Bulgaria pun tersingkir karena mengalami dua kekalahan dan satu kali
imbang. Alhasil, Nigeria dan Paraguay yang berhak menjadi wakil dari grup D.
Belanda
dan Meksiko lolos mewakili Grup E dengan menyingkirkan Belgia dan Korea
Selatan. "Tim Negeri Kincir Angin" lolos setelah meraih kemenangan
besar 5-0 atas Korea Selatan meski pada dua laga sebelumnya Denis Bergkamp dkk
hanya memperoleh dua poin saat ditahan imbang Belgia 0-0 dan Meksiko 2-2. Nasib
serupa juga dialamai Meksiko. Mereka berhasil mengkandaskan Korea Selatan 3-1
setelah pada dua laga ditahan imbang Belgia dan Belanda dengan skor akhir yang
sama 2-2.
Grup F
diwakili Jerman dan Yugoslavia. Kedua negara sama-sama mengumpulkan poin tujuh.
"Tim Panser", julukan Jerman, berhasil mengalahkan Amerika Serikat
dan Iran dengan skor akhir yang sama 2-0. Jerman gagal menjaga trek kemenangan
setelah ditahan imbang Yugoslavia 2-2 di Stadion Felix Bollaert. Dalam duel
tersebut, Jerman harus tertinggal terlebih dahulu berkat gol yang dicetak
Mijatovic pada menit ke-13 dan Stojkovic pada menit ke-54. Namun, Jerman
berhasil mengejar defisit gol setelah Mihajlovic melakukan gol bunuh diri pada
menit ke-73 yang kemudian disamakan Jerman melalui gol yang dicetak Bierhoff
pada menit ke-80.
Rumania
dan Inggris berhasil lolos setelah menyingkirkan Kolombia dan Tunisia di Grup
G. Sedangkan, Argentina dan Kroasia lolos setelah menyingkirkan Jamaikan dan
Jepang di Grup H.
Jawara
Piala Dunia 1966, Inggris harus angkat koper terlebih dahulu setelah dikalahkan
Argentina melalui drama adu penalti di putaran kedua. Partai yang digelar di
Stadion Geoffroy-Guichard yang dipadati 30.000 penonton berlangsung sengit.
Bahkan, dua penalti pun terjadi di babak pertama. Babak kedua yang berakhir 2-2
penuh drama. Gelandang Inggris, David Beckham, diusir wasit Kim Nielsen
(Denmark) karena "menendang" Diego Simeone. Bahkan, "The Three
Lions
merasa
dirugikan karena Nilesen menganulir gol Sol Campbell. Dalam drama adu penalti,
Hernan Crespo dan Paul Ince gagal melesakkan bola pada tendangan kedua.
"Tim Tanggo", julukan Argentina, berhasil lolos keperempat final setelah
Batty gagal menunaikan tugasnya di tendangan terakhir. Namun, Argentina gagal
melaju ke semifinal setelah ditundukkan Belanda 2-1 di Stadion Velodrome.
Langkah
Jerman melaju ke babak final harus kandas. Krosia berhasil mengahancurkan
"Tim Panser" 3-0 di perempat final berkat gol yang diciptakan Jarni,
Vlaovic, dan Suker.
Sementara
itu, tuan rumah berhasil lolos ke perempat final dengan mengalahkan Paraguay
1-0. Laurent Blanc menjadi pahlawan "Tim Ayam Jantan" dengan mencetak
gol pada menit ke-113. Selanjutnya, langkah Perancis mulus dan berhasil lolos
ke semifinal setelah mengalahkan Italia dalam drama adu penalti dengan skor
akhir 4-3.
Pada
babak semifinal, Brasil berhadapan dengan Belanda. Kedua tim tampil dengan
kekuatan penuh. Meskipun demikian, hingga turum minum skor kacamata bertahan.
Pada babak kedua, kedua tim langsung saling baku serang. Brasil unggul terlebih
dahulu berkat gol yang dicetak Ronaldo pada menit ke-46. Dalam waktu yang
tersisa, Brasil menjaga keunggulan hingga laga nomal usai. Namun, penyerang
Belanda, Patrick Kluivert menjadi pahlawan bagi timnya setelah mencetak gol
pada menit ke-86. Drama adu penalti pun harus digelar setelah kedua tim masih
imbang di masa perpanjangan waktu. "Tim Samba" mendapat ke final
setelah Philip Cocu dan Frank de Boel gagal mengeksekusi penalti.
Pada
partai seminal lainnya, dengan dukungan penuh publik, Perancis berhasil melaju
ke final dengan mengalahkan Kroasia 2-1. Tuan rumah nayris gagal melaju ke
final setelah penyerang Kroasia, Davor Suker, mencetak gol pada menit ke-46.
Beruntung, Perancis mempunyai bek Lilian Thuram. Sepasang gol Thuram pada menit
ke-47 dan 69 meng
Pada
partai semifinal lainnya, Perancis dibayangi kecemasan. Pasalnya, Kroasia
tampil mengejutkan meski baru pertama kali merasakan ketatnya Piala Dunia.
Bagaiman tidak, tim besutan Miroslav Blazevic ini berhasil menghancurkan Jerman
3-0 pada perempat final. Meski begitu, dengan dukungan penuh suporter yang
memadati Stadion de France, Perancis berusaha tampil semaksimal mungkin. Namun
di awal babak kedua, kecemasan kembali timbul setelah penyerang Kroasia, Davor
Suker berhasil mengoyak gawang yang dikawal Fabian Bartez pada menit ke-46. Meski
dalam keadaan tertinggal, "Les Blues" tidak patah arang. Mereka
berusaha mencetak gol balasan dengan cepat. Alhasil, bek Perancis, Lilian
Thuram, membuat 76.000 penonton bersorak-sorai berkat golnya yang dilesakkannya
semenit kemudian. Gol ini menjadi "pil perangsang" buat tim tuan
rumah. Mereka tampil ngotot menerjang jantung pertahanan Kroasia. Usaha keras
itu pun baru membuahkan hasil pada menit ke-69 berkat gol yang kemabali dicetak
Thuram. Skor 2-1 untuk kemenangan Perancis bertahan hingga wasit Jose Garcia
(Spanyol) meniup peluit panjang.
Seusai
kemenangan di semifinal, pelatih Prancis Aime Jaquet mengatakan,"Tak ada
yang bisa menghentikan kami sekarang!"
Ya,
Jaquet benar-benar membuktikan omongannya setelah Perancis berhasil menudukkan
sang juara bertahan Brasil 3-0. Pada 12 Juli, sekitar 80.000 pendukung
"Tim Ayam Jantan" termasuk Presiden Prancis Jaques Chirac,
menyaksikan partai final yang digelar di Stadion de France. Dukungan penuh
"pemain ke-12" tersebut, Perancis bermain penuh gairah.
Sejak
wasit Said Belqola (Maroko) meniup peluit Perancis langsung menggedor
pertahanan Brasil dan menciptakan beberapa peluang. Meski demikian, Perancis
baru berhasil unggul berkat gol yang dicetak Zidane melalui kepalanya pada
menit ke-27. Gol ini membuat semangat Zidane dkk berlapis. Pada masa injury
time, Zidane membuat stadion seolah runtuh oleh gemuruh penonton yang bersorak
kegirangan. Pada babak kedua, Emmanuel Petit memateraikan kemenangan Perancis
dengan gol yang dicetaknya pada masa injury time.
Kemenangan
Perancis yang memang sempurna. Mereka untuk pertama kalinya menjadi jawara di
turnamen ini. Yang paling membanggakan, Perancis menjadi negara pertama yang
tak pernah sepanjang turnamen kalah sejak 1970.
Jepang-Korea Selatan 2002.
PIALA
Dunia 2002 untuk pertama kalinya berlangsung di Asia. Jepang dan Korea Selatan
(Korsel) mendapat kehormatan menggelar pertama kalinya di Piala Dunia di
milenium kedua. Selain itu, Jepang dan Korsel menjadi dua negara pertama yang
menjadi tuan rumah secara bersama.
Sama
halnya dengan Piala Dunia 1998, pada turnamen ini masih melibatkan 32 tim yang
terbagi dalam 8 grup. Kedua negara pun sangat serius untuk menggelar Piala
Dunia kali ini. Mereka rela menghabiskan dana cukup besar untuk membenahi
infrastruktur kota dan membangun 20 stadion yang kebanyakan dimulai dari nol.
Sepuluh
stadion yang digunakan di Korea Selatan yaitu, Daegu Blue-Arc, Seou Sang-Am,
Busan Asid Main, Icheon Munchak, Suwon, Gwangju, Jeonju, Jeju, Daejon. Kemudian
di Jepang: Stadion Internasional, Saitama, Shizuoka, Nagai, Miyagi, Oita,
Nigata, Kashima, Kobe Wing, Sapporo Dome.
Pada
turnamen ini, sungguh banyak kejutan yang terjadi. Tim besar seperti Perancis,
Portugal, dan Argentina, yang selalu menjadi langganan final, harus tersingkir
pada putaran pertama. Pada pertandingan pembuka, Senegal mencengangkan dunia
dengan menaklukkan juara Piala Dunia 1998, Perancis. Pada 31 Mei, Bouba Diop
mencetak gol pada menit ke-30 yang membuat pendukung Perancis tertunduk lemas
di Stadion Soul, Korea Selatan. Tersingkirnya "Tim Ayam Jantan" tidak
terlepas dari absennya Zinedine Zidane yang mengalami cedera. Tanpa sang
maestro, Perancis bermain imbang dengan Uruguay 0-0 dan ditaklukkan Denmark
2-0.
Portugal
yang menghuni Grup D bersama Korea Selatan, Amerika serikat, dan Polandia,
gagal unjuk gigi pada Piala Dunia kali ini. Pada laga perdana, Luis Figo dkk
ditekuk Amreika Serikat 2-3 di Stadion Suwon. Meskipun, mereka mampu bangkit
dengan mencukur Polandia 4-0 namun pada laga pamungkas mereka harus menyerah
0-1 oleh Korea Selatan berkat gol sematawayang Park-Ji Sung pada menit ke-70.
Grup F
memang menjadi grup neraka bagi Argentina. Gabriel Batistuta dkk menyerah 0-1
oleh Inggris dan gagal mengalahkan Swedia pada partai terakhir. Alhasil, Swedia
dan Inggris melaju ke babak 16 besar.
Piala
Dunia ke-17 ini, bisa dikatakan sebagai kebangkitan tim-tim kuda hitam.
Bagaimana tidak, Turki, Senegal, Amerika Serikat, Korsel, Kosta Rika, dan
Jepang, berhasil lolos ke putaran kedua. Grup G yang dianggap grup paling lemah
beranggotakan Turki, Brasil, Kosta Rika, dan Cina, secara dua tim (Brasil dan
Turki) mengejutkan menembus semfinal.
Korea
Selatan, tim yang dipandang sebelah mata, berhasil menembus perempat final.
Korea Selatan sukses mengalahkan Italia 2-1. Ahn Jung-Hwan menjadi pahlawan
Korsel setelah mencetak gol di babak tambahan. Jika Ahn Jung-Hwan dielu-elukan
pendukung Korsel, tidak bagi pendukung Italia. Ahn Jun-Hwan bernasib harus
menerima caci-maki dari pendukung Italia. Bahkan, Ahn Jun-Hwan yang bermain di
kompetisi Serie-A dipecat oleh klubnya, Perugia.
Kejutan
pun tidak sampai disitu. Babak perempat final berjalan penuh kejutan. Korsel
melangkah mulus. Mereka berhasil menyingkirkan Spanyol dalam drama adu penalti
dengan skor akhir 5-3. Rakyat Korsel pun langsung turun ke jalan menyambut
kemenangan ini. Mereka larut dalam kegembiraan sepanjang malam.
Brasil
sukses menyingkirkan Inggris 2-1 pada babak perempat final. Inggris memimpin
lebih dahulu berkat gol yang dicetak Michael Owen pada menit ke-23. Sayang,
jelang turun minum Rivaldo berhasil membobol gawang Inggris yang dikawal David
Seaman. Pada babak kedua, Seaman kembali gagal menghalau tendangan bebas
Ronaldinho saat laga baru berjalan lima menit. Alhasil, pasukan besutan Sven
Goran Eriksson ini harus angkat koper kembali ke Inggris.
Amerika
Serikat gagal menembus final berkat gol tunggal Michael Ballack pada menit
ke-39. Nasib serupa juga dialami Senegal. Ihan menjadi pahlawan Turki berkat
gol yang dicetak di masa injury time.
Korea
Selatan bernasib tragis pada babak semifinal. Mereka harus dieliminasi Jerman.
Gol tunggal Michael Ballack membuat ribuan pendukung fanatik Korsel tertunduk
lemas di Stadion Seoul. Turki pun harus bernasib naas. Mereka takluk 0-1 oleh
Brasil. Ronaldo menjadi pahlawan kemenangan "Tim Samba". Alhasil,
Brasil bertemu Jerman pada partai final.
Namun
sebelum dunia menyaksikan partai seru antara Brasil dan Jerman, para pencinta
sepak bola disuguhkan partai sengit antara Korsel versus Turki untuk
memperebutkan medali perunggu. Pada partai ini, Korsel tersontak dengan gol
cepat Hakan Sukur. Penyerang AC Parma ini, memecahkan rekor karena mencetak gol
pada detik kesebelas. Namun, Lee Eul-Yong berhasil mencetak gol balasan pada
menit ke-9. Korsel dipastikan gagal meraih perunggu setelah sepasang gol IIhan,
meski Song Chong-Gug berhasil mencetak gol pada masa injury time. Sukses Korsel
menembus semifinal tak terlepas dari tangan dingin Guus Hiddink. Setalag Piala
Dunia ini Hiddink mendapat juluka Raja Midas. Seperti Raja Midas yang menyentuh
apapun menjadi emas, Hiddink berhasil mengubah Korsel menjadi tim yang ditakuti
dari Asia.
Pada
partai final kali ini, dianggap final yang paling pas. Mempertemukan dua negara
paling sukses di Piala Dunia. Brasil tidak mengulangi kegagalan Piala Dunia
1998. Saat itu, "Tim Samba" menyerah 0-3 oleh "Tim Ayam
Jantan". Ronaldo menunjukkan tajinya sebagai pemain bintang. Ronaldo
tampil impresif dengan mencetak sepasang gol, sekaligus membawa negaranya
menekuk Jerman 2-0. Hasil ini membuat Brasil menjadi juara untuk kelima
kalinya. Selain itu, "Tim Samba" tercatat sebagai negara yang selalu
bisa bisa meraih gelar di benua mana pun Piala Dunia digelar.
Piala
Dunia 2006, menjadi kali pertama bagi Jerman bersatu sebagai tuan rumah. Jerman
yang saat itu masih bernama Jerman Barat pernah menjadi tuan rumah dan sekaligus
menjuarainya pada Piala Dunia 1974. Besar harapan publik, Jerman bisa mengulang
sukses Piala Dunia 1974. Sayang, harapan tinggal harapan. Tim besutan Jurgen
Klinsmann harus puas meraih perunggu setelah mengalahkan Portugal 3-1.
Perhelatan
Piala Dunia kali ini, hanya mengalami sedikit perubahan dari Piala Dunia 2002.
Juara bertahan, tidak lagi lolos secara otomatis. Selain itu, babak tambahan
waktu 2x15 menit tidak menggunakan sistem golden goal.
Empat
negara menjalani debut mereka di putaran final, yakini, Republik Ceko,
Trinidad-Tobago, Angola, dan Togo. Sayang keempat tim tersebut tersingkir di
fase grup. Begitu juga dengan Korea Selatan semifinalis Piala Dunia 2002, juga
ikut tersingkir di fase grup.
Bukan
sepakbola namanya jika tidak penuh kejutan. Ekuador, Swiss, Australia, dan
Ghana secara mengejutkan tembus ke babak 16 besar. Sayang, langkah mereka harus
terhenti sampai di situ. Ekuador harus disingkirkan Inggris. Tendangan bebas
David Beckham membawa "Three Lions" ke perempat final.
Australia
memiliki kesempatan emas untuk mengalahkan Italia Pasalnya, Italia bermain
sepuluh orang setelah Marco Materazzi mendapat kartu merah. Namun, pada masa
injury time Italia mendapat hadiah penalti setelah Fabio Grosso dijatuhkan di
kotak penalti. Francesco Totti sukses mengeksekusinya.
Duel
antara Swiss versus Ukraina adalah satu-satunya laga yang membutuhkan drama adu
penalti. Ukraina berhasil melaju ke perempat final setelah tidak satu pun
pemain Swiss yang berhasil mengeksekusi penalti.
Pertandingan
antara Portugal dan Belanda menjadi duel yang paling sengit. Bagaimana tidak,
wasit Valentin Ivanov mengeluarkan 16 kartu kuning dan 4 kartu merah. Maniche
menjadi pahlawan Portugal berkat gol yang dicetaknya pada menit ke-23.
Brasil
bertemu satu-satunya perwakilan Afrika yang bertahan, Ghana. Saat itu, Ghana
tampil impresif. Meskipun demikian, Ghana harus mengakui kekuatan sang juara
bertahan setelah dikalahkan 0-3.
Jerman,
Italia, Portugal, dan Perancis melaju ke semifinal. Jerman berhasil mengalahkan
Argentina lewat drama adu penalti. Sama halnya dengan Portugal yang
menyingkirkan Inggris.
Perancis
berhasil menekuk Brasil 1-0. Tentunya duel ini mengingatkan kita pada partai
final Piala Dunia 1998. Saat itu, "Tim Ayam Jantan" juga sukses
mengandaskan "Tim Samba" 3-0. Kemudian, Italia mampu membungkam
Ukraina 3-0. Luca Toni tampil impresif dengan mencetak sepasang gol.
Untuk
pertama kalinya sejak Piala Dunia 1982, babak semifinal diisi tim-tim Eropa.
Pada pertandingan pertama, Jerman berhadapan dengan Italia. Dukungan penuh
publik tidak membuat Jerman terhindar dari kekalahan. Italia berhasil menggusur
"Tim Panser" dengan skor akhir 2-0. Kekalahan Jerman langsung
disambut tangis oleh para pendukung setianya. Bahkan, Michael Ballack pun
terlihat jelas menitikan air mata seusai laga. Di partai kedua, Zindine Zidane
menjadi pahlawan Perancis dengan gol tunggalnya ke gawang Portugal.
Pada
partai final, baik Italia maupun Perancis tampil penuh gairah. Namun, Perancis
memimpin lebih dulu berkat gol Zinedine Zidane dari titik putih. Italia
berhasil mencetak gol balasan pada menit ke-19. Marco Materazzi berhasil
memaksimalkan umpan Andrea Pirlo. Hasil imbang ini memaksa digelar drama adu
penalti. Para algojo tim Italia sukses menjalankan tugasnya. Namun, tidak untuk
David Trezeguet. Peraih sepatu emas Piala Eropa 2000 ini gagal menaklukkan
Gianluigi Buffon. Alhasil, Italia berhasil mengngkat trofi Piala Dunia untuk
empat kalinya.
Selain
kemenangan Italia yang cukp menggemparkan setelah mereka puasa selama 24 tahun
lamanya, aksi Zidane juga lebih menggemparkan. Bagaimana tidak, tiba-tiba
Zidane menanduk dada Materzzi hingga ia jatuh. Zidane pun langsung mendapat
hukuman kartu merah. Setelah diusut aksi tandukan Zidane tersebut karena
dirinya tersinggung ucapan Materazzi. Saat itu, Materazzi mengejeknya anak
haram.
Afrika Selatan 2010.
Setelah
menjuarai Piala Eropa 2008 bersama Luis Aragonez, banyak yang meragukan Spanyol
bakal sukses di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan bersama Vicente Del Bosque.
Spanyol memang tak pernah betul-betul tampil impresif, kecuali dalam hal
penguasaan bola.
Spanyol
mengakhiri fase grup putaran final sebagai juara Grup H dengan nilai enam dari
tiga pertandingan. Namun, sejumlah kalangan menilai mereka tidak meyakinkan.
Setelah kalah 0-1 dari Swiss, Spanyol menang 2-0 atas Honduras dan 2-1 atas
Cile.
Setelahnya,
mereka menang 1-0 atas Portugal pada babak 16 besar, Spanyol, menang 1-0 atas
Paraguay pada perempat final.
Kritik
tak membuat Spanyol kehilangan fokus, apalagi berpikir berubah. Spanyol
akhirnya mampu menjawab keraguan setelah menyingkirkan tim paling produktif di
turnamen itu, Jerman, pada babak semifinal dengan skor 1-0.
Pada
babak final, Spanyol bekerja keras sebelum akhirnya menang 1-0 atas Belanda,
pada babak tambahan.
Dengan
begitu, Spanyol menjadi tim pertama yang menjuarai Piala Dunia pertama di benua
Afrika. Bagi Del Bosque, selain menegaskan dominasi Spanyol di pentas dunia, ia
juga menjawab keraguan banyak orang yang menilainya tak akan mampu menyamai
sukses Aragones.
Sementara
Spanyol berpesta, Perancis mengalami bencana. Mereka tersingkir di fase grup
sebagai juru kunci Grup A dengan nilai 1, hasil imbang 0-0 dengan Uruguay. Pada
dua laga lain, mereka kalah 0-2 dari Meksiko dan 1-2 dari Afrika Selatan.
Kegagalan Perancis diwarnai konflik antara pelatih Raymond Domenech dan
penyerang Nicolas Anelka.
Piala
Dunia 2010 juga diwarnai kontroversi. Salah satunya adalah gol Frank Lampard ke
gawang Jerman yang tidak disahkan wasit Jorge Luis Larrionda Pietrafesa.
Menurut Pietrafesa, bola hasil tembakan Lampard belum melewati garis gawang,
tetapi tayangan ulang menunjukkan bola melewati garis gawang sebelum memantul
keluar gawang.
Jerman
mememangi laga itu dengan skor 4-1. Namun, sejumlah kalangan yakin, hasil
pertandingan akan berbeda, seandainya gol Lampard disahkan.
Kontroversi
itu berujung gagasan tentang perlunya teknologi garis gawang dalam sepak bola,
yang telah disetujui FIFA dan akan diterapkan di Piala Dunia 2014 Brasil.
Kontroversi
juga terjadi di luar pertandingan. Pada pekan pertama turnamen itu, pekerja
stadion melakukan aksi mogok kerja karena merasa tidak digaji secara pantas.
Isu
soal kesenjangan ekonomi juga muncul setelah tak banyak warga Afrika berkulit
hitam datang langsung ke stadion untuk menyaksikan pertandingan karena
keberatan dengan harga tiket.
Piala
Dunia 2010 juga diwarnai peristiwa ditangkapnya selebriti Parish Hilton karena
mengisap ganja ketika menyaksikan laga perempat final antara Brasil dan
Belanda, di Nelson Mandela Bay, 2 Juli 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar