Verenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Dagang Hindia Timur) atau disingkat VOC adalah serikat dagang yang didirikan di Amsterdam, pada 20 Maret 1602 oleh Johan Van Oldenbarneveld. VOC Dipimpin
oleh Dewan Tujuh Belas, di Nusantara (Indonesia) VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jendral.
Pendirian VOC dilatarbelakangi oleh banyak sekali para pedagang Belanda yang datang
di wilayah Nusantara (Indonesia saat ini) yang mengakibatkan terjadi persaingan
yang tidak sehat antara para pedagang Belanda. Hal ini mendapat perhatian
khusus oleh pemerintah dan parlemen Belanda, karena itu didirikanlah VOC untuk
menyelesaikan kisruh tersebut agar Belanda juga dapat meraih ke untungan yang
lebih besar. Tujuan dari pendirian VOC adalah ; Menghindari persaingan tidak
sehat antara pedagang Belanda ; Memperkuat kedudukan Belanda di Eropa maupun
Asia ; dan membantu belanda dalam menghadapi Spanyol (ekonomi).
Oleh
pemerintah kerajaan Belanda VOC dalam menjalankan tugasnya juga mempunyai
hak-hak istimewa atau dikenal dengan Hak octrooi. Berikut adalah hak-hak
istimewa yang dimiliki VOC:
- Berhak melakukan monopoli perdagangan
- Berhak membentuk angkatan perang
- Berhak melakukan perang
- Berhak mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri
- Berhak melakukan perjanjian dengan raja-raja setempat
Sejarah Dan
Latar Belakang Pendirian VOC
Di antara semua perserikatan
dagang yang ada di abad ke-17 dan ke-18, Perserikatan Dagang Hindia Timur (Verenigde
Oostindische Compagnie disingkat VOC), yang didirikan pada tahun 1602, pasti
merupakan yang paling sukses. Tidak lama sesudah kelahirannya, badan ini
berhasil menyingkirkan orang Portugis, yang satu abad sebelumnya telah
membangun imperium perdagangan di Asia, dan hampir menyisihkan saingan di
perdagangan Asia-Eropa itu. Saingan utama VOC, yaitu East India Company (EIC),
yang telah didirikan di London pada tahun 1600, mula-mula tidak cukup memiliki
kemampuan keuangan dan kehandalan keorganisasian, serta tidak cukup mendapat
dukungan dari pihak pemerintah Inggris, sehingga tidak dapat menandingi Kompeni
Belanda itu. Baru pada akhir abad ke- 17 EIC berkembang sebagai lawan yang
benarbenar patut disegani, yang kemudian, di sepanjang abad ke-18, mengungguli
saingannya di beberapa bidang. Bagaimanapun, sampai akhir sejarahnya pada tahun
1800 VOC tetap merupakan yang terbesar di antara perusahaan-perusahaan dagang
yang beroperasi di Asia.
Kompeni Belanda itu
bertumbuh pesat berkat beberapa faktor. Pertama sekali, berlimpahnya modal di
Republik memungkinkan VOC maju jauh dibandingkan dengan lawannya. Dengan
demikian VOC mampu membiayai operasi-operasi militer yang perlu untuk meraih
kedudukan sebagai pemegang monopoli sedunia dalam hal perdagangan
rempah-rempah. Penaklukan Kepulauan Banda pada tahun 1622 membuat VOC
memperoleh monopoli pala dan kembang pala. Sebaliknya, upaya memonopoli cengkih
membutuhkan jangka waktu yang lebih lama. Dengan jalan menghancurkan
pohon-pohon cengkih di sejumlah pulau di Kepulauan Maluku, VOC berhasil
memusatkan pembudidayaan rempah ini di Ambon. Makassar merupakan pelabuhan
terakhir tempat para saudagar dari Eropa dan Asia masih sempat memasok
rempahrempah bukan dengan perantaraan VOC – yang oleh VOC dipandang sebagai
‘penyelundupan’ – tetapi penaklukan kota itu pada tahun 1667 berarti jalur itu
pun tertutup. Terakhir, monopoli dalam perdagangan kayu manis diperoleh dengan
cara mengusir orang Portugis dari Sri Lanka. Hal ni terjadi dalam dua tahap:
antara tahun 1627 dan 1642, dan dalam kurun waktu 1654-1658.
VOC tidak hanya mengangkut
barang-barang dari Asia ke pasaran Eropa. Kompeni berhasil juga mengumpulkan
modal besar di Asia sendiri (pada masa itu wilayah perdagangan VOC biasanya
disebut Indië, ‘Hindia’), sehingga sanggup membangun jaringan perdagangan
antara kantorkantor perdagangan mereka di Asia. Perdagangan dalam kawasan Asia
itu sendiri menghasilkan keuntungan besar bagi VOC sepanjang abad ke-17 dan
ke-18. Selama kurun waktu 1635- 1690 pemasukan yang didapat darinya melebihi
pengeluaran; usaha VOC di Asia menghasilkan keuntungan yang membawa manfaat
kepada perusahaan VOC di Belanda. Di atas itu, sejak tahun 1639 Kompeni Belanda
itu adalah satusatunya saudagar dari Eropa yang memiliki izin memasuki Jepang.
Selama abad ke-17 hubungan perdagangan dengan Jepang ini menghasilkan
keuntungan yang sangat besar dan memberi kesempatan kepada VOC untuk memperoleh
perak dengan harga rendah. Seluruh pelaku dagang bangsa Eropa di Asia
membutuhkan perak untuk membeli bahan tekstil dari India dan merica dari
kepulauan Indonesia. Berkat ‘koneksi Jepang’ ini, VOC tidak usah mendatangkan
perak dalam jumlah besar dari Eropa.
Pada akhir abad ke-17 volume
perdagangan dan pelayaran antara Eropa dan Asia meningkat dengan pesat.
Kain-kain dari India, kopi dari Jazirah Arab, kemudian juga dari Jawa, dan teh
dari Cina merebut pasaran Eropa. Pertumbuhan perdagangan ini merupakan gejala
umum, yang dirasakan juga oleh perserikatan dagang Eropa lainnya. Lama kelamaan
VOC kehilangan posisi uniknya. Monopoli di bidang rempahrempah menjadi kurang
berarti. Pendapatan dari perdagangan di Asia sendiri tidak mampu lagi
mengimbangi pengeluaran, yang telah membubung disebabkan antara lain biaya
administrasi yang tinggi. Akibatnya, dalam abad ke-18 kegiatan VOC di Asia dari
tahun ke tahun hanya mengalami kerugian. Lagi pula, perdagangan dengan Jepang
makin menyusut dan sesudah tahun 1700 tidak berarti lagi. Keuntungan yang didapat
dari penjualan barang-barang dari Asia di tanah air ternyata masih mencukupi
untuk membiayai pembekalan armada kapal yang setiap tahun berlayar ke Asia dan
menutupi kerugian Organisasi VOC F.S. Gaastra perdagangan di kawasan itu yang
diderita tiap-tiap tahun. Namun, persediaan cadangan keuangan semakin menipis.
Perubahan-perubahan yang
cukup mendasar ini membawa akibat VOC semakin bersandar pada hasil penjualan di
Belanda sendiri. Pendanaan perusahaannya langsung terkait dengan hasil
penjualan itu. Hal ini menempatkan Kompeni di posisi yang lemah. Maka pecahnya
Perang Inggris ke-IV pada tahun 1780 tidak dapat tidak membawa malapetaka.
Selama beberapa tahun tidak masuk lagi kapal-kapal dari Asia, sehingga tidak
mungkin lagi menyelenggarakan perlelangan yang berarti. Secara mendadak Kompeni
kehilangan kredibilitasnya dan terjebak di lubang hutang yang dalam. Perang itu
berakhir pada tahun 1784, tetapi sesudahnya juga Kompeni mengalami persoalan yang
begitu besar, sehingga hanya mampu berdiri dengan dukungan penuh pemerintah
Belanda. Pendudukan negeri Belanda oleh tentara Perancis dan transformasi
tataan politik negeri Belanda yang dicetuskan olehnya menentukan nasib VOC.
Pada awal tahun 1796, tidak lama sesudah berdirinya Bataafse Republiek, Direksi
harus mundur dari jabatannya dan menyerahkan pimpinan kepada Comité tot de
zaken van de Oost-Indische handel en bezittingen (Komite untuk Urusan
Perdagangan dan Jajahan di Hindia Timur). VOC dinasionalisasi. Mulai dari
tanggal 1 Januari 1800 oktroi (piagam) VOC, yang merupakan dasar hukum
organisasi itu, sudah tidak berlaku lagi. Akibat peperangan di Eropa yang
berlangsung terus, pelayaran tidak mungkin mengadakan perubahan besar di bidang
pelayaran dan perdagangan ke Asia. Kendati demikian, tindakan tersebut tetap
saja menandakan akhir keberadaan VOC.
Bila kita meninjau dua abad
kegiatan Kompeni, angka-angka total sangat mengesankan, baik yang di bidang
omzet perdagangan maupun yang menyangkut jumlah kapal dan tenaga yang diangkut
dengan kapal itu. Walau rendemen terus menurun, ternyata selama abad ke-18
perusahaannya lebih besar daripada dalam abad sebelumnya. Umpamanya,
kapal-kapal yang oleh VOC diluncurkan menuju Asia berjumlah 4.700, di antaranya
1.700 dalam abad ke-17 dan 3.000 lebih dalam abad ke-18. Dalam kurun waktu
1602-1700 kapal-kapal tersebut membawa 317.000 orang ke Asia, sedangkan dari
tahun 1700 sampai 1795 jumlahnya 655.000. Angka-angka di bidang perdagangan
membuktikan pertumbuhan perusahaan Kompeni sesudah tahun 1700. Jumlah
pengeluaran untuk equipage, artinya pembuatan dan pelengkapan kapal-kapal serta
dana dan barang-barang yang dikirim ke Asia, mencapai 370 juta gulden di
tahun-tahun 1640-1700, tetapi mencapai 1.608 juta gulden selama kurun waktu
1700-1795. Dalam periode yang sama, nilai beli barang-barang yang oleh
kapal-kapal dibawa kembali dari Asia berjumlah masing-masing 205 juta dan 667
juta gulden. Dalam kurun waktu tersebut pertama, hasil penjualan barang-barang
itu berjumlah 577 juta gulden, sedangkan dalam periode kedua 1.633 juta gulden.
Pendirian
VOC - Oktroi
VOC terbentuk pada tahun
1602 dari penggabungan enam perusahaan kecil. Setelah Compagnie van Verre yang
berpangkal di Amsterdam menyelenggarakan ekspedisi yang pertama ke Asia
(1595-1597) dan dengan demikian membuktikan bahwa orang Belanda pun sanggup
melakukan pelayaran ke Asia, langsung juga didirikan perusahaan-perusahaan
serupa di Amsterdam, Rotterdam, dan di provinsi Zeeland. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasa memodali satu ekspedisi sekali. Kendati demikian ada
kesinambungan dalam susunan direksi, sebab saudagar-saudagar atau anggota
pengurus itu juga yang mengusahakan ekspedisi berturut-turut. Setiap kali
kapal-kapal yang berlayar menuju Asia kembali maka para penanam modal, baik
anggota pengurusnya maupun para pemegang saham atau partisipan lainnya,
mendapatkan kembali modal yang mereka tanam, tentu ditambah sebagian keuntungan
yang telah diraih. Para perusahaan ini saling menyaingi dengan seru, dengan
akibat persentase laba menurun terus. Berkurangnya keuntungan ini membuat jera
para penanam modal dan mengancam kelanjutan pelayaran menuju Asia.
Para pemimpin
perusahaan-perusahaan tersebut tentunya bukan tidak menyadari perkembangan ini.
Dalam waktu singkat terbentuk kerja sama di tingkat lokal. Pada tahun 1600
kompeni-kompeni yang berbasiskan Amsterdam melebur menjadi satu Geünieerde
Amsterdamse Oostindische Compagnie (Kompeni Hindia Timur Serikat Amsterdam),
yang kemudian oleh para walikota Amsterdam diberi hak monopoli untuk berlayar
dari Amsterdam menuju Asia. Di provinsi Zeeland pun orang bekerja sama. Akan
tetapi, kerja sama ini tidak meluas lebih jauh. Para pengusaha di Zeeland tidak
suka melebur dengan perusahaan-perusahaan dari provinsi Holland; mereka khawatir
kalau-kalau dalam satu perusahaan bersama Amsterdam akan memperoleh kedudukan
yang terpenting. Di samping itu berdirilah kompeni-kompeni baru di kota-kota
lain (Hoorn, Enkhuizen, Delft). Maka agaknya sesudah tahun 1600 pun persaingan
akan berjalan terus.
Peleburan semua perusahaan
tersebut menjadi satu Kompeni tidak terjadi secara spontan, tetapi dipaksakan
kepadanya oleh pemerintah Belanda. Pada zaman itu Republik Belanda sedang dalam
peperangan dengan Raja Spanyol dan Portugal. Kompeni-kompeni yang sudah berdiri
– selanjutnya disebut sebagai voorcompagnieën (pra-kompeni) – tidak sanggup
memainkan peranan dalam perjuangan melawan Spanyol dan Portugal. Sebaliknya,
Kompeni bersatu dapat menjadi senjata ampuh di bidang militer dan ekonomi. Maka
pemerintah (Staten) provinsi Holland, yang dipimpin oleh Johan van
Oldenbarnevelt, kemudian juga pemerintah negeri Belanda (Staten-Generaal),
berusaha meyakinkan semua pihak yang bersangkutan untuk melakukan fusi.
Akhirnya, setelah stadhouder Pangeran Maurits campur tangan,
perusahaan-perusahaan dari Zeeland pun tidak dapat lagi menghindar. Pada
tanggal 20 Maret 1602 Staten-Generaal mengeluarkan oktroi. Dengan demikian
berdirilah Generale Vereenichde Geoctroyeerde Compagnie. Oktroi ini dinyatakan
berlaku untuk jangka waktu 21 tahun. Unsur persaingan sudah disingkirkan;
oktroi tersebut menetapkan bahwa tidak satu pihak pun selain VOC diperbolehkan
mengirimkan kapal-kapal dari negeri belanda ke daerah di sebelah timur Tanjung
Harapan dan di sebelah barat Selat Magalan atau menyelenggarakan kegiatan
perdagangan di wilayah tersebut.
Dari butir-butir lain yang
tercantum dalam oktroi, banyak yang mengatur tata cara Kompeni, kedudukan para
direktur (bewindhebbers) dan para partisipan, serta cara pengumpulan modal.
Dalam naskah artikel-artikel ini masih terlihat betapa rumitnya perundingan
yang harus dilakukan mendahului penetapan oktroinya. Isi dan perincian
ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya akan dijelaskan dalam
pasal-pasal berikutnya. Tetapi kami akan lebih dahulu memusatkan perhatian pada
sifat kompromi okytroi itu dan pada struktur federal yang menjadi ciri khas
Compagnie Belanda itu.
Menurut oktroi, semua
pra-kompeni menjadi cabang (Belanda kamer) dalam kerangka VOC. Jumlahnya enam:
Amsterdam, Zeeland (berpusat di Middelburg), Delft, Rotterdam, Hoorn, dan
Enkhuizen. Ternyata tidak sulit untuk mencapai kesepakatan tentang andil
masing-masing dalam usaha bersama pelayaran dan perdagangan di Asia. Kamer Amsterdam
mendapat separuh, sedangkan kepada Zeeland diberikan seperempat, dan keempat
kamer kecil mendapat seperenambelas bagian masing-masing. Penerapan kunci
pembagian ini, yang dengan tegas disebut dalam naskah oktroi, berhasil
menenangkan pengusaha-pengusaha dari Zeeland; tadinya mereka khawatir
kalau-kalau penaruhan modal oleh kamer dijadikan dasar bagian masing-masing
dalam pelaksanaan kegiatan, lebih dari separuh akan diraih oleh Kamer
Amsterdam.
Sudah tentu para pengurus
pra-kompeni menjadi pengurus kamer di daerahnya. Di atas kamer tersebut
dibentuk badan pengurus umum, yang bertugas menyelenggarakan pimpinan tertinggi
dan yang akan terdiri atas wakil-wakil kamer masing-masing. Di sini timbul
masalah besar. Bagaimana perbandingan antar-kamer harus diterapkan dalam
pimpinan tertinggi ? Zeeland ingin supaya dalam badan pengurus umum dilakukan
pemberian suara menurut kamer, sehingga bobot setiap kamer sama saja. Mula-mula
tuntutan ini menyebabkan tidak mungkin mencapai kesepakatan. Pada akhirnya
Zeeland harus puas dengan pemungutan suara perorangan, sedangkan badan
pengurusnya ditetapkan akan terdiri atas tujuh belas orang. Dalam badan ini
Amsterdam akan diwakili oleh delapan utusan, Zeeland mendapat empat wakil, dan
keempat kamer lainnya masing-masing satu wakil, sedangkan wakil yang ketujuh
belas akan ditunjukkan secara bergilir oleh salah satu kamer di luar Amsterdam.
Wakil-wakil dari Amsterdam menganggap wajar bahwa badan pengurus umum ini, yang
biasanya disebut dengan nama singkat Heren Zeventien (Tujuh Belas Tuan), akan
berkumpul di Amsterdam, tetapi dalam hal ini mereka melakukan konsesi untuk
menenggang rasa Zeeland. Diputuskan untuk menetapkan putaran delapan tahunan.
Selama enam tahun berturut-turut Amsterdam akan menjadi tempat persidangan dan
selama jangka waktu itu Kamer Amsterdam akan bertindak selaku ketua sidang;
sesudah itu untuk dua tahun lamanya Middelburg akan menjadi tempat kedudukan
Heren Zeventien dan jabatan ketua akan dipangku oleh pengurus Kamer Zeeland.
Dengan demikian dalam naskah
oktroi sudah ditetapkan seberapa besar pengaruh dan hak suara yang dimiliki
setiap kamer. Di atas kertas semuanya beres. Akan tetapi, bagaimana struktur
yang lumayan rumit ini berfungsi dalam praktek nyata? Selama abad ke-17 sedikit
demi sedikit berkembanglah bentuk pemerintahan yang juga terdapat dalam
pemerintah Republik Belanda sendiri. Perkembangan ini tidak mengherankan,
karena sebagian besar para direktur VOC termasuk elite politik dan mengenal
baik seluk-beluk pemerintahan Republik itu. Hubungan badan-badan pengurus pada
tingkat kamer dengan sidang Heren Zeventien, yang memang terdiri atas
wakil-wakil dari badan-badan tersebut, dalam banyak hal dapat disamakan,
umpamanya, dengan hubungan badan-badan pemerintah kota di Holland, yang
mengutus wakil-wakil mereka ke rapat Staten van Holland (pemerintah daerah
Holland), dengan Staten itu. Menjelang setiap sidang Heren Zeventien, kamer van
menjabat ketua mengirim agenda rapat ke kamer-kamer lain. Selanjutnya setiap
kamer merumuskan petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh wakilnya bila
akan terjadi pemungutan suara, dan menitipkan instruksi tersebut kepada wakil
itu. Jika kemudian dalam sidang Heren Zeventien ternyata muncul urusan-urusan
penting yang tidak tercantum dalam agenda, para wakil harus berembug dulu
dengan kamernya sendiri.
Oktroi VOC mengandung
kompromi dalam hal lain juga, yaitu dalam hal modal. Karena oktroi ini memiliki
masa berlaku 21 tahun, VOC bukanlah perusahaan tambal sulam yang melakukan satu
ekspedisi saja, seperti halnya pra-kompeni. Akan tetapi, dalam menetapkan
peraturan untuk pengumpulan modal, orang tidak mau atau tidak berani menghadapi
konsekuensi kenyataan itu.
Sudah sebelum terbentuknya
VOC prakompeni mengumpulkan dana untuk membiayai perlengkapan kapal-kapal yang
hendak berlayar ke Asia. Kini kapal-kapal itu digabungkan menjadi satu armada;
‘armada empat belas kapal’ ini merupakan ekspedisi pertama ke Asia yang
dibiayai oleh VOC. Selanjutnya, begitulah yang tertulis di dalam oktroi,
masyarakat akan diberi kesempatan melakukan penanaman modal yang baru, tidak
hanya untuk satu ekspedisi, tetapi untuk jangka waktu sepuluh tahun. Selama
masa itu modal tersebut akan dipakai untuk memperlengkapi beberapa armada. Pada
tahun 1612 para pemegang saham atau partisipan dapat menerima kembali uang yang
mereka tanam, ditambah keuntungan yang telah diraih sampai saat itu, dan sekali
lagi akan diadakan pendaftaran bagi para penanam modal untuk sepuluh tahun
mendatang. Selain itu, telah ditetapkan pula bahwa sesegeranya lima persen
modal awal masuk lagi ke kas Kompeni sebagai hasil penjualan barang-barang yang
dibawa oleh kapal-kapal yang kembali dari Asia ke negeri Belanda, haruslah
dilakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham.
Ketentuan-ketentuan ini
mencegah VOC membangun modal sendiri. Hal ini tidak seirama dengan cita-cita
mereka yang telah mengupayakan fusi sejumlah perusahaan kecil menjadi satu
Kompeni besar, yaitu penciptaan basis yang kukuh-kuat bagi perdagangan dengan
Asia. Maka pengurus VOC tidak berpegang padanya. Pembayaran dividen kepada para
partisipan baru dilakukan terjadi sesudah waktu yang lama, dan setelah sepuluh
tahun berlalu tidak terjadi pengembalian modal awal kepada para penanamnya.
Sepanjang berdirinya VOC jumlah modal yang disediakan pada awalnya tidak pernah
berubah. Pemerintah Belanda, yang telah menetapkan oktroi tersebut, mendukung
kebijakan pimpinan pusat VOC dalam hal ini.
Pada tahun 1622/23 oktroi
VOC diperpanjang untuk waktu dua puluh satu tahun lagi. Di dalamnya keluhan
yang telah diajukan oleh para partisipan dihiraukan; hak mereka mengeluarkan
pendapat diperluas, tetapi oktroi tidak mengalami perubahan penting. Dalam
perpanjangan oktroi di kemudian hari sering diskusi-diskusi politik yang rumit.
Berbagai kota dan provinsi-provinsi lain menggunakan kesempatan itu dan sebagai
imbangan persetujuan mereka menuntut hak-hak istimewa, umpamanya kursi luar
biasa dalam salah satu kamer. Pemerintah Belanda (StatenGeneraal) juga dapat
saja pada kesempatan itu, khususnya pada waktu perang, meminta dukungan berupa
uang atau kapal-kapal. Baru dalam bagian terakhir abad ke-18 timbullah keraguan
akan keadaan Kompeni, sehingga pada saat oktroi harus diperpanjang situasi di
Asia sendiri dijadikan pokok pembicaraan. Meski demikian, pada waktu itu pun
tidak dikeluarkan kritik mendasar. Secara keseluruhan VOC selalu mendapat
dukungan Pemerintah Belanda, yang tetap mempertahankan pula monopoli Kompeni
dengan ketat.
Para
Direktur dan para penanam modal
Pada masa sebelum VOC
didirikan, voor-compagnieën dipimpin oleh sebanyak 76 orang direktur. Pada
tahun 1602 mereka semua mendapat tempat dalam pimpinan perusahaan yang baru
itu. Monopoli yang ditetapkan dalam oktroi VOC, bersama dengan kesinambungan
perusahaan itu – walau untuk sementara lama masa operasinya dibatasi menjadi 21
tahun – menyebabkan para direktur memiliki kedudukan yang berbeda dari posisi
yang mereka miliki sebelumnya. Kini mereka merupakan badan direksi dalam arti
yang sebenarnya, sebuah managerial group, dengan tujuan tersendiri, yang
berbeda dengan tujuan para partisipan. Sesungguhnya, mereka sendiri pun telah
menanam modal besar dan selaku penanam modal posisi dan kepentingan mereka sama
dengan para penanam modal lainnya. Akan tetapi, selaku direksi mereka tidak
dapat tidak mementingkan peningkatan omzet dan kesinambungan serta pertumbuhan
sehat perusahaan di atas keuntungan jangka waktu singkat, yang mengasilkan
keuntungan cepat bagi para pemberi modal. Dalam hal ini direksi dilindungi oleh
oktroi. Barulah sesudah sepuluh tahun sesudah berakhirnya rekening modal
(capital account) kesepuluh tahun pertama mereka wajib membuka pembukuan dan
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka berhadapan dengan para partisipan.
Menurut ketentuan oktroi, pendapatan para direktur berupa persentase omzet yang
tertentu, yaitu satu persen seluruh pengeluaran untuk perlengkapan (equipages)
ditambah satu persen keuntungan yang diperoleh dari dari penjualan muatan
kapal-kapal yang kembali dari Asia ke negeri Belanda. Kedudukan selaku direktur
berlaku untuk seumur hidup. Bila diangkat direktur baru, para partisipan sama
sekali tidak memiliki hak bersuara. Para direktur diharuskan memiliki saham VOC
yang jumlahnya minimal 6.000 gulden (di Kamer Hoorn dan Enkhuizen 3.000
gulden). Jumlah ini bisa dipandang sebagai uang jaminan. Bila terjadi salah
urus atau penipuan, seorang direktur dapat dituntut untuk
mempertanggungjawabkannya. Akan tetapi, oktroi mengandung ketentuan bahwa para
direktur tidak bertanggung renteng atas hutang-hutang perusahaan. Sebaliknya,
sebagaimana telah disinggung di atas, para direktur tidak mematuhi
ketentuan-ketentuan oktroi yang menguntungkan para partisipan yaitu
pembayaran dividen dari hasil penjualan muatan kapal yang kembali dari Asia,
dan pencairan modal awal setelah berlangsung sepuluh tahun. Singkatnya, oktroi
memberi para direktur wewenang mengelola VOC, tetapi kewajiban-kewajiban mereka
tidak seimbang dengannya, dan kewajiban itu pun tidak dipatuhi.
Dalam oktroi jumlah para
direktur ditetapkan sebanyak 60 orang: 20 orang di Kamer Amsterdam, 12 orang di
Zeeland, dan 7 orang di setiap kamer kecil. Dikarenakan pada saat pembentukan
VOC di semua kamer, kecuali di Hoorn, jumlah para direktur lebih besar, untuk
sementara waktu jika terjadi kelowongan tidak akan diangkat seorang direktur
baru. Menurut prosedur pengangkatan direktur yang telah ditetapkan pada tahun
1602, Staten (pemerintah) seprovinsi (Holland atau Zeeland) berwenang memilih seorang
direktur dari antara tiga orang yang dicalonkan oleh para direktur kamer yang
bersangkutan. Ketentuan ini dicantumkan dalam oktroi atas desakan pihak
Zeeland, tetapi tidak pernah diterapkan di daerah Holland. Beberapa hari
sebelum oktroi VOC diresmikan, atas usul kota Amsterdam Staten daerah Holland
menerima resolusi yang menyerahkan pemilihan seorang direktur dari tiga calon
kepada para walikota kota-kota yang bersangkutan. Alasannya, menurut pemerintah
kota Amsterdam para walikota ini sungguhsungguh mengetahui kualitas para calon.
Desakan pihak Zeeland agar
pemilihan direktur disderahkan kepada Staten seprovinsi mungkin berdasarkan
keinginan mencegah terjadinya persoalan dalam lingkungan sendiri. Situasi di
Zeeland lebih rumit dibandingkan dengan di Holland. Di beberapa pra-kompeni
yang berbasis Zeeland penduduk kota Veere dan Vlissingen ikut memiliki saham,
dan pada tahun 1602 kota-kota ini tidak bersedia untuk begitu saja melepaskan
bagian mereka dalam pelayaran ke Asia. Pada akhirnya, sesudah perselisihan yang
panjang, kedua kota tersebut berhasil menduduki dua kursi masing-masing dalam
direksi Kamer Zeeland. Hanya saja, pada tahun 1603 kota Veere sudah kehilangan
satu kursi, yaitu ketika Direktur Balthasar de Moucheron (seorang pedagang
terkemuka di Zeeland) melepaskan kursinya, sedangkan pada saat itu jumlah
direktur masih melebihi jumlah yang ditetapkan dalam oktroi (13 lawan 12).
Sesengit apa pun upaya Veere, bahkan setiap kali terjadi pemilihan direktur,
kota kecil itu tidak berhasil lagi merebut kembali kursi yang hilang itu.
Middelburg bersikeras untuk mempertahankan sembilan kursi yang telah mereka
dapat dan didukung oleh pemerintah provinsi Zeeland. Staten Zeeland itu sampai
tahun 1646 memegang teguh hak pemilihan yang mereka punyai; sesudah itu hak itu
beralih ke kota-kota, yang dalam hal kelowongan dalam direksi boleh mengisi
kursi yang menjadi hak masing-masing.
Akibat prosedur tersebut
terbentuk hubungan erat antara para anggota pemerintahan kota (regenten) dengan
para direktur. Maka perselisihan antar-partai dan pembentukan kongsi-kongsi
dapat dengan mudah menembus masuk ke dalam direksi kamer yang bersangkutan.
Meskipun demikian, janganlah hendaknya hubungan tersebut membawa kita ke
kesimpulan bahwa unsur saudagar dalam direksi lama-lama diganti oleh regenten.
Khususnya di Amsterdam orang menjaga agar dalam direksi tetap terdapat
orang-orang yang mengetahui seluk-beluk perdagangan. Salah satu dampak langsung
prosedur pengangkatan direktur ialah berlimpahnya informasi mengenai pengangkatan
direktur-direktur dalam arsip-arsip kota.
Di samping jumlah 60
direktur yang tercantum dalam oktroi tahun 1602, lama-kelamaan masuklah
direktur-direktur dari luar kota-kota yang menjadi tempat kedudukan kamer
masing-masing. Jabatan direktur ‘luar biasa’ atau ‘istimewa’ ini muncul akibat
tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh sejumlah provinsi setelah Staten-Generaal
memberikan subsidi yang amat besar kepada VOC (1606). Berdasarkan keinginan
mereka agar dapat mengawasi pemakaian dana tersebut, maka pada tahun 1613 dan
1614 provinsi-provinsi Gelderland, Utrecht, dan Friesland serta kota Dordrecht
(sebagai kota pertama provinsi Holland, yang biasa mengetuai sidang Staten
daerah itu) masing-masing mendapat hak mengangkat satu orang direktur. Tentang
Dordrecht dapat dicatat bahwa pada tahun 1602 kota itu sudah berdaya upaya
untuk memperoleh pengaruh dalam kepengurusan VOC dengan cara mengusahakan
penanaman modal oleh sejumlah besar penduduknya. Ternyata dua belas tahun
kemudian ikhtiar itu terwujud. Dalam tahun 1647, pada saat perpanjangan kedua
oktroi VOC, Overijssel dan Groningen mendapatkan kursi dalam dewan direktur.
Kericuhan-kericuhan yang
terjadi menjelang perpanjangan kedua oktroi VOC (1647) memberi beberapa kota di
provinsi Holland peluang memperoleh kursi direktur. Sebenarnya pada tahun 1636
sudah timbul perselisihan antara Dordrecht, Amsterdam, dan Haarlem. Alasannya,
kedudukan direktur luar biasa yang dimiliki kota tersebut pertama itu secara tidak
resmi berubah menjadi kursi biasa, karena wakil kota Dordrecht, Elias Trip,
selama masa jabatannya berpindah ke Amsterdam dan kemudian terhitung para
direktur biasa dari kota besar itu. Setelah Trip meninggal dunia, Dordrecht
ingin agar situasi ini dipertahankan. Keinginan ini ditentang oleh kota
Haarlem, yang mengemukakan bahwa berdasarkan sistem kepangkatan kota-kota dalam
pemerintahan Holland (Staten) giliran jatuh ke kota mereka. Maka Haarlem
menuntut agar kursi direktur yang sebelumnya dipegang oleh kota Dordrecht kini
beralih kepada mereka. Perdebatan tentang perpanjangan oktroi yang mulai tidak
lama sesudah itu menyadarkan pimpinan Kompeni tentang perlunya melakukan
konsesi kepada kota-kota sebagai imbalan dukungan mereka dalam perundingan
mengenai perpanjangan itu. Haarlem dan Leiden mendapat hadiah yang paling
besar, sebab kedua kota itu meraih sebuah kursi direktur biasa dalam Kamer
Amsterdam (yang baru dapat mereka duduki secara nyata pada tahun 1648). Di
samping kursi direktur luar biasa dalam Kamer Amsterdam, Dordrecht mendapat
posisi serupa dalam satu dari kedua kamer di bagian selatan daerah Holland
(Zuiderkwartier), yaitu Delft atau Rotterdam, kemudian hanya di Kamer
Rotterdam. Kota Alkmaar boleh mengangkat satu orang direktur, yang berkedudukan
secara bergantian di Hoorn dan Enkhuizen. Kota Gouda datang belakangan, tetapi
pada tahun 1665 akhirnya berhasil meraih kursi direktur di Kamer Amsterdam.
Jauh sesudahnya, pada tahun 1696, Ridderschap van Holland (para bangsawan
provinsi Holland) memperoleh dua kursi direktur dalam kamer-kamer provinsi
Holland yang kecil. Kedua kursi ini dihitung di atas jumlah enam puluh biasa
yang sudah ada.
Jadi, menurut tata cara yang
sudah lama berlaku di pemerintahan Republik Belanda, struktur kepengurusan VOC
telah menjadi amat rumit. Lagi pula, kamer-kamer yang kecil tidak mematuhi
aturan-aturan resmi. Di kamer-kamer Noorderkwartier (daerah Holland Utara),
yaitu Kamer Hoorn dan Kamer Enkhuizen, direktur luar luasa dari Alkmaar
dianggap sebagai ordinaris (direktur biasa). Direktur tersebut selalu menduduki
tempat di kamer yang kebetulan satu kursi tidak terisi. Maka sekali-sekali di
antara para direktur Kamer Hoorn atau Kamer Enkhuizen hanya enam orang saja
yang berasal dari kota itu sendiri. Aturan serupa berlaku sejak tahun 1696
berkenaan dengan direktur wakil Ridderschap dalam Kamarkamar Holland Selatan
(Zuiderkwartier).
Dalam abad ke-17 tidak hanya
jumlah direktur, tetapi juga imbalan yang mereka terima dan prosedur pemilihan
mereka serta peranan para partisipan mengalami perubahan. Di antara para
partisipan tumbuh rasa ketidakpuasan mengenai tidak ditepatinya
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan pada tahun 1602 berkaitan dengan
pembayaran dividen dan pembayaran kembali modal awal serta tentang minimnya
keterbukaan para direktur dalam hal-hal yang menyangkut keuangan VOC. Di
samping itu, timbul dugaan bahwa para direktur sedang mengisi kantong mereka
sendiri dari dana Kompeni. Selama masa berlakunya oktroi periode pertama, semua
isu tersebut mencetuskan pertemgkaran hebat. Pada waktu perpanjangan oktroi,
StatenGeneraal dalam beberapa hal kecil berusaha memperhatikan keluhan-keluhan
tersebut. Pertama, mereka mengubah sistem imbalan yang dinikmati para direktur.
Untuk seterusnya mereka akan menerima komisi sebesar satu persen pengeluaran
untuk perlengkapan kapal dan hasil bersih (bukan lagi hasil kotor) penjualan
barang. Hal ini menghasilkan pengurangan honorarium. Pada tahun 1647 seluruh
peraturan di atas dihapuskan dan diganti pemberian honor tetap sebesar 3.100
gulden setahun bagi para direktur Kamer Amsterdam, 2.600 gulden bagi para
direktur di Zeeland, dan 1.200 gulden bagi direktur-direktur kamer di kota-kota
kecil. Selanjutnya pada tahun 1623 masa jabatan seorang direktur dibatasi
menjadi tiga tahun. Akan tetapi, peraturan terakhir ini tidak dipatuhi;
sesudahnya pun para direktur biasanya memegang kedudukan mereka sampai ajalnya.
Pada tahun 1623 diambil juga
tindakan lain. Melalui jalan yang rumit dan berliku-liku, para partisipan sekadar
diberi kuasa dan kesempatan.
Pimpinan
pusat; tugas-tugas dan cara kerja Heren Zeventien
Tidak lama sesudah tahun
1602 tata cara Heren Zeventien mulai mengikuti pola yang tetap. Selama abad
ke-17 badan tersebut hanya bersidang tiga kali setahun selama satu atau
beberapa minggu. Kadang-kadang hanya terjadi dua kali persidangan dalam
setahun; sejak 1751 ini menjadi kebiasaan. Dalam waktu selang berlangsung rapat-rapat
komisi-komisi dari para direktur, yang mempersiapkan keputusankeputusan Heren
Zeventien atau mengadakan pengawasan terhadap pengelolaan urusan VOC oleh kamer
masing-masing. Sama seperti Heren Zeventien sendiri, komisi-komisi ini, yang
tidak tercantum di dalam oktroi dan secara berangsur terbentuk dalam paruhan
pertama abad ke-17, beranggotakan utusan-utusan dari dewan direktur kamer
masing-masing.
Di bawah ini kami menyebutkan komisi-komisi yang
aktif:
- Komisi untuk menyusun neraca tahunan.
- Komisi untuk menghadiri dan mengawasi berjalannya perlelangan kamer masing-masing.
- Komisi untuk mengawasi pembukuan kamer masing-masing.
- Komisi yang bertugas membaca suratmenyurat dan dokumen-dokumen yang masuk dari Asia, kemudian menyusun rancangan surat untuk pimpinan VOC di Asia. Komisi ini beranggotakan empat direktur dari Amsterdam, dua dari Zeeland, dan satu dari kamer kecil masing-masing. Mereka berkumpul di Den Haag dan dinamakan Haags Besogne.
- Dalam masa perang kapal-kapal VOC diharuskan untuk berlayar melewati jalur rahasia dan memakai sinyal-sinyal rahasia. Kesemuanya ini disusun oleh secrete commissie (komisi rahasia).
Waktu Heren Zeventien
bersidang dan topik-topik yang hendak dibahas dalam sidang itu sebagian
besarnya tergantung pada musim perdagangan dan pelayaran kapal-kapal. ‘Sidang
musim gugur’ dapat dipandang sebagai sidang pertama dalam kisaran tahunan itu.
Sidang ini diadakan sekitar akhir Agustus setelah kembalinya armada kapal dari
Asia. Di dalamnya dibahas soal-soal sebagai berikut :
- Tanggal-tanggal pelelangan yang diselenggarakan oleh keenam kamer, jumlah barang yang hendak ditawarkan, dan syarat-syarat yang berlaku dalam penjualannya. Hal terakhir ini terpaksa diselesaikan secepatnya, pada awal persidangan, karena poster-poster pemberitahuan lelang harus dikirim tepat waktu ke kota-kota besar pusat perdagangan di Eropa. Pelelangan sendiri pun sebaiknya tidak diadakan ketika sebagian besar musim gugur sudah berlalu, supaya kedatangan musim dingin tidak mencegah para saudagar tidak dapat lagi mengirim barang-barang yang mereka beli kepada pembelinya di dalam dan di luar negeri. Berkali-kali terjadi bahwa sidang musim gugur mengadakan reses selama beberapa waktu, dengan maksud memberi kesempatan mengadakan lelang-lelang dan supaya para anggota komisi perlelangan dapat melaksanakan tugas mereka. Dalam hal itu tahap kedua sidang musim gugur berlangsung menjelang akhir tahun; terkadang rapat Heren Zeventien malah berlangsung terus hingga Natal atau Tahun Baru.
- Jumlah kapal dan tenaga yang harus dikirim ke Asia. Hal ini berkenaan dengan kapal-kapal yang sudah sejak bulan September jadi, selagi persidangan masih sedang berlangsung sampai dengan musim panas tahun berikutnya harus berlayar meninggalkan patria (tanah air). Dikarenakan kamer-kamer tentunya sudah harus memperlengkapi kapal-kapal pertama armada ini jauh sebelum bulan September tiba, sebenarnya sebelumnya sudah diambil keputusan sementara tentang hal ini. Pada musim gugur ditetapkan daftar definitif kapal-kapal yang akan berlayar.
- Seberapa banyak barang-barang yang hendak dikirim ke Asia. Keputusan ini merupakan tanggapan atas eis der behoeften (pesan kebutuhan-kebutuhan) yang telah diterima dari Pemerintah Tinggi di Batavia.
- Seberapa banyak emas dan perak yang hendak dikirim ke Asia, apakah dalam bentuk uang logam atau batangan, dan seberapa banyak jumlah uang logam tembaga. Ini merupakan tanggapan eis der contanten (pesan uang tunai) yang telah diterima dari Batavia. Keputusan mengenai uang logam mulia dan tembaga itu bersifat sementara; pada musim semi dipertimbangkan lagi apakah perlu menyediakan persediaan tambahan.
- Penyusunan eis van retouren, yaitu daftar barang-barang yang oleh para direktur mau diterima dengan armada kapal pertama yang masuk kembali dari Asia ke tanah air. Biasanya orang menyusun lebih dulu daftar sementara; eis definitif baru disusun seusai perlelangan. Selain angka-angka hasil penjualan dari pelelangan sendiri, para direktur memperhitungkan hasil pelelangan di London. Jika sidang musim gugur terpaksa dihentikan untuk sementara waktu karena haris diadakan pelelangan, keputusan akhir dapat diambil dalam tahap kedua sidang musim gugur itu. Tetapi, kadang kala tugas menyusun daftar definitif diserahkan kepada para direktur yang menghadiri lelang bersama dengan direktur-direktur dari Kamer Amsterdam. Sesekali hasil penjualan rempah-rempah yang dilakukan di musim semi menuntun untuk mencantumkan lagi tambahan-tambahan dalam daftar akhir ini.
- Susunan Pemerintah Tinggi atau Raad van Indië di Batavia dan kenaikan pangkat pejabat tinggi di kantor-kantor di seberang lautan. Hanya Heren Zeventien yang berhak mengangkat seseorang menjadi anggota Raad van Indië atau direktur salah satu kantor VO.C Acap kali keputusan-keputusan di bidang ini sekadar pengukuhan pengangkatan yang telah terjadi sebelumnya di Asia. Selanjutnya, butir agenda rapat ini memberi kesempatan kepada para direktur kamer masing-masing untuk mengajukan kenaikan pangkat salah seorang kesayangan.
- Dalam semua persidangan Heren Zeventien, termasuk yang di musim gugur, orang memasukkan pula laporan mengenai situasi keuangan di kamer masing-masing: jumlah uang kas, saldo di bank wesel, beban hutang, dan tagihan-tagihan. Selain itu, dalam musim gugur (terkadang dalam musim semi) diperiksa pula persediaan meriam.
- Pada beberapa saat selama sidang musim gugur ini dibacakanlah bagian-bagian generale missive yang telah dikirim oleh gubernur jenderal dan Raad van Indië. Surat kiriman itu berisikan tinjauan situasi VOC di Asia di bidang perdagangan, keuangan, dan politik. Urusan-urusan mendesak atau yang menurut penilaian Heren Zeventien dapat saja diselesaikan dengan segera, dirangkum dalam sebuah surat ke Batavia. Urusan-urusan lainnya bersama dengan sisa berkas-berkas tebal dari Asia dirujuk ke Haags Besogne.
Persidangan pertama Heren
Zeventien sesudah sidang musim gugur diselenggarakan pada awal musim semi,
sering sudah dalam bulan Februari, jika tidak dalam bulan Maret. Dalam rapat
ini diambil keputusan-keputusan tentang perlelangan musim semi (di sana VOC
biasanya menawarkan rempah-rempah semata). Selain itu, perkumpulan itu memberi
para direktur peluang untuk mengawasi berjalannya pekerjaan memperlengkapi
kapal-kapal. Pada saat itu juga ditentukan pula jumlah definitif uang tunai
yang hendak dikirim. Selain itu, di musim semi dilakukan liquidasi en
egalisatie van de retouren en van de timmeringhe van schepen (penyelesaian dan
pengimbangan barang-barang yang masuk dari Asia dan pembangunan kapal-kapal).
Artinya, berdasarkan data-data yang masuk dari kamer masing-masing, para
direktur meninjau seberapa jauh orang berpegang pada kunci pembagian yang telah
ditetapkan dalam oktroi. Berkenaan dengan barang-barang yang masuk dari Asia,
hal ini dapat membawa akibat bahwa salah satu kamer wajib memasok produk
tertentu kepada kamer yang lain, atau dilakukan pembayaran untuk mencapai
perbandingan yang seimbang. Dalam hal pembangunan kapal-kapal cara-cara ini
tidak mungkin diterapkan. Akan tetapi, dalam penetapan program pembangunan
kapal baru, beberapa bulan sesudahnya, orang memperhatikan hasil perbandingan
dan ketidakseimbangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan
kapal-kapal hingga saat itu.
Menonjollah bahwa sering
keputusan mengenai pembayaran dividen sudah diambil dalam rapat musim semi,
sebelum berlangsung pelelangan rempah-rempah dalam bulan Maret, dan sebelum
akhir tahun buku, yang biasanya ditutup pada pertengahan bulan Mei atau pada
akhir bulan itu. Maka pembayaran dividen dimasukkan ke dalam pembukuan tahun
buku yang tengah berjalan. Sesungguhnya, pada tahun 1669 atas usul Kamer
Amsterdam telah diputuskan bahwa besarnya dividen baru akan ditetapkan setelah
buku-buku ditutup dan neraca keuangan disusun. Akan tetapi, sekitar tahun 1684
praktek lama tersebut sudah diberlakukan kembali.
Yang terakhir, pada rapat
musim semi orang menentukan tanggal Haags Besogne akan berkumpul. Para direktur
yang diwakilkan ke rapat ini terpaksa menerima kenyataan bahwa mereka akan
menghabiskan waktu cukup lama di Den Haag. Sekali-sekali Haags Besogne
bersidang selama tiga bulan. Soalnya, bersama kapal-kapal yang datang dari Asia
masuk tidak hanya generale missive gubernur jenderal dan Raad van Indië kepada
Heren Zeventien, tetapi juga salinan surat-menyurat antara Batavia dan
kantor-kantor VOC lainnya di Asia. Berkas-berkas korespondensi ini disusun
menurut kantor dan dibaca serta dijawab oleh Haags Besogne bersama dengan
bagian-bagian terkait dari generale missive dan dari surat-surat yang telah
ditulis sebelumnya atas nama Heren Zeventien. Laporan Haags Besogne, yaitu
‘Haags Verbaal’, pada dasarnya merupakan daftar surat-surat yang telah dibaca
disertai rujukan ke konsep-missive, yang biasanya dilampirkan pada Verbaal itu.
Sekali-sekali disisipkan catatan-catatan singkat, terkadang juga diberikan
penjelasan panjang lebar, umpamanya bilamana para direktur di Den Haag telah
mendengar penjelasan-penjelasan lisan dari seorang pegawai VOC yang baru saja
kembali dari Asia.
Haags Besogne meninjau juga
navale magt, yaitu ikhtisar armada kapal VOC yang berada di Asia. Oleh sebab
itu, lembaga inilah yang paling tepat untuk menginventarisasikan semua kapal
milik VOC dan berdasarkan informasi ini memberi nasihat berkenaan dengan
pembangunan kapal-kapal baru. Dalam abad ke-18 para direktur yang berkumpul di
Den Haag memasukkan lebih banyak lagi informasi ke dalam Verbaal, misalnya
tentang penjualan barang-barang yang berasal dari Eropa di Asia. Di samping
itu, Haags Besogne juga dibebani tugas membahas pelbagai urusan yang tidak
diselesaikan atau tidak mau diselesaikan oleh Heren Zeventien dalam rapat
mereka. Secara berkala para direktur di Den Haag itu diminta juga untuk
mempercepat atau mengakhiri prosesproses pengadilan yang oleh VOC diajukan ke
Hof van Holland (Pengadilan Provinsi Holland). Terakhir, para Direktur yang
berkumpul di Den Haag memanfaatkan kesempatan itu untuk membicarakan
pelengkapan kapal-kapal yang sedang berjalan. Jika para direktur Kamer
Amsterdam belum melakukannya dalam sidang musim semi, biasanya mereka
mengajukan usul ke Haags Besogne agar sejumlah uang logam mulia dikirim dengan
kapal-kapal yang sedang diperlengkapkan, sebagai kiriman muka sebelum masuk eis
der contanten dari Batavia. Dengan perkecualian topik yang disebut terakhir
ini, Haags Besogne tidak mengambil keputusan-keputusan. Segala persoalan yang
dibahas daam sidangnya selanjutnya diajukan kepada sidang berikutnya Heren
Zeventien untuk dipertimbangkan.
Kemudian, dalam bulan Juni,
berkumpullah komisi yang bertugas memeriksa buku-buku dan membuat neraca
tahunan. Tidak hanya direktur yang duduk dalam komisi ini (dua dari Amsterdam,
satu dari Zeeland, dan tiga dari kamer-kamer lainnya; satu kamer tidak diwakili
dalam komisi ini), tetapi juga para pemegang buku dari keenam kamer tersebut
menuju Oost-Indisch Huis (Wisma Hindia Timur) yang merupakan kantor Kamer
Amsterdam. Di sini secara bergilir para pemegang buku memberikan laporan mereka
mengenai pembukuan dan situasi keuangan tiap kamer kepada Komisi ini. Pada
akhirnya komisi menyusun neraca umum VOC di tanah air berdasarkan keenam neraca
sekamer. Dokumendokumen yang dikumpulkan oleh komisi tersebut mencakup antara
lain daftar-daftar barangbarang yang terjual pada setiap kamer, persediaan, hutang-piutang,
uang simpanan di kas dan saldo di bank wesel. Empat tahun sekali, yaitu waktu
menurut ketentuan oktroi VOC wajib melakukan pertanggungjawaban keuangan di
hadapan wakil-wakil pemerintah Belanda dan para hoofdparticipanten, setiap
penutupan tahun buku, pembukuan diperiksa sekali lagi kamer demi kamer.
Komisi yang berbasis
Amsterdam ini tidak mungkin melakukan pengawasan ketat atas pembukuan kamer.
Karenanya dari waktu ke waktu dibentuk sebuah komisi yang bertugas melakukan
pemeriksaan dan pengawasan langsung di tempat. Tindakan ini dicetuskan oleh
kecurangan besar yang terjadi pada Kamer Hoorn pada tahun 1670. Pemeriksaan
jenis ini tidak terjadi menurut jadwal yang pasti. Kadang kala seusai sidang
Heren Zeventien di Zeeland, beberapa direktur tetap tinggal di Zeeland untuk
melakukan tugas ini. Sembari melakukan perjalanan kembali menuju Amsterdam
dilakukan pula pemeriksaan atas Kamer Delft dan Kamer Rotterdam, sedangkan
dalam bulan-bulan berikutnya orang melakukan kunjungan ke Amsterdam, Hoorn dan
Enkhuizen.
Sidang ketiga Heren
Zeventien berlangsung di musim panas, biasanya pada bulan Juli atau Agustus.
Rapat ini membahas konsep surat jawaban yang telah disusun oleh Haags Besogne.
Setelah konsepnya disetujui dan setelah dilakukan perubahan-perubahan
seperlunya atasnya, surat jawaban tersebut dapat dikirim ke Batavia dengan
kapal-kapal pertama armada baru, yang menuju Batavia pada bulan September.
Dalam sidang musim panas ini diambil pula keputusankeputusan sementara
berkenaan dengan kapalkapal, tenaga, dan barang-barang muatan yang hendak
dikirim dalam musim berikutnya. Selain itu, diputuskan pula seberapa banyak
logam mulia yang hendak dikirim dengan kapal-kapal yang akan berlayar pada
bulan September. Jadi, keputusan ini pun pada dasarnya mendahului permintaan
(eis) yang baru akan diterima pada akhir bulan Agustus dan keputusan definitif
yang baru akan dikeluarkan beberapa bulan sesudahnya. Dalam abad ke-18 disusun
eis van retouren (permintaan barang yang harus dikirim kembali ke Belanda) yang
bersifat sementara, dengan maksud agar pihak Batavia dapat sesegera mungkin
memulai pengumpulan barang-barang yang harus dikirim ke tanah air. Maka
keputusankeputusan yang diambil oleh Heren Zeventien pada musim gugur karenanya
lama-kelamaan bersifat tambahan saja.
Sesekali, disebabkan
kejadian istimewa, tidak mungkin lagi mengumpulkan semua wakil kamer untuk
sidang paripurna Heren Zeventien. Dalam hal itu dianggap cukup kalau berkumpul
halve Zeventien (separuh XVII) saja. Umpamanya, sesudah pecahnya perang dengan
Inggris dan Perancis pada bulan Juli tahun 1672 diadakan sidang tambahan halve
Zeventien di Den Haag hanya untuk satu hari saja, ‘agar tidak terjadi kehebohan
atau halnya menarik perhatian orang’. Juga buruknya cuaca bisa menghalangi
pengadaan sidang, seperti pada tahun 1681, ketika cuaca yang luar biasa dingin
mencegah direktur-direktur dari daerah Holland menuju Zeeland. Untuk mengatur
soal lelang musim semi, orang terpaksa mengadakan rapat halve Zeventien di Den
Haag. Akan tetapi, pertemuan-pertemuan semacam ini menyinggung perasaan banyak
orang. Para direktur dari Zeeland khawatir kalau-kalau kamer yang lain akan
dengan senang hati menggunakan keadaan darurat untuk dalam periode Zeeland menjabat
ketua memindahkan tempat persidangan ke Den Haag. Padahal, Amsterdam keberatan
terhadap diadakannya halve Zeventien dikarenakan kumpulan itu terdiri atas
empat direktur dari Amsterdam, dua dari Zeeland, dan empat (kadang-kadang juga
hanya dua) wakil dari kamer-kamer kecil, sehingga Amsterdam relatif kurang
terwakili. Lagi pula, karena jumlah hadirin genap, pemberian suara dapat saja
menemukan jalan buntu. Maka Amsterdam menghendaki agar suara diberikan per
kamer, dengan delapan suara bagi keempat direktur dari Amsterdam dan empat bagi
kedua wakil dari Zeeland (atau lima bila Kamer Zeeland menjabat sebagai ketua.
Dalam abad ke-18,
pertumbuhan perusahaan, seiring dengan meningkatnya beban pekerjaan Heren
Zeventien, menyebabkan para direktur semakin tedesak waktu. Jadwal rapat
semakin terganggu, terutama disebabkan berlarutnya perundingan di Den Haag.
Kadang kala rapat musim panas baru dapat dimulai menjelang akhir bulan Agustus
– padahal, pada saat itu kapalkapal dari Asia sudah mulai masuk. Pada waktu itu
para direktur harus mengerjakan banyak tugas di kamer mereka sendiri, dan
terpaksa menaruh perhatian juga pada penyiapan sidang Heren Zeventien di musim
gugur. Oleh karena itu, pada tahun 1751 diputuskan untuk membatalkan sidang
musim panas. Provisionele besluiten (keputusankeputusan sementara) tentang
pelengkapan kapal-kapal dan semacamnya, yang besar sekali jumlahnya, diserahkan
kepada Haags Besogne, sedangkan konsep missive Haags Besogne dibahas langsung
sesudah acara pembukaan sidang musim gugur, dengan maksud agar keterlambatan
dalam pengirimannya seminimal mungkin.
Tidak lama sesudah
pertengahan abad ke-18 diterapkan perubahan lain lagi dalam organisasi generaal
bestuur (pimpinan umum). Pada tahun 1755 diputuskan untuk mengubah pola
perdagangan dan pelayaran kapal ke Cina. Untuk seterusnya, kapal-kapal dari
tanah air akan langsung menuju Kanton. Tindakan ini mengurangi peran Batavia
sebagai pengurus arus lalu-lintas pelayaran di Asia. Di atas itu, perdagangan
dan arus lalulintas pelayaran menuju Cina dibuat tanggungan sebuah komisi
tersendiri. China commissie ini, yang beranggotakan direktur-direktur dari
semua kamer, menentukan pelengkapan kapal-kapal yang hendak menuju Kanton, dan
menetapkan seberapa banyak teh, porselen, dan barang-barang lain yang harus
dibeli, serta melakukan surat-menyurat dengan para pegawai VOC di Cina. Dalam
rapatrapat Heren Zeventien hubungan dagang dengan Cina ini hanya dibahas dengan
sepintas. Akan tetapi, pola organisasi ini, yang mempercayakan urusan
perdagangan dan pelayaran kapal ke satu wilayah kepada satu badan khusus, tidak
pernah diikuti berkaitan dengan wilayah lain, sehingga tetap merupakan unikum
dalam lingkungan Kompeni.
Secara keseluruhan, generaal
bestuur VOC memiliki struktur yang lemah. Sidang Heren Zeventien tidak
berkumpul secara tetap. Susunan sidangnya berubah terus, dan Heren Zeventien
tidak memiliki staf administratif sendiri. Namun, pelbagai penyesuaian yang
berkembang dalam praktek badan pengurus itu cukup ampuh. Keputusan-keputusan
Heren Zeventien memiliki kekuatan mengikat pengurus semua kamer. Disebabkan
setiap kamer memiliki terwakili dalam sidang Heren Zeventien, para direktur
kamer benarbenar melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil dalam
sidang tersebut. Dalam penunjukan utusan ke sidang Heren Zeventien Kamer
Amsterdam dan Kamer Zeeland, agaknya juga kamer lainnya, berpegang pada
aturan-aturan tertentu, yang tak tertulis. Di Amsterdam, direktur yang
merangkap walikota, dan mantan walikota didahulukan; selanjutnya orang
memperhatikan tingkat kesenioritasan. Di Zeeland berlaku aturan serupa. Akan
tetapi, acap kali para direktur tidak mau mempergunakan hak mereka untuk
mewakili kamer mereka dalam sidang Heren Zeventien. Khususnya bila badan itu
bersidang di Zeeland, cukup sulit bagi wakil dari Amsterdam untuk mengisi penuh
delegasi mereka yang terdiri atas delapan anggota. Boleh diduga bahwa banyak
direktur yang selama masa jabatan mereka satu kali atau lebih menghadiri sidang
Heren Zeventien; yang pasti, sejumlah direktur menghadiri sidang itu dengan
teratur. Maka sebanyakbanyaknya pergantian anggota, namun terbentuk
kesinambungan.
Pengaruh Kamer Amsterdam
atas pimpinan pusat sungguh besar. Persiapan sidang-sidang Heren Zeventien
selalu mereka tangani dengan sungguh-sungguh dan mereka mengikuti jalannya
sidang dengan penuh perhatian. Dalam pembicaraan agenda persidangan Heren
Zeventien, para direktur Amsterdam sudah menyusun usul-usul terinci berkenaan
dengan masalahmasalah penting, seperti pelengkapan kapalkapal atau pesan
barang-barang dari Asia, yang kemudian dititipkan kepada anggota perwakilan
Amsterdam dalam sidang Heren Zeventien. Jika selama jalannya persidangan
direktur-direktur dari kamer lain melontarkan kritik terhadap pandangan-pandangan
Amsterdam, delegasi Amsterdam berembuk dengan rekan-rekan mereka di Amsterdam.
Tentu saja sulit untuk menempuh siasat ini bila rapat bersidang di Middelburg
(Zeeland); dalam hal ini mereka terpaksa meminta pendapat sejabatnya di
Amsterdam secara tulisan. Terakhir, kesinambungan dalam kepemimpinan
ditingkatkan juga oleh kegiatan para pengacara VOC. Mereka ini – ada pengacara
pertama dan pengacara yang kedua – bertindak sebagai sekretaris direksi,
sehingga ia adalah satu-satunya pejabat tinggi tetap yang memiliki fungsi dalam
generaal bestuur (badan pengurus umum). Pengacara mendampingi kamer yang
menjadi ketua sidang dalam menyusun agenda sidang Heren Zeventien dan ia
menghadiri baik sidang-sidang Heren Zeventien maupun pertemuan-pertemuan komisi-komisi
badan tersebut. Di samping itu, ia juga bertugas di Kamer Amsterdam. Pengacara
Kompeni yang paling terkenal ialah Pieter van Dam, yang memegang jabatan itu
selama lima puluh tahun lebih (1652-1706). Sekitar tahun 1700 ia menulis karya
penting, yaitu Beschryvinge van de Oostindische Compagnie (Deskripsi VOC).
Kepengurusan
dan pengelolaan dalam
Kamer-kamer Selaku pengurus
kamer masing-masing, para direktur harus melaksanakan keputusan-keputusan yang
telah diambil oleh Heren Zeventien. Tidak lama sesudah pembentukan VOC,
kamer-kamer mendapat fasilitas yang diperlukan untuk tugas itu. Di semua kota
tempat kamer berkedudukan berdirilah Oost-Indisch Huis (Wisma Hindia Timur),
yang menjadi tempat para direktur bersidang dan yang berfungsi sebagai tempat kerja
para penata buku, kasir, dan juru tulis. Tidak jarang juga Wisma tersebut
bahkan dijadikan gudang, tempat menyimpan barang-barang. Selain itu,
kamer-kamer memiliki gudang-gudang dan gedung lainnya untuk membangun dan
memperlengkapi kapal-kapal, seperti galangan kapal, bengkel layar, bengkel
tali, bengkel tukang besi, dan rumah jagal, apotik, serta pelbagai sarana lain.
Organisasi intern kamer-kamer berbeda-beda. Besarnya Kamer Zeeland empat kali
lipat besarnya kamer-kamer kecil; besarnya Kamer Amsterdam bahkan delapan kali.
Maka organisasi kedua kamer besar ini tidak dapat tidak bersifat lain. Di
Amsterdam, para direktur biasanya berkumpul seminggu dua kali, yaitu pada hari
Senen dan hari Kamis. Pada masa persidangan Heren Zeventien atau saat terjadi
peristiwa lain yang mendesak, disisipkan rapat-rapat luar biasa
(extraordinaris). Akan tetapi, banyak urusan diselesaikan dalam komisi-komisi.
Mula-mula para direktur mengikuti kebiasaan yang telah bertumbuh pada masa
pra-kompeni: setiap kali ada kapal yang harus diperlengkapi mereka membentuk
komisi tersendiri. Direktur-direktur ditunjuk untuk selama satu musim atau satu
tahun duduk dalam komisi pembangunan kapal, pengadaan bekal, amunisi,
pembukuan, atau penjualan barang. Sekitar pertengahan abad ke-17 terbentuk
empat komisi tetap, yang dalam abad ke-18 dinamakan ‘departemen’. Saat diangkat
seorang direktur ia langsung ditempatkan dalam salah satu komisi, dan biasanya
mereka tetap duduk dalam komisi itu selama masa jabatannya.
Medan kegiatan komisi-komisi
ini mencakup pelbagai bagian administratip dan unit perusahaan. Pembagian tugas
adalah sebagai berikut:
- Commissie voor de rekenkamer (Komisi untuk Badan Pengawas Keuangan) bertugas mengawasi kepala pembukuan, liquidatiekantoor, soldijkantoor, dan klerkenkantoor. Kepala pembukuan menyusun buku kas induk dan jurnal (buku untuk mencatat transaksi) kamernya dan membukukan penyerahan saham serta pembayaran dividen-dividen. Liquidatiekantoor membuat pembukuan transaksi-transaksi dengan para pedagang. Soldijkantoor bertanggung jawab atas administrasi personel dan bertugas menyimpan buku-buku pembayaran gaji awak kapal. Klerkenkantoor merupakan sekretariat.
- Commissie van de ontvang (acap kali bersama dengan rekenkamer) harus melakukan pengawasan terhadap sang kasir. Komisi ini bertugas juga melakukan pembelian perak dan emas yang hendak dikirim ke Asia. Kasir bersama asisten-asistennya bekerja dalam ontvangkamer (‘ruang penerimaan’).
- Para heeren van ’t pakhuis (tuan-tuan gudang), atau, menurut nama lebih anggun yang dipakai di kemudian hari, departement van de commercie (departemen perdagangan) mengawasi para penata buku di kantor pergudangan. Di sana orang mencatat barang yang dibeli, bagiannya yang dikirim ke Asia, barang masuk dari Asia, dan harga penjualan yang diraih di lelang-lelang. Di samping itu, para direktur yang duduk dalam komisi ini mengemban tugas lain lagi: mereka harus memeriksa para pendeta yang ingin dikirim ke Asia.
- Commissie van de equipage bertugas mengawasi segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan dan pelengkapan kapal-kapal. Direktur-direktur ini mengawasi galangan kapal; mereka hadir saat kapal-kapal berangkat dari labuhan lepas Texel atau tiba di sana; dan mereka harus merekrut awak kapel serta serdadu baru.
Di Kamer Zeeland para
direktur membentuk tiga komisi, yaitu komisi thesaurie (perbendaharaan)
comissie koopmanschappen (perdagangan), dan komisi equipage (pelengkapan
kapal). Dalam Kamer itu juga seorang direktur baru segera diberi kedudukan
dalam salah satu komisi. Akan tetapi, ternyata orang paling suka masuk komisi
equipage dan komisi koopmanschappen, sebab kedudukan itu membuka peluang lebih
besar untuk memberikan tempat kerja kepada sanak-saudara atau handaitaulan.
Oleh sebab itu, sering terjadi pertukaran tempat. Bilamana terjadi lowongan
dalam equipage maka acap kali seorang anggota komisi perbendaharaan berpindah
ke sana, sedangkan direktur yang baru diangkat ditempatkan dalam komisi
tersebut pertama. Pembagian administratif di Zeeland sama seperti di Amsterdam.
Hanya saja, dibandingkan dengan Amsterdam, jumlah pegawai di kantor-kantor
Zeeland jauh kurang. Di Zeeland pun terdapat seorang kepala pembukuan, kantor
kasir, kantor perdagangan, dan soldijkantoor. Selain itu, sama seperti di
Amsterdam ada penata buku dan juru tulis (klerken) di gelanggang kapal. Kantor
yang bernama buitenkantoor adalah kantor pergudangan.
Organisasi
VOC di Asia
Dalam oktroi tahun 1602,
organisasi VOC di negeri Belanda digambarkan dengan jelas dan rinci.
Sebaliknya, pasal-pasal mengenai struktur kepemerintahan di Asia samar-samar
saja. Oktroi (piagam) tersebut memberi VOC wewenang luas di seberang laut,
tegasnya di wilayah yang terbentang dari Tanjung Harapan sampai Selat Magelan Kompeni
boleh membangun bentengbenteng, mengerahkan serdadu, mengikat perjanjian dengan
raja-raja, dan mengangkat hakim-hakim. Namun, wewenang ini tidak digambarkan
dengan lebih rinci; agaknya pada masa itu orang belum menyadari besarnya
perluasan kekuasaan VOC dalam tahun-tahun mendatang.
Armada-armada kapal pertama
yang diluncurkan oleh VOC sesudah tahun 1602 membawa persenjataan yang jauh
lebih berat daripada yang dimiliki oleh kapal-kapal prakompeni yang telah
berangkat sebelumnya. Tujuannya bukan untuk merebut wilayah tertentu di Asia,
melainkan untuk menyerang orang Portugis dan menimbulkan kerusakan
sebesarbesarnya di jajahan mereka. Mula-mula Kompeni mengikuti kebiasaan yang
berlaku sebelum tahun 1602. Laksamana armada yang keluar memiliki kuasa tertinggi
di Asia dan kepadanya semua pegawai Kompeni harus patuh, apakah mereka sedang
berada di kapal-kapalnya atau di salah satu kantor dagang. Tetapi sesudah
beberapa tahun ternyata praktek ini membawa dampak negatif. Lebih baik
mengikuti pola yang dipakai di jajahan Portugis, yaitu adanya penguasa pusat di
satu tempat yang tetap.
Pada tahun 1609 direksi VOC
memutuskan untuk menyerahkan kekuasaan sentral di Asia kepada seorang gubernur
jenderal, yang akan didampingi oleh dewan penasihat yang bernama Raad van
Indië. 17 Setelah berlangsung pertempuran hebat, pada 1619 didirikanlah Batavia
di tempat pelabuhan orang Jawa yang bernama Jakatra. Kota Batavia menjadi
residensi Hogere Regering (sebutan gubernur jenderal bersama Raad van Indië),
dan merupakan pusat administratif dan titik temu berbagai jalur pelayaran
Kompeni.
Surat-menyurat Hoge Regering
dengan kantorkantor cabang VOC di Asia, yang jumlahnya besar sekali, dilakukan
oleh para anggota Raad van Indië. Pembagian tugas ini menentukan pula susunan
Generale missive (surat kiriman umum), yakni laporan Hoge Regering kepada Heren
Zeventien mengenai keadaan Kompeni di Asia. Tiap-tiap anggota Raad itu menulis
bagian tertentu missive tersebut, lalu keseluruhannya diajukan kepada sidang
paripurna Raad van Indië untuk disahkan dan ditandatangani. Hoge Regering
menyusun juga generale eis van Indië (permintaan umum dari Asia), yaitu
taksiran dana, barang, kapal dan tenaga yang dibutuhkan untuk perusahaan di
seberang laut. Dalam sidah Heren Zeventien daftar ini menjadi pedoman dalam
pengambilan keputusan berkaitan dengan hal-hal itu. Dalam generale eis
tercantum pesanan dari kantor masing-masing, tetapi Hoge Regering berwenang
memangkas atau menambah pesanan itu berdasarkan pertimbangannya sendiri. Hanya
kantor-kantor di Sri Lanka selama beberapa tahun dalam abad ke-17 diperbolehkan
mengajukan eis tersendiri kepada Heren Zeventien. Sebaliknya, Hoge Regering di
Batavia harus meneruskan pesanan dari direksi di tanah air kepada kantor-kantor
di Asia.
Besarnya kantor-kantor VOC
di Asia dan bobot ekonomis serta kedudukan politisnya sangat berbeda-beda.
Dalam generale instructie (instruksi umum) yang pada tahun 1650 dikirim kepada
gubernur jenderal dan anggota Raad van Indië, direksi VOC menyatakan
perdagangan di semua kantor dapat dibagikan atas tiga golongan, yang
mencerminkan kedudukan politis masingmasing.
- Kegiatan dagang yang dimiliki Kompeni karena telah direbutnya daerah yang bersangkutan dengan kekuatan militer, umpamanya Kepulauan Banda dan Taiwan.
- Kegiatan dagang yang dilakukan berdasarkan perjanjian-perjanjian eksklusif, seperti dengan Sultan Ternate dan dengan masyarakat Amboina (Pulau Ambon dan daerah sekitarnya).
- Kegiatan dagang yang dilakukan setelah tercapai kesepakatan dengan raja-raja atau bangsa-bangsa Asia berdasarkan asas berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Sebelumnya, yaitu pada tahun
1620, seorang gubernur jenderal yang baru pulang dari Asia ke tanah air telah
melakukan pula pembagian atas tiga golongan yang serupa. Akan tetapi,
pembedaannya bersifat agak artifisial. Perjanjianperjanjian eksklusif sering
dipaksakan kepada penduduk yang bersangkutan dengan pemakaian kekerasan.
Misalnya, pulau-pulau di Maluku yang resminya mengikat perjanjian eksklusif,
mestinya kita anggap sebagai daerah yang direbut oleh Kompeni.
Pentingnya dan kedudukan
kantor-kantor tampak juga dalam pangkat dan gaji kepalanya masing-masing. Di
cabang-cabang besar, yang sebenarnya merupakan daerah jajahan VOC, kepala itu
memakai gelar ‘gubernur’. Sekitar tahun 1685 golongan ini mencakup Ambon,
Banda, ‘Maluku’ (Ternate), Koromandel (pantai timur India), Sri Lanka, dan
Malaka. Satu abad kemudian Tanjung Harapan, pantai timurlaut Pulau Jawa, dan
Makasar juga mempunyai seorang gubernur. Di samping itu ada sejumlah kantor
lain, yang penting dari sudut ekonomi, seperti Benggala, Surat, dan Persia;
kepala kantorkantor ini disebut ‘direktur’ (pada masa Kompeni pangkat
‘direktur’ selalu berkaitan dengan kegiatan perdagangan). Kantor-kantor di
Malabar (pantai barat India) dan di pantai barat Sumatra (Padang) dikepalai
seorang commandeur (komendur). Cirebon, Banjarmasin, dan Palembang dipimpin
oleh seorang resident (residen); kantor di Jepang dan di Pulau Timor oleh
seorang opperhoofd (kepala besar). Semua penguasa tersebut tidak menjadi
pimpinan tunggal; sama seperti gubernur jenderal di Batavia mereka menduduki
tempat pertama dalam sebuah dewan. Keputusan-keputusan penting hanya dapat
mereka ambil in rade, artinya bersama dengan dewan itu. Dalam dewan-dewan
tersebut pun berlaku pembagian tugas. Orang kedua, atau secunde, sering
berpangkat opperkoopman (saudagar besar) dan memegang urusan dagang. Selain
dia, raad harus beranggotakan seorang komandan militer, kepala pembukuan, dan
fiscaal (yang bertugas mengusut kasus penipuan dan perbuatan pidana). Dalam
praktek, formasi raad berbedabeda.
Batavia
sebagai pusat administratif
Semua kantor VOC di Asia
(dan yang di Tanjung Harapan) tunduk pada Hoge Regering di Batavia. Selain itu,
Batavia menjadi pelabuhan yang paling penting; di sana sebagian besar (selama
sebagian abad ke-17 bahkan semua) kapal yang masuk dari Eropa membuang sauh dan
dari sana pula kapalkapal itu berangkat lagi. Maka komunikasi direksi di negeri
Belanda dengan kantor-kantor yang tersebar jauh itu untuk sebagian besar
berjalan lewat Hoge Regering dan aparat administratifnya. Akan tetapi, ada
beberapa kekecualian. Kantor VOC di Gamron (Persia), sekali-sekali juga yang di
India, melakukan surat-menyurat dengan direksi di tanah air lewat jalan darat,
artinya melalui Timur Tengah. Di samping itu, setelah VOC mendirikan pemukiman
di Tanjung Harapan terus berlangsung surat-menyurat langsung para penguasa
setempat dengan Heren Zeventien. Akhirnya, bilamana VOC memasukkan pelabuhan-pelabuhan
selain Batavia dalam jalur pelayaran Eropa-Asia maka kantor-kantor yang
bersangkutan dan direksi di negeri Belanda berkirim-kiriman surat-surat dan laporan-laporan
secara langsung.
Di mata Hoge Regering, izin
berlayar ke Eropa dengan tidak singgah di pelabuhan Batavia menggerogoti
kedudukannya sendiri. Mereka berpendapat pula, penciptaan perhubungan langsung
itu menyebabkan Batavia tidak dapat lagi memainkan peranannya sebagai titik
temu berbagai jalur pelayaran dengan semestinya. Oleh sebab itu, para penguasa
di Batavia sungguhsungguh puas ketika direksi VOC, pada tahun 1636,
menghentikan pelayaran langsung ke pantai Koromandel, Surat, dan Gamron, yang
telah dimulai sebelum kota Batavia didirikan. Akan tetapi, tiga puluh tahun
kemudian gubernur jenderal dan Raad van Indië terpaksa menerima peningkatan
status Sri Lanka menjadi pangkalan kedua, di samping Batavia, bagi kapal-kapal
yang masuk dari Eropa atau berangkat ke sana. Heren Zeventien mengizinkan
perhubungan langsung Sri Lanka-negeri Belanda agar VOC dapat memenuhi kebutuhan
akan merica di pasaran Eropa, yang sedang bertumbuh dengan pesat. Kini merica
dari Malabar, yang bagaimanapun dibawa lebih dahulu ke Sri Lanka, dapat
diangkut ke negeri Belanda dengan lebih cepat. Di samping itu, dengan cara ini
kayu manis dari Sri Lanka sendiri tidak usah lagi dipindahkan di Batavia ke
kapal yang akan membawanya ke Eropa, sehingga lebih cepat sampai dan mutunya
lebih terjamin.
Tidak lama setelah Sri Lanka
mendapat perhubungan langsung dengan negeri Belanda timbullah persaingan sengit
antara gubernur pulau tersebut, Rijklof van Goens, dengan Hoge Regering.
Menurut Van Goens, sebaiknya Sri Lanka, tegasnya kota Galle, yang menjadi
tempat kapalkapal VOC berangkat ke tanah air, dijadikan titik temu kapal-kapal
yang hendak berlayar bersamasama ke Eropa. Berkat upayanya, sekali-sekali
armada yang berangkat dari Sri Lanka membawa muatan lebih kaya dibandingkan
kapal-kapal dari Batavia. Lalu direksi VOC membuka pula jalur pelayaran
langsung dari pantai Koromandel dan dari Benggala. Tetapi, jalur ini tidak
sukses, mungkin karena Batavia tidak mendukung kebijakan ini atau bahkan
menyabotnya. Bagaimanapun, sedikit demi sedikit Hoge Regering berhasil
memperoleh kembali kedudukannya yang semula. Sekitar tahun 1700, selain Batavia
hanya Galle yang masih mempunyai perhubungan langung dengan tanah air.
Pergeseran pola perdagangan
dalam abad ke-18 menyebabkan perubahan lain lagi dalam lalu lintas pelayaran.
Selama kurun waktu 1700- 1730 secara berkala berangkatlah kapal-kapal (yang
dijuluki ‘kapal-kapal kopi’) dari Moka di pantai Laut Merah menuju negeri
Belanda, lewat Galle. Ada juga perkembangan lain, yang lebih penting lagi: pada
tahun 1728, setelah bentrokan sengit Heren Zeventien dengan Hoge Regering,
tercipta perhubungan langsung antara negeri Belanda dan Kanton (Guangzhou).
Sampai tahun 1733 Kamer Amsterdam dan Kamer Zeeland mengirim tiga belas kapal
ke Kanton, tetapi tidak satu pun yang mencapai pelabuhan di Cina Selatan itu.
Maka pengiriman kapal ke sana dipercayakan lagi kepada Batavia, dengan
pengertian bahwa di antara dua atau tiga kapal yang setiap tahun berlayar dari
Batavia ke Cina hanya satu yang akan kembali ke pelabuhan asal; yang lain akan
mengangkut muatannya berupa teh dan perselen langsung ke tanah air, lewat Selat
Sunda. Akhirnya, pada tahun 1756, bersamaan dengan pembentukan Chinase
commissie (Komisi Cina), lalu lintas kapal ke Cina diurus di negeri Belanda
sendiri; pelayaran langsung ke sana tetap dipertahankan.
Sesudah Galle dan Kanton,
dalam abad ke- 18 kantor VOC di Benggala, Hooghly, menjadi pelabuhan yang
ketiga yang mempunyai perhubungan langsung dengan tanah air. Mulai 1734 setiap
tahun dua (sejak 1742: empat) kapal berlayar dari Benggala ke negeri Belanda.
Selain itu, sejak tahun 1750 setiap tahun Kamer Amsterdam mengirim satu kapal
langsung ke Hooghly. Mulai tahun 1770 Koromandel juga termasuk jaringan
pelayaran ini.
Meski demikian, adanya
perhubungan langsung dan surat-menyurat pimpinan di negeri Belanda dengan
kantor-kantor di Asia pada hakikatnya tidak mengganggu posisi Batavia sebagai
kantor pusat VOC di Asia. Batavia tetap menjadi pusat administrasi dan
pembukuan. Lagi pula, direksi di tanah air tetap menerima salinan-salinan
suratmenyurat antara Hoge Regering di Batavia dengan semua kantor yang tunduk
padanya, termasuk yang dengan Sri Lanka, Kanton, dan Benggala.
Akhir VOC
Lama sekali VOC seperti
hidup segan, mati tidak hendak. Dalam bulan Desember 1780 pecah perang antara
negeri Belanda dengan Inggris. Akibatnya, Kompeni mengalami krisis keuangan
yang begitu genting, sehingga semua kamer di daerah Holland terpaksa meminta
penangguhan pembayaran. Hanya Kamer Zeeland yang masih bertahan; kamer ini
memang berhutang besar kepada Kamer Amsterdam, tetapi pinjamannya dari pihak
ketiga tidak seberapa. Permohonan Kamer di Holland dikabulkan, tetapi dengan
demikian VOC serta merta kehilangan kredibilitasnya. Perusahaan besar itu tidak
dapat lagi bertahan tanpa bantuan dari luar. Bantuan itu datang dari pemerintah
Belanda, yang menjamin pembayaran pelunasan hutang lama dan bunga hutang yang
baru. Hanya dengan cara itu direksi VOC dapat meneruskan perusahaan.
Ketergantungan dari
pemerintah ini menyebabkan direksi diperkuat dengan menambahkan Vijfde Departement
(lihat di atas). Di samping itu, pada tahun 1790 diangkat Staatscommissie
(Komisi Negara), yang bertugas melakukan supervisi politik. Komisi ini
beranggotakan empat orang dari Holland dan dua dari Zeeland, yang ditunjuk oleh
Staten (pemerintah) daerah masing-masing. Sesudah masuknya tentara Perancis dan
tumbangnya rezim lama (1795), keempat anggota dari Holland diganti oleh
tokoh-tokoh pemerintahan yang termasuk partai patriot; beberapa bulan kemudian
diangkat enam orang patriot lagi. Dengen demikian direksi telah ditempatkan di
bawah pengampuan. Bagi mereka tinggal menunggu saat mereka akan diberhentikan.
Sebab, komisi tersebut mengusulkan agar direksi lama diganti oleh Comité tot de
zaken van de Oost-Indische handel en bezittingen (Komite untuk Urusan
Perdagangan dan Jajahan di Hindia Timur). Usul ini diterima oleh pemerintah
Belanda dan pada tanggal 1 Maret 1796 para direktur lama meletakkan jabatannya.
Kendati demikian, pada saat
itu juga oktroi lama VOC diperpanjang, mula-mula sampai akhir tahun 1798,
kemudian sampai 31 Desember 1800. Jadi, VOC tetap berdiri. Namun, kegiatan
kamernya dikurangi sampai tingkat minimum. Sejumlah pegawai diberhentikan dan
bengkel-bengkel dibongkar. Pada 1803 tiga kamer dibubarkan, yakni Delft, Hoorn,
dan Enkhuizen. Di Rotterdam dan Middelburg tinggal kantor penjualan. Oktroi
tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian perusahaan tidak mempunyai dasar hukum
lagi. Selama tidak ada peraturan baru, Komite tersebut di atas dan badan yang
menggantikannya, yaitu Raad der Aziatische bezittingen en etablissementen
(Dewan Urusan Jajahan dan Kantor-kantor di Asia, dilantik tanggal 15 Mei 1800)
berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku pada masa orde lama.
Di Asia, dampak perubahan-perubahan yang sedang
diadakan dalam pimpinan VOC bahkan lebih kecil lagi. Pada tahun 1793 dikirim
dua commisarissen-generaal (komisaris umum), yaitu S.C. Nederburgh dan S.
Frijkenius. Pengutusan mereka bertujuan menghentikan kemerosotan perusahaan.
Akan tetapi, dua tahun kemudian Belanda terseret ke dalam perang yang sedang
berlangsung antara Perancis dengan Inggris. Orang Inggris merebut bagian
terbesar kantor-kantor VOC. Orang Belanda masih bertahan di Pulau Jawa dan
bendera Belanda tetap berkibar juga di Kanton dan di Desima (Nagasaki, Jepang).
Perang itu berdampak besar terhadap perdagangan dan lalu lintas kapal antara
Eropa dan Jawa, yang tidak mungkin berjalan terus seperti biasa. Perubahan
institusional yang besar di Batavia dan di Pulau Jawa harus menunggu kedatangan
Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1807-1810), yang menyelenggarakan reorganisasi
besar-besaran. Akan tetapi, perubahan radikal terhadap tradisi baru terjadi
ketika Pula Jawa beralih ke tangan orang-orang Inggris (1811).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar